Mataram, (Antara)- Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Mataram M Saleh mengimbau masyarakat membuat sumur resapan sendiri sebagai upaya antisipasi genangan air dan banjir di wilayah masing-masing.
"Kami berharap masyarakat memiliki kesadaran sendiri untuk membuat sumur resapan, mengingat Kota Mataram berada di daerah hilir sehingga rawan banjir," katanya di Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), Minggu.
Mantan Camat Selaparang ini mengatakan, selain dimaksudkan untuk menekan potensi genangan dan banjir, sumur resapan juga berfungsi menjaga kualitas dan kuantitas air bawah tanah.
"Dengan demikian, ketersedian air tanah juga tetap ada, apalagi air hujan tidak semuanya mengalir ke laut," katanya.
Dia mengatakan, kebutuhan sumur resapan di Kota Mataram semakin meningkat, hal ini terjadi karena maraknya pembangunan di Kota Mataram, akibat alih fungsi lahan sehingga daerah resapan air pun menurun.
Oleh karena itu, partisipasi masyarakat dan kesadaran masyarakat untuk membuat sendiri sumur resapan dengan kedalaman sekitar tiga hingga empat meter dan diameter sekitar 1,20 meter sangat penting.
"Terutama para pemilik rumah toko, diharapkan masing-masing membuat sumur resapan, karena anggaran pemerintah sangat terbatas," katanya.
Pada 2014 BLH hanya membuat sebanyak empat paket sumur resapan untuk tiga kelurahan, yakni dua paket di Kelurahan Dasan Agung, satu paket di Kelurahan Sapta Marga dan satu paket di Kelurahan Kebon Sari.
"Satu paket sumur resapan dibangun sekitar 10 hingga 12 titik, dengan total anggaran untuk empat paket sekitar Rp160 juta," katanya.
Pembangunan sumur resapan tersebut diprioritaskan pada wilayah-wilayah yang memiliki kondisi lahan rawan genangan dan banjir pada saat musim hujan.
Akan tetapi, katanya, sebelum masyarakat dibuatkan sumur resapan harus ada komitmen kuat dari warga untuk tidak menyalahgunakan sumur resapan menjadi "septic tank" agar program bisa tepat sasaran.
"Kami berharap masyarakat memiliki kesadaran sendiri untuk membuat sumur resapan, mengingat Kota Mataram berada di daerah hilir sehingga rawan banjir," katanya di Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), Minggu.
Mantan Camat Selaparang ini mengatakan, selain dimaksudkan untuk menekan potensi genangan dan banjir, sumur resapan juga berfungsi menjaga kualitas dan kuantitas air bawah tanah.
"Dengan demikian, ketersedian air tanah juga tetap ada, apalagi air hujan tidak semuanya mengalir ke laut," katanya.
Dia mengatakan, kebutuhan sumur resapan di Kota Mataram semakin meningkat, hal ini terjadi karena maraknya pembangunan di Kota Mataram, akibat alih fungsi lahan sehingga daerah resapan air pun menurun.
Oleh karena itu, partisipasi masyarakat dan kesadaran masyarakat untuk membuat sendiri sumur resapan dengan kedalaman sekitar tiga hingga empat meter dan diameter sekitar 1,20 meter sangat penting.
"Terutama para pemilik rumah toko, diharapkan masing-masing membuat sumur resapan, karena anggaran pemerintah sangat terbatas," katanya.
Pada 2014 BLH hanya membuat sebanyak empat paket sumur resapan untuk tiga kelurahan, yakni dua paket di Kelurahan Dasan Agung, satu paket di Kelurahan Sapta Marga dan satu paket di Kelurahan Kebon Sari.
"Satu paket sumur resapan dibangun sekitar 10 hingga 12 titik, dengan total anggaran untuk empat paket sekitar Rp160 juta," katanya.
Pembangunan sumur resapan tersebut diprioritaskan pada wilayah-wilayah yang memiliki kondisi lahan rawan genangan dan banjir pada saat musim hujan.
Akan tetapi, katanya, sebelum masyarakat dibuatkan sumur resapan harus ada komitmen kuat dari warga untuk tidak menyalahgunakan sumur resapan menjadi "septic tank" agar program bisa tepat sasaran.