Jakarta (ANTARA) - Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan mengatakan Indonesia harus memiliki sistem penanaman cabai yang tidak terpengaruh oleh cuaca guna mencegah kegagalan panen agar harga tetap stabil.
"Cabai biasa (naik), karena kita belum ada sistem menanam cabai yang green house itu. Ada tapi belum banyak, sehingga akan sangat tergantung pada musim atau cuaca," ujar Zulkifli di Jakarta, Minggu.
Zulkifli menyebutkan kegagalan panen dapat memberikan dampak pada mahalnya harganya cabai di berbagai tempat. Sebab, permintaan yang banyak tidak diimbangi dengan ketersediaan yang memadai.
"Kalau hujan terus-menerus dan lebat, panen gagal. Kalau panen sedikit, permintaannya banyak, harga naik," katanya.
Mendag berharap Kementerian Pertanian atau lembaga terkait lainnya dapat mengembangkan sistem pertanian terutama untuk cabai agar tidak terpengaruh dengan cuaca. Sementara itu, Zulkifli mengatakan ketersediaan barang kebutuhan pokok selama Ramadhan dan menjelang Idul Fitri terpantau aman dan harga yang cenderung stabil. Harga telur ayam terpantau berkisar antara Rp29 ribu - Rp31 ribu, jagung pakan ternak berada di harga Rp5 ribuan, daging ayam Rp39 ribu-Rp40 ribu.
Ketersediaan beras di pasar-pasar tradisional juga terpantau aman dengan harga yang stabil. Untuk beras Program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) tersedia dengan harga eceran tertinggi (HET) Rp11 ribu per kilogram dan beras premium dari Perum Bulog dijual dengan HET Rp14 ribu per kilogram.
Baca juga: Oleh-oleh dari luar negeri tak kena pungutan bea cukai
Baca juga: Mendag sebut HET Minyak Goreng ditahan
"Memang kalau beras, beras yang disediakan pemerintah, beras Bulog itu bagus, itu Rp11 ribu yang SPHP, yang Rp14 ribu beras premiumnya Bulog, harganya dijamin enggak naik. Tapi kalau cari beras lokal, belum panen raya. Memang sudah enggak naik, tapi belum turun harganya masih tinggi," kata Zulkifli.
"Cabai biasa (naik), karena kita belum ada sistem menanam cabai yang green house itu. Ada tapi belum banyak, sehingga akan sangat tergantung pada musim atau cuaca," ujar Zulkifli di Jakarta, Minggu.
Zulkifli menyebutkan kegagalan panen dapat memberikan dampak pada mahalnya harganya cabai di berbagai tempat. Sebab, permintaan yang banyak tidak diimbangi dengan ketersediaan yang memadai.
"Kalau hujan terus-menerus dan lebat, panen gagal. Kalau panen sedikit, permintaannya banyak, harga naik," katanya.
Mendag berharap Kementerian Pertanian atau lembaga terkait lainnya dapat mengembangkan sistem pertanian terutama untuk cabai agar tidak terpengaruh dengan cuaca. Sementara itu, Zulkifli mengatakan ketersediaan barang kebutuhan pokok selama Ramadhan dan menjelang Idul Fitri terpantau aman dan harga yang cenderung stabil. Harga telur ayam terpantau berkisar antara Rp29 ribu - Rp31 ribu, jagung pakan ternak berada di harga Rp5 ribuan, daging ayam Rp39 ribu-Rp40 ribu.
Ketersediaan beras di pasar-pasar tradisional juga terpantau aman dengan harga yang stabil. Untuk beras Program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) tersedia dengan harga eceran tertinggi (HET) Rp11 ribu per kilogram dan beras premium dari Perum Bulog dijual dengan HET Rp14 ribu per kilogram.
Baca juga: Oleh-oleh dari luar negeri tak kena pungutan bea cukai
Baca juga: Mendag sebut HET Minyak Goreng ditahan
"Memang kalau beras, beras yang disediakan pemerintah, beras Bulog itu bagus, itu Rp11 ribu yang SPHP, yang Rp14 ribu beras premiumnya Bulog, harganya dijamin enggak naik. Tapi kalau cari beras lokal, belum panen raya. Memang sudah enggak naik, tapi belum turun harganya masih tinggi," kata Zulkifli.