Mataram (ANTARA) - Pemerintah Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, menyiapkan konsep penyesuaian tarif retribusi sampah sebagai salah satu upaya meningkatkan pendapatan daerah.

Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Mataram Irwansyah di Mataram, Selasa, mengatakan, rencana penyesuaian tarif retribusi sampah tersebut dilakukan atas berbagai pertimbangan dan kajian.

"Pertimbangannya antara lain, kenaikan biaya operasional baik pemeliharaan maupun harga bahan bakar minyak, serta regulasi retribusi yang sudah lama tidak diperbaharui," katanya.

Terkait dengan itu, lanjutnya, saat ini pihaknya bersama tim sedang menyiapkan konsep untuk penyesuaian tarif retribusi sampah baik untuk rumah tangga, pasar, maupun tempat usaha seperti pertokoan, hotel, dan lainnya.

"Dengan rencana penyesuaian tarif retribusi sampah direncanakan mengalami kenaikan 100 persen," katanya.

Ia menilai rencana penyesuaian tarif retribusi sampah itu dinilai tidak akan memberatkan masyarakat sebab biaya tarif retribusi sampah yang dibayarkan saat ini relatif kecil.

Misalnya, untuk pedagang bakulan di pasar hanya dikenakan tarif retribusi sampah Rp1.000 per bulan, sementara petugas melakukan pengangkutan setiap hari atau 30-31 kali per bulan.

"Jadi kalau kita lakukan penyesuaian menjadi Rp2.000 per bulan, saya rasa pedagang tidak akan keberatan. Begitu juga untuk pelaku usaha lainnya," katanya.


Menurut dia apabila usulan penyesuaian tarif retribusi sampah tersebut bisa diterima, maka tarif baru ditargetkan mulai berlaku pada tahun 2024.

"Jika tahun ini usulan penyesuaian tarif retribusi sampah disetujui, tahun depan (2024-red), tarif baru bisa berlaku," katanya.

Berdasarkan data DLH Kota Mataram sebelumnya menyebutkan, volume sampah di Mataram setiap hari mencapai sekitar 250-260 ton, tapi yang bisa terangkut ke TPA sekitar 200 ton.

Namun, sampah yang di bawa ke TPA kini terus berkurang hingga mencapai sekitar 25 ton, sehingga sampah yang dibuang ke TPA sekitar 170 ton per hari.

Pengurangan volume sampah itu salah satunya dipicu karena program pilah sampah di tingkat lingkungan yang dinilai efektif mengurangi volume sampah yang dibuang ke TPA Regional Kebon Kongok.

"Sampah organik yang dipilah dari rumah tangga, bisa langsung diolah menjadi pakan maggot, kompos, dan pupuk cair," demikian Irwansyah.


Pewarta : Nirkomala
Editor : Riza Fahriza
Copyright © ANTARA 2024