Jakarta (ANTARA) - Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian (PMPP) TNI menyebut prajurit TNI yang bertugas bersama pasukan perdamaian PBB di Lebanon (UNIFIL) masih mewaspadai ancaman serangan mulai dari bom, artileri, sampai serangan yang diluncurkan pesawat nirawak (drone).
Walaupun demikian, Komandan PMPP TNI Laksamana Muda TNI Retiono Kunto Hadiningtias memastikan prajurit TNI yang bertugas bersama UNIFIL di Lebanon mampu mengantisipasi ancaman-ancaman tersebut.
“Situasinya masih sama, seperti itu, sudah biasa kami setiap hari mendengar tembakan arteri, bom atau roket. Itu masih berlangsung," kata Laksda Retiono menjawab pertanyaan ANTARA saat ditemui selepas upacara penyambutan kepulangan Satgas Milstaff Seceast UNIFIL TNI Tahun 2023 di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta, Kamis.
Oleh karena itu, dia, yang menindaklanjuti arahan Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto pun menginstruksikan jajaran prajurit yang saat ini bertugas bersama UNIFIL di Lebanon.
"Update situasi yang ada, terus ikuti SOP pada saat ada tembakan artileri berat, bahwa (saat itu terjadi, red.) mereka harus segera ke bunker yang terdekat dulu sambil memantau situasi," tutur Retiono.
Sejak Israel menggempur Gaza pada Oktober 2023, ketegangan meluas sampai perbatasan Israel-Lebanon, termasuk di Blue Line — garis demarkasi yang memisahkan wilayah Israel dan Lebanon. Blue Line merupakan salah satu daerah operasi UNIFIL.
"Ya ada roket, artileri, mortir, bom-bom kaliber besar semua juga ada setiap hari di sana, seperti itu, memang masih sampai saat ini, tetapi kita bersyukur (serangan itu, red.) tidak berdampak secara langsung kepada kami," ujar dia.
Tidak hanya ancaman serangan di darat, pasukan UNIFIL di laut yang tergabung dalam Maritime Task Force (MTF) juga mewaspadai ancaman serangan terutama yang diluncurkan oleh drone.
Walaupun demikian, Retiono meyakini prajurit TNI yang saat ini bertugas bersama KRI Diponegoro-365 di perairan Lebanon mampu mengantisipasi ancaman itu.
Baca juga: 15 Maret batas waktu penyelesaian politik dengan Lebanon
Baca juga: Israel terus serang Hizbullah meski gencatan senjata di Gaza
"Kami punya kemampuan. Semua pasukan perdamaian punya kemampuan untuk mempertahankan diri termasuk dari ancaman drone," kata Komandan PMPP TNI itu.
Dalam 15 tahun terakhir, termasuk sampai awal 2024, Indonesia rutin tiap tahun mengirim prajurit TNI untuk bergabung dalam pasukan perdamaian PBB di Lebanon. Prajurit Indonesia yang diberangkatkan itu juga disebut sebagai Kontingen Garuda.
Di UNIFIL, mereka terbagi ke beberapa divisi, di antaranya Maritime Task Force (MTF) yang seluruhnya terdiri atas prajurit TNI Angkatan Laut, kemudian Satgas Batalyon Mekanis TNI (INDOBATT), Satgas Pendukung Markas/Force Headquarter Support Unit (FHQSU), Satgas Indo Force Protection Company (FPC), Satgas Koordinasi Sipil-Militer/Civilian Military Coordination (CIMIC) TNI, Satgas Military Community Outreach Unit (MCOU), dan Satgas Level 2 Hospital.
Sebagian besar prajurit TNI yang tergabung dalam UNIFIL beroperasi di darat, sementara untuk Satgas MTF menjalankan tugasnya di laut.
Walaupun demikian, Komandan PMPP TNI Laksamana Muda TNI Retiono Kunto Hadiningtias memastikan prajurit TNI yang bertugas bersama UNIFIL di Lebanon mampu mengantisipasi ancaman-ancaman tersebut.
“Situasinya masih sama, seperti itu, sudah biasa kami setiap hari mendengar tembakan arteri, bom atau roket. Itu masih berlangsung," kata Laksda Retiono menjawab pertanyaan ANTARA saat ditemui selepas upacara penyambutan kepulangan Satgas Milstaff Seceast UNIFIL TNI Tahun 2023 di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta, Kamis.
Oleh karena itu, dia, yang menindaklanjuti arahan Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto pun menginstruksikan jajaran prajurit yang saat ini bertugas bersama UNIFIL di Lebanon.
"Update situasi yang ada, terus ikuti SOP pada saat ada tembakan artileri berat, bahwa (saat itu terjadi, red.) mereka harus segera ke bunker yang terdekat dulu sambil memantau situasi," tutur Retiono.
Sejak Israel menggempur Gaza pada Oktober 2023, ketegangan meluas sampai perbatasan Israel-Lebanon, termasuk di Blue Line — garis demarkasi yang memisahkan wilayah Israel dan Lebanon. Blue Line merupakan salah satu daerah operasi UNIFIL.
"Ya ada roket, artileri, mortir, bom-bom kaliber besar semua juga ada setiap hari di sana, seperti itu, memang masih sampai saat ini, tetapi kita bersyukur (serangan itu, red.) tidak berdampak secara langsung kepada kami," ujar dia.
Tidak hanya ancaman serangan di darat, pasukan UNIFIL di laut yang tergabung dalam Maritime Task Force (MTF) juga mewaspadai ancaman serangan terutama yang diluncurkan oleh drone.
Walaupun demikian, Retiono meyakini prajurit TNI yang saat ini bertugas bersama KRI Diponegoro-365 di perairan Lebanon mampu mengantisipasi ancaman itu.
Baca juga: 15 Maret batas waktu penyelesaian politik dengan Lebanon
Baca juga: Israel terus serang Hizbullah meski gencatan senjata di Gaza
"Kami punya kemampuan. Semua pasukan perdamaian punya kemampuan untuk mempertahankan diri termasuk dari ancaman drone," kata Komandan PMPP TNI itu.
Dalam 15 tahun terakhir, termasuk sampai awal 2024, Indonesia rutin tiap tahun mengirim prajurit TNI untuk bergabung dalam pasukan perdamaian PBB di Lebanon. Prajurit Indonesia yang diberangkatkan itu juga disebut sebagai Kontingen Garuda.
Di UNIFIL, mereka terbagi ke beberapa divisi, di antaranya Maritime Task Force (MTF) yang seluruhnya terdiri atas prajurit TNI Angkatan Laut, kemudian Satgas Batalyon Mekanis TNI (INDOBATT), Satgas Pendukung Markas/Force Headquarter Support Unit (FHQSU), Satgas Indo Force Protection Company (FPC), Satgas Koordinasi Sipil-Militer/Civilian Military Coordination (CIMIC) TNI, Satgas Military Community Outreach Unit (MCOU), dan Satgas Level 2 Hospital.
Sebagian besar prajurit TNI yang tergabung dalam UNIFIL beroperasi di darat, sementara untuk Satgas MTF menjalankan tugasnya di laut.