Jakarta (ANTARA) - PT PLN (Persero) menggandeng International Energy Agency (IEA) untuk mematangkan skema Just Energy Transition Partnership Investment and Policy Plan (JETP IPP) dalam mengakselerasi transisi energi Indonesia.
Kerja sama itu ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara kedua belah pihak di Paris, Prancis, Selasa (18/4). Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Rabu menjelaskan kerja sama dua lembaga sudah terjalin lama dan kolaborasi kali ini khusus dalam mencapai target pengurangan emisi karbon dunia.
"Kami memiliki visi yang sama untuk menyongsong masa depan. Masa depan energi berkelanjutan yang membawa kemakmuran dan kemuliaan bagi bangsa dan dunia," kata Darmawan.
IEA merupakan lembaga independen profesional yang menjadi rujukan dunia terkait analisis, data, rekomendasi kebijakan, solusi pembangunan ketahanan energi, ekonomi berkelanjutan dan pembangunan lingkungan.
Ia juga menjelaskan banyak tantangan yang dihadapi dalam menjalankan proyek transisi energi, salah satunya ialah proyeksi pertumbuhan permintaan listrik dan juga kondisi demand di Indonesia yang dinamis.
"PLN dan IEA akan menjadi pionir, menunjukkan kepada dunia bahwa roadmap transisi energi dapat dibangun melalui kolaborasi, dapat dibangun secara komprehensif dari hulu ke hilir," tuturnya.
Pada 2030, tantangan emisi karbon pada sektor ketenagalistrikan yang dikelola PLN akan mencapai 433 juta ton pada skenario business as usual. Upaya pada Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030 akan menurunkan emisi menjadi 335 juta metrik ton CO2, yang menjadi landasan untuk bisa mencapai target net zero emission (NZE) pada 2060.
Upaya pencapaian NZE tersebut memerlukan langkah-langkah akselerasi antara lain dengan menggaet pendanaan yang murah untuk mendanai investasi yang besar. "Kami memiliki tujuan bersama, yaitu mencapai net zero emission. Yang kami butuhkan adalah mengkonsolidasikan tiap langkah," kata Darmawan.
Sementara, Executive Director of IEA Fatih Birol menjelaskan IEA mendukung penuh langkah Indonesia dalam transisi energi. Upaya Indonesia dalam mengurangi emisi karbon akan berdampak langsung pada pengurangan emisi karbon.
Baca juga: PLN bangun SPKLU perdana di Kaltara
Baca juga: 10.000 pemudik siap nikmati mudik gratis aman nyaman dari PLN
"Kami mendukung penuh Indonesia dalam proyek transisi energi. Dukungan IEA kepada Indonesia bisa menjadi pendorong untuk berbagai pihak melakukan kolaborasi bersama dalam proyek transisi energi," ujar Fatih Birol.
Adapun, kedua pihak akan bekerja sama dalam pemantapan roadmap NZE yang sudah dibuat oleh Indonesia. Kedua pihak juga akan mempertajam skema JETP dalam menggaet kolaborasi investasi untuk membiayai proyek transisi energi di Indonesia, khususnya dalam proyek pengembangan pembangkit EBT, pembangunan green energy enabling transmission line, dan juga peningkatan kapasitas SDM Indonesia untuk bersiap menyongsong era baru dalam perkembangan energi ke depan.
Kerja sama itu ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara kedua belah pihak di Paris, Prancis, Selasa (18/4). Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Rabu menjelaskan kerja sama dua lembaga sudah terjalin lama dan kolaborasi kali ini khusus dalam mencapai target pengurangan emisi karbon dunia.
"Kami memiliki visi yang sama untuk menyongsong masa depan. Masa depan energi berkelanjutan yang membawa kemakmuran dan kemuliaan bagi bangsa dan dunia," kata Darmawan.
IEA merupakan lembaga independen profesional yang menjadi rujukan dunia terkait analisis, data, rekomendasi kebijakan, solusi pembangunan ketahanan energi, ekonomi berkelanjutan dan pembangunan lingkungan.
Ia juga menjelaskan banyak tantangan yang dihadapi dalam menjalankan proyek transisi energi, salah satunya ialah proyeksi pertumbuhan permintaan listrik dan juga kondisi demand di Indonesia yang dinamis.
"PLN dan IEA akan menjadi pionir, menunjukkan kepada dunia bahwa roadmap transisi energi dapat dibangun melalui kolaborasi, dapat dibangun secara komprehensif dari hulu ke hilir," tuturnya.
Pada 2030, tantangan emisi karbon pada sektor ketenagalistrikan yang dikelola PLN akan mencapai 433 juta ton pada skenario business as usual. Upaya pada Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030 akan menurunkan emisi menjadi 335 juta metrik ton CO2, yang menjadi landasan untuk bisa mencapai target net zero emission (NZE) pada 2060.
Upaya pencapaian NZE tersebut memerlukan langkah-langkah akselerasi antara lain dengan menggaet pendanaan yang murah untuk mendanai investasi yang besar. "Kami memiliki tujuan bersama, yaitu mencapai net zero emission. Yang kami butuhkan adalah mengkonsolidasikan tiap langkah," kata Darmawan.
Sementara, Executive Director of IEA Fatih Birol menjelaskan IEA mendukung penuh langkah Indonesia dalam transisi energi. Upaya Indonesia dalam mengurangi emisi karbon akan berdampak langsung pada pengurangan emisi karbon.
Baca juga: PLN bangun SPKLU perdana di Kaltara
Baca juga: 10.000 pemudik siap nikmati mudik gratis aman nyaman dari PLN
"Kami mendukung penuh Indonesia dalam proyek transisi energi. Dukungan IEA kepada Indonesia bisa menjadi pendorong untuk berbagai pihak melakukan kolaborasi bersama dalam proyek transisi energi," ujar Fatih Birol.
Adapun, kedua pihak akan bekerja sama dalam pemantapan roadmap NZE yang sudah dibuat oleh Indonesia. Kedua pihak juga akan mempertajam skema JETP dalam menggaet kolaborasi investasi untuk membiayai proyek transisi energi di Indonesia, khususnya dalam proyek pengembangan pembangkit EBT, pembangunan green energy enabling transmission line, dan juga peningkatan kapasitas SDM Indonesia untuk bersiap menyongsong era baru dalam perkembangan energi ke depan.