Surabaya (ANTARA) - Pembelajaran berbasis digital yang digagas Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya saat Pandemi COVID-19 memperoleh penghargaan dari Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (Unesco).
Wakil Rektor I Bidang Akademik dan Kemahasiswaan ITS Prof. Dr. Ir. Adi Soeprijanto, MT. dalam keterangan di Surabaya, Jumat mengatakan pihaknya bersaing ketat dengan 131 perguruan tinggi dari 42 negara yang lolos seleksi pada Unesco-ICHEI Higher Education Digitalization Pioneer Case Award yang diselenggarakan di Shenzhen, China.
"ITS menjadi satu-satunya Perguruan Tinggi di Indonesia yang mendapat penghargaan dari Unesco dalam ajang tersebut," katanya.
Dewan juri mengapresiasi antara lain dalam hal pembuatan regulasi dan kesiapan infrastruktur pembelajaran daring yang dilakukan sebelum pandemi, insentif kuliah online, hibah inovasi praktikum daring, MOOC, riset flagship intelligent learning, tablet merah putih Digits, dan aktivitas pengembangan akademik lainnya.
Sementara itu, Rektor ITS Prof. Dr. Ir. Mochamad Ashari, MEng., mengatakan pihaknya telah membangun seluruh perangkat regulasi dan infrastruktur serta menjalankan pembelajaran daring sejak Februari 2020 sebelum pandemi. Pemberlakuan pembelajaran berbasis digital ini memang sudah disiapkan sebelumnya.
"Waktu itu kami hampir mandek total. Aktivitas perkuliahan, manajemen, hingga proyek-proyek pembangunan infrastruktur semua terganggu. Bahkan dirinya beserta beberapa pejabat dan warga ITS, juga sempat terpapar virus Corona sehingga harus menjalani perawatan intensif dan isolasi di rumah sakit," katanya.
Saat itu ITS membuat aplikasi myITS Classroom untuk memfasilitasi perkuliahan daring. Semua mahasiswa dan dosen ITS sudah didaftar sesuai jadwal perkuliahan berdasarkan SIM Akademik. Pada myITS Classroom tersedia list kelas yang diikuti setiap mahasiswa.
Selain itu di ITS juga diterapkan pembelajaran asynchronous yang bisa diakses melalui LMS (learning management system), di mana dosen sudah menyiapkan materi kuliah dan mahasiswa bisa mengakses kapan saja dan di mana saja dengan fleksibel.
Ashari ingat betul, konektivitas dan akses menjadi tantangan yang harus dihadapi karena tidak semua mahasiswa memiliki akses internet yang stabil dan perangkat yang memadai untuk mengikuti pembelajaran daring dengan baik.
"Waktu itu banyak terjadi perubahan dalam rencana kegiatan kampus. Sejumlah seminar, konferensi, kuliah tamu, dan event dihentikan atau ditunda. Sebagian kegiatan dialihkan secara virtual. Kegiatan ekstrakurikuler dan organisasi mahasiswa diliburkan. Semua ini tentu berdampak pada pengembangan intelektual maupun sosial para mahasiswa," tuturnya.
Tetapi, Ashari menambahkan, di dalam sebuah bencana selalu terkandung hikmah.
“Gara-gara Pandemi COVID-19, sivitas akademika ITS justru mengalami percepatan keterampilan di bidang teknologi informasi karena dipaksa menjalankan pembelajaran dan kegiatan kerja secara virtual," ujarnya.
"Mereka jadi terbiasa menggunakan berbagai platform dan perangkat lunak pembelajaran online. Apalagi menjelang pandemi melanda, ITS sudah berancang-ancang hendak menerapkan sistem pembelajaran daring dan telah menyiapkan perangkat teknologinya,” tambahnya.
Berbagai pengembangan inovasi yang mendapat penghargaan dari Unesco merupakan program yang telah direncanakan sejak awal, namun sebagian dibangun karena kondisi pandemi. Seperti iProctor (Pengawas Ujian Berbasis AI), iAssesment (Ujian Dinamis Berbasis AI), RAISA (Robot Medis), iBoat, iCar, dan beberapa karya lainnya.
Baca juga: Indonesia's MER-C condemns Israeli strikes killing its staff in Gaza
Baca juga: ITS-PLN meluncurkan rumah tahan gempa berbahan limbah debu
"Konsistensi ITS dalam melahirkan inovasi-inovasi baru untuk pembelajaran dan kontribusi kepada bangsa dan masyarakat luas, sesuai keunggulannya yaitu di bidang teknologi Digital merupakan pertimbangan UNESCO dalam memberi penghargaan," ujarnya.
Ashari bersyukur atas penghargaan yang diperoleh dari Unesco. Prestasi ini adalah hasil kerja bersama seluruh keluarga besar ITS, untuk itu Ashari menyampaikan ucapan terima kasih dan apresiasi atas kontribusi semua pihak.
Wakil Rektor I Bidang Akademik dan Kemahasiswaan ITS Prof. Dr. Ir. Adi Soeprijanto, MT. dalam keterangan di Surabaya, Jumat mengatakan pihaknya bersaing ketat dengan 131 perguruan tinggi dari 42 negara yang lolos seleksi pada Unesco-ICHEI Higher Education Digitalization Pioneer Case Award yang diselenggarakan di Shenzhen, China.
"ITS menjadi satu-satunya Perguruan Tinggi di Indonesia yang mendapat penghargaan dari Unesco dalam ajang tersebut," katanya.
Dewan juri mengapresiasi antara lain dalam hal pembuatan regulasi dan kesiapan infrastruktur pembelajaran daring yang dilakukan sebelum pandemi, insentif kuliah online, hibah inovasi praktikum daring, MOOC, riset flagship intelligent learning, tablet merah putih Digits, dan aktivitas pengembangan akademik lainnya.
Sementara itu, Rektor ITS Prof. Dr. Ir. Mochamad Ashari, MEng., mengatakan pihaknya telah membangun seluruh perangkat regulasi dan infrastruktur serta menjalankan pembelajaran daring sejak Februari 2020 sebelum pandemi. Pemberlakuan pembelajaran berbasis digital ini memang sudah disiapkan sebelumnya.
"Waktu itu kami hampir mandek total. Aktivitas perkuliahan, manajemen, hingga proyek-proyek pembangunan infrastruktur semua terganggu. Bahkan dirinya beserta beberapa pejabat dan warga ITS, juga sempat terpapar virus Corona sehingga harus menjalani perawatan intensif dan isolasi di rumah sakit," katanya.
Saat itu ITS membuat aplikasi myITS Classroom untuk memfasilitasi perkuliahan daring. Semua mahasiswa dan dosen ITS sudah didaftar sesuai jadwal perkuliahan berdasarkan SIM Akademik. Pada myITS Classroom tersedia list kelas yang diikuti setiap mahasiswa.
Selain itu di ITS juga diterapkan pembelajaran asynchronous yang bisa diakses melalui LMS (learning management system), di mana dosen sudah menyiapkan materi kuliah dan mahasiswa bisa mengakses kapan saja dan di mana saja dengan fleksibel.
Ashari ingat betul, konektivitas dan akses menjadi tantangan yang harus dihadapi karena tidak semua mahasiswa memiliki akses internet yang stabil dan perangkat yang memadai untuk mengikuti pembelajaran daring dengan baik.
"Waktu itu banyak terjadi perubahan dalam rencana kegiatan kampus. Sejumlah seminar, konferensi, kuliah tamu, dan event dihentikan atau ditunda. Sebagian kegiatan dialihkan secara virtual. Kegiatan ekstrakurikuler dan organisasi mahasiswa diliburkan. Semua ini tentu berdampak pada pengembangan intelektual maupun sosial para mahasiswa," tuturnya.
Tetapi, Ashari menambahkan, di dalam sebuah bencana selalu terkandung hikmah.
“Gara-gara Pandemi COVID-19, sivitas akademika ITS justru mengalami percepatan keterampilan di bidang teknologi informasi karena dipaksa menjalankan pembelajaran dan kegiatan kerja secara virtual," ujarnya.
"Mereka jadi terbiasa menggunakan berbagai platform dan perangkat lunak pembelajaran online. Apalagi menjelang pandemi melanda, ITS sudah berancang-ancang hendak menerapkan sistem pembelajaran daring dan telah menyiapkan perangkat teknologinya,” tambahnya.
Berbagai pengembangan inovasi yang mendapat penghargaan dari Unesco merupakan program yang telah direncanakan sejak awal, namun sebagian dibangun karena kondisi pandemi. Seperti iProctor (Pengawas Ujian Berbasis AI), iAssesment (Ujian Dinamis Berbasis AI), RAISA (Robot Medis), iBoat, iCar, dan beberapa karya lainnya.
Baca juga: Indonesia's MER-C condemns Israeli strikes killing its staff in Gaza
Baca juga: ITS-PLN meluncurkan rumah tahan gempa berbahan limbah debu
"Konsistensi ITS dalam melahirkan inovasi-inovasi baru untuk pembelajaran dan kontribusi kepada bangsa dan masyarakat luas, sesuai keunggulannya yaitu di bidang teknologi Digital merupakan pertimbangan UNESCO dalam memberi penghargaan," ujarnya.
Ashari bersyukur atas penghargaan yang diperoleh dari Unesco. Prestasi ini adalah hasil kerja bersama seluruh keluarga besar ITS, untuk itu Ashari menyampaikan ucapan terima kasih dan apresiasi atas kontribusi semua pihak.