Jakarta (ANTARA) - Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) mengemukakan hampir separuh negara di dunia saat ini menjadi "pasien" Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) seiring berbagai tantangan global di era endemi COVID-19.

"Saya bertanya kepada managing director-nya IMF, terakhir berapa negara yang jadi pasiennya IMF? 96 negara, hampir separuh negara di dunia sekarang ini menjadi pasiennya IMF. Artinya sekali lagi, tantangan dunia saat ini semakin tidak mudah," kata Jokowi saat membuka Mahasabha XIII KMHDI di Universitas Tadulako, Palu, diikuti dalam jaringan (daring) Sekretariat Presiden di Jakarta, Rabu.

Meski Indonesia berhasil melampaui masa krisis pandemi yang melanda selama tiga tahun dengan baik, tapi Presiden Jokowi memperkirakan tantangan yang dihadapi dunia pada era endemi justru semakin sulit.

Menurut Jokowi, tidak sedikit pula ekonomi sejumlah negara di dunia yang ambruk setelah beberapa saat melampaui masa krisis pandemi. "Krisis ekonomi, bisa mengatasi pandeminya, tapi tidak bisa mengatasi ekonominya. Krisis pangan bisa diatasi, tapi pangan harganya di banyak negara naik lebih dari 50 persen, ada yang lebih dari 100 persen," katanya.

Presiden Jokowi juga menyoroti situasi negara Uni Eropa yang saat ini sedang dilanda krisis energi. "Krisis energi di beberapa negara Uni Eropa, gas, BBM naik, bahkan ada yang sampai 700 persen. Kita kalau dinaikkan (harga) bensin 10 persen saja, mahasiswa saja demonya 2 bulan, naik 20 persen demonya 6 bulan. Itu ada yang naik (harga) gas sampai 700 persen," katanya.

Selain itu, kata Jokowi, tantangan global yang kini belum mereda adalah rivalitas dan geopolitik akibat pengaruh perang Rusia dan Ukraina. "Bukan hanya di kawasan barat, perang Rusia dan Ukraina, tetapi juga di dekat kita juga mulai memanas," katanya.

Baca juga: KTT ke-43 ASEAN dihadiri 22 negara
Baca juga: Stafsus Presiden RI Ari Dwipayana: Budaya Kawi berkontribusi membangun keindonesiaan

Yang juga tak kalah menakutkan, kata Jokowi, adalah perubahan iklim yang kini dampaknya mulai dirasakan hampir semua negara. "Yang biasanya dingin, jadi panas, yang biasanya panas jadi lebih panas. Gelombang panas, Super El Nino, sebuah hal yang harus kita sikapi dengan bijak," katanya.



 

Pewarta : Andi Firdaus
Editor : I Komang Suparta
Copyright © ANTARA 2024