Mataram (Antara NTB) - Ketua Bidang Pembinaan Organisasi Kepemudaan dan Pengkaderan DPP Partai Demokrat Pramono Edhie Wibowo menekankan kepada kader Demokrat untuk tidak melakukan jual beli suara pada musyawarah cabang Partai Demokrat kabupaten/kota se-Nusa Tenggara Barat.
"Gunakan hati untuk pilih pemimpin bukan karena uang. Nanti kena balasannya," kata Jenderal (Purn) Pramono Edhie Wibowo saat memberi arahan pada Muscab DPC kabupaten/kota se-NTB di Mataram, Senin malam.
Menurut mantan Kasad tersebut, sudah banyak contoh praktik jual suara tesebut. Karenanya, ia meminta kepada para pemegang hak suara yakni DPC untuk tidak terpengaruh dengan praktik-praktik seperti itu.
"DPC pakai suara hatimu dengan baik pertanggungjawabkan dengan yang maha kuasa. Apa gunanya sholat besoknya jual suara," tegasnya.
Untuk itu, kegiatan musyawarah cabang (Muscab) bukan untuk mencari menang kalah yang menang kemudian arogan dan yang kalah sedih bertahun-tahun.
"Pertandingan ada menang dan kalah. Kadang memang tidak siap kalah," ucap Jenderal (Purn) Pramono Edhie Wibowo.
Karena itu, Pramono Edhi, mengibaratkan pelaksanaan Muscab sama halnya seperti pemilihan legislatif, presiden dan kepala daerah ada yang menang dan ada yang kalah.
"Yang di atur itu adalah hati kita sendiri. Memang biasanya suka ria kalau menang, sedangkan yang kalah ini sedihnya minta ampun. Tetapi kembali lagi sedihpun tidak ada gunanya," ucapnya.
Untuk itu, ia berharap pelaksanaan Muscab kabupaten/kota di NTB tetap berjalan. Tanpa ada kericuhan.
"Saya sudah banyak menghadiri Muscab dibeberapa tempat. Total sudah 25 provinsi saya lakukan dan hadiri. Tidak ada ricuh, kalah biasa," terang mantan Kasad TN AD tersebut. (*)
"Gunakan hati untuk pilih pemimpin bukan karena uang. Nanti kena balasannya," kata Jenderal (Purn) Pramono Edhie Wibowo saat memberi arahan pada Muscab DPC kabupaten/kota se-NTB di Mataram, Senin malam.
Menurut mantan Kasad tersebut, sudah banyak contoh praktik jual suara tesebut. Karenanya, ia meminta kepada para pemegang hak suara yakni DPC untuk tidak terpengaruh dengan praktik-praktik seperti itu.
"DPC pakai suara hatimu dengan baik pertanggungjawabkan dengan yang maha kuasa. Apa gunanya sholat besoknya jual suara," tegasnya.
Untuk itu, kegiatan musyawarah cabang (Muscab) bukan untuk mencari menang kalah yang menang kemudian arogan dan yang kalah sedih bertahun-tahun.
"Pertandingan ada menang dan kalah. Kadang memang tidak siap kalah," ucap Jenderal (Purn) Pramono Edhie Wibowo.
Karena itu, Pramono Edhi, mengibaratkan pelaksanaan Muscab sama halnya seperti pemilihan legislatif, presiden dan kepala daerah ada yang menang dan ada yang kalah.
"Yang di atur itu adalah hati kita sendiri. Memang biasanya suka ria kalau menang, sedangkan yang kalah ini sedihnya minta ampun. Tetapi kembali lagi sedihpun tidak ada gunanya," ucapnya.
Untuk itu, ia berharap pelaksanaan Muscab kabupaten/kota di NTB tetap berjalan. Tanpa ada kericuhan.
"Saya sudah banyak menghadiri Muscab dibeberapa tempat. Total sudah 25 provinsi saya lakukan dan hadiri. Tidak ada ricuh, kalah biasa," terang mantan Kasad TN AD tersebut. (*)