Ambon (ANTARA) - Ritual adat "Panas Pela" (peringatan kembali hubungan kekerabatan dan persaudaraan antarwarga dua desa atau lebih) merupakan upaya melestarikan budaya. Penjabat Wali Kota Ambon Bodewin Wattimena menyatakan, ritual Panas Pela yang dilaksanakan lima negeri di Maluku yakni Hative Kecil, Hitumesing, Hative Besar, Haria, dan Desa Galala, merupakan upaya merawat identitas masyarakat Maluku untuk mempererat tali silaturahmi antara negeri atau desa, yang sudah terikat sumpah dan ikrar sebagai saudara oleh para leluhur.
"Hari ini kita saksikan ritual Panas Pela yang diwariskan masih terus dijaga oleh lima negeri ini sebagai sebagai cara kita untuk tetap menjaga melestarikan adat istiadat," katanya di Ambon, Kamis.
Ia mengatakan, masyarakat Kota Ambon harus mengerti dan menghargai adat, sebagai budaya yang diwariskan turun temurun kepada generasi selanjutnya. Pihaknya berharap melalui kegiatan Panas Pela antardesa negeri, diharapkan dapat menjaga kehidupan hidup masyarakat umat beragama di Ambon agar terjalin lebih baik dan solid. "Kami sangat mengapresiasi budaya masih dipertahankan, dijaga, dan dilestarikan oleh masyarakat lima desa dan negeri ini," katanya.
Panas Pela juga dirangkai dengan peresmian Rumah adat Baileo negeri Hative Kecil, sebagai tempat untuk prosesi rapat dan sejumlah kegiatan adat lain di negeri. "Baileo negeri Hative Kecil kita resmikan sebagai tempat untuk bermufakat para pemangku kepentingan berbicara dan bermusyawarah," kata Bodewin.
Sementara itu Upu Latu (Raja) Hative Kecil, Josias Muryani, menyampaikan terima kasih kepada Pemkot Ambon yang telah membantu berjalannya prosesi Panas Pela dan Peresmian Rumah Adat.
Baca juga: Sebanyak delapan negara ikuti SCCIFAF 2023 di Surabaya
Baca juga: Ratusan anak adu kreasi gambar kecintaan budaya Indonesia di Semarang
Baileo ini dibangun menggunakan Alokasi Dana Desa, guna mendukung program pemerintah, secara khusus dalam pengembangan sektor pariwisata dan pemerintahan. "Atas nama masyarakat negeri Hative kecil kami menyampaikan terima kasih atas dukungan pemerintah dan keterlibatan semua pihak yang selama ini telah berkontribusi dan bekerja sama," katanya.
"Hari ini kita saksikan ritual Panas Pela yang diwariskan masih terus dijaga oleh lima negeri ini sebagai sebagai cara kita untuk tetap menjaga melestarikan adat istiadat," katanya di Ambon, Kamis.
Ia mengatakan, masyarakat Kota Ambon harus mengerti dan menghargai adat, sebagai budaya yang diwariskan turun temurun kepada generasi selanjutnya. Pihaknya berharap melalui kegiatan Panas Pela antardesa negeri, diharapkan dapat menjaga kehidupan hidup masyarakat umat beragama di Ambon agar terjalin lebih baik dan solid. "Kami sangat mengapresiasi budaya masih dipertahankan, dijaga, dan dilestarikan oleh masyarakat lima desa dan negeri ini," katanya.
Panas Pela juga dirangkai dengan peresmian Rumah adat Baileo negeri Hative Kecil, sebagai tempat untuk prosesi rapat dan sejumlah kegiatan adat lain di negeri. "Baileo negeri Hative Kecil kita resmikan sebagai tempat untuk bermufakat para pemangku kepentingan berbicara dan bermusyawarah," kata Bodewin.
Sementara itu Upu Latu (Raja) Hative Kecil, Josias Muryani, menyampaikan terima kasih kepada Pemkot Ambon yang telah membantu berjalannya prosesi Panas Pela dan Peresmian Rumah Adat.
Baca juga: Sebanyak delapan negara ikuti SCCIFAF 2023 di Surabaya
Baca juga: Ratusan anak adu kreasi gambar kecintaan budaya Indonesia di Semarang
Baileo ini dibangun menggunakan Alokasi Dana Desa, guna mendukung program pemerintah, secara khusus dalam pengembangan sektor pariwisata dan pemerintahan. "Atas nama masyarakat negeri Hative kecil kami menyampaikan terima kasih atas dukungan pemerintah dan keterlibatan semua pihak yang selama ini telah berkontribusi dan bekerja sama," katanya.