Mataram (Antara NTB) - Universitas Mataram, Nusa Tenggara Barat, mengajukan anggaran sebesar Rp222 miliar ke Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi untuk membenahi kampusnya pada 2015.
"Kami ajukan anggaran sebesar itu untuk kelanjutan pembangunan gedung yang sudah memiliki kerangka, di samping untuk operasional kampus," kata Rektor Universitas Mataram (Unram) Prof H Sunarpi, di Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), Selasa.
Salah satu yang paling urgen, katanya, adalah kelanjutan pembangunan gedun Rumah Sakit Pendidikan (RSP) Unram, yang hingga saat ini belum ada kejelasan.
Pembangunan RSP Unram sudah menelan dana sebesar Rp135 miliar, di mana Rp70 miliar untuk pembangunan gedung satu pada 2009 dan Rp65 miliar untuk pembangunan gedung dua pada 2010 dan untuk pengadaan alat kesehatan.
Setelah itu, tidak ada lagi alokasi anggaran dari pemerintah pusat untuk penyelesaian pembangunan gedung tiga.
Meskipun demikian, kata Sunarpi, pihaknya akan segera mengoperasikan RSP Unram, untuk kepentingan pendidikan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran.
"Dalam waktu dekat RSP Unram akan dioperasikan, meskipun statusnya sebagai rumah sakit tipe C. Mudahan ke depan, kami bisa meningkatkan statusnya secara bertahap menjadi tipe B, kemudian dinaikkan jadi tipe A," ujarnya.
Selain untuk kelanjutan pembangunan RSP Unram, katanya, anggaran sebesar Rp222 miliar yang diajukan ke Kemenristekdikti, juga akan dialokasikan untuk membangun gedung Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), yang saat ini belum memiliki gedung yang refresentatif meskipun sudah didirikan beberapa tahun lalu.
Dana ratusan miliar itu juga untuk mendukung operasional program studi baru yang sudah dibuka, seperti program studi fisipol, hubungan internasional, sosiologi, pendidikan sosiologi dan program studi farmasi.
"Dana yang kami usulkan juga untuk melakukan riset dan operasional sembilan fakultas yang ada di Unram," ucap Sunarpi.
Sementara itu, Menristekdikti M Nasir mengatakan pihaknya belum bisa memastikan apakah usulan anggaran dari Unram bisa disetujui atau tidak karena masih harus melalui proses pembahasan.
"Kami belum bisa pastikan disetujui apa tidak," ujarnya pada acara kunjungan kerja di Universitas Mataram beberapa waktu lalu. (*)
"Kami ajukan anggaran sebesar itu untuk kelanjutan pembangunan gedung yang sudah memiliki kerangka, di samping untuk operasional kampus," kata Rektor Universitas Mataram (Unram) Prof H Sunarpi, di Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), Selasa.
Salah satu yang paling urgen, katanya, adalah kelanjutan pembangunan gedun Rumah Sakit Pendidikan (RSP) Unram, yang hingga saat ini belum ada kejelasan.
Pembangunan RSP Unram sudah menelan dana sebesar Rp135 miliar, di mana Rp70 miliar untuk pembangunan gedung satu pada 2009 dan Rp65 miliar untuk pembangunan gedung dua pada 2010 dan untuk pengadaan alat kesehatan.
Setelah itu, tidak ada lagi alokasi anggaran dari pemerintah pusat untuk penyelesaian pembangunan gedung tiga.
Meskipun demikian, kata Sunarpi, pihaknya akan segera mengoperasikan RSP Unram, untuk kepentingan pendidikan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran.
"Dalam waktu dekat RSP Unram akan dioperasikan, meskipun statusnya sebagai rumah sakit tipe C. Mudahan ke depan, kami bisa meningkatkan statusnya secara bertahap menjadi tipe B, kemudian dinaikkan jadi tipe A," ujarnya.
Selain untuk kelanjutan pembangunan RSP Unram, katanya, anggaran sebesar Rp222 miliar yang diajukan ke Kemenristekdikti, juga akan dialokasikan untuk membangun gedung Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), yang saat ini belum memiliki gedung yang refresentatif meskipun sudah didirikan beberapa tahun lalu.
Dana ratusan miliar itu juga untuk mendukung operasional program studi baru yang sudah dibuka, seperti program studi fisipol, hubungan internasional, sosiologi, pendidikan sosiologi dan program studi farmasi.
"Dana yang kami usulkan juga untuk melakukan riset dan operasional sembilan fakultas yang ada di Unram," ucap Sunarpi.
Sementara itu, Menristekdikti M Nasir mengatakan pihaknya belum bisa memastikan apakah usulan anggaran dari Unram bisa disetujui atau tidak karena masih harus melalui proses pembahasan.
"Kami belum bisa pastikan disetujui apa tidak," ujarnya pada acara kunjungan kerja di Universitas Mataram beberapa waktu lalu. (*)