Jakarta (ANTARA) - Organisasi Riset Pertanian dan Pangan (ORPP) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) kembangkan tiga formulasi produk pangan yang efektif dalam mencegah stunting.
"Strategi dan modifikasi proses pangan untuk menghasilkan produk pangan bergizi, sangat efektif dalam menyediakan zat gizi yang mudah diserap oleh tubuh," kata Perekayasa Ahli Utama ORPP BRIN Noer Laily pada diskusi dalam rangka Hari Anak Nasional 2023 yang diikuti secara daring di Jakarta, Selasa.
Noer mengatakan ketiga formulasi produk pangan tersebut adalah biopeptida hidrolisat kedelai, biopeptida hidrolisat ikan, serta Cookita, kukis rumput laut yang kaya akan serat dan lemak tak jenuh ganda (PUFA).
Dia menjelaskan biopeptida dapat meningkatkan penyerapan zat besi dengan menjaga zat besi tetap larut, mereduksi ion ferri menjadi ferro, serta meningkatkan perpindahan zat besi melalui membran. "Hal tersebut dapat meningkatkan efektivitas dalam perbaikan gizi, sehingga dapat mencegah malnutrisi, anemia, dan stunting," ujarnya.
Dia menyebutkan biopeptida hidrolisat kedelai telah diuji peningkatan zat besinya secara in vitro (dalam lingkungan buatan) dan in vivo (dalam makhluk hidup). Biopeptida hidrolisat kedelai, kata dia, akan dikembangkan menjadi produk biskuit bergizi bagi balita. Sedangkan biopeptida hidrolisat ikan akan dikembangkan menjadi produk bubur instan bergizi.
"Keduanya dibuat dengan komposisi gizi yang telah direkomendasikan oleh Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) RI Nomor 51 Tahun 2016 tentang Standar Produk Suplementasi Gizi," tuturnya. Adapun Cookita, kata dia, rumput laut dipilih menjadi bahan utama karena mengandung lemak dalam jumlah yang tidak banyak, namun kandungan PUFA-nya lebih baik dibandingkan dengan PUFA dari tanaman lainnya.
Selain itu, sambungnya, rumput laut juga mengandung mineral, vitamin, protein, dan serat, yang baik. PUFA, terutama asam lemak DHA (Omega-3) sangat penting untuk perkembangan otak janin dan bayi, karena ibu hamil dan ibu menyusui perlu mendapatkan asupan yang cukup untuk membantu perkembangan bayinya.
Baca juga: Rain can speed up spread of anthrax spores
Baca juga: Mantan peneliti BRIN jalani sidang
Baca juga: Rain can speed up spread of anthrax spores
Baca juga: Mantan peneliti BRIN jalani sidang
"Di antara periode kritis tumbuh kembang anak, usia 0-2 tahun merupakan periode usia emas, karena merupakan masa penting untuk memperhatikan tumbuh kembang anak, baik dari segi kecukupan gizi, kesehatan, maupun pendidikan/stimulasi," kata Noer Laily.