Mataram (ANTARA) - Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Kota Mataram dan SMA Negeri 6 Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, berkolaborasi mengolah limbah alat peraga kampanye hasil penertiban menjadi menjadi karya seni yang bermanfaat, memukau dan penuh makna.  

Ketua Bawaslu Kota Mataram Muhammad Yusril di Mataram, Minggu mengatakan, kolaborasi tersebut dilaksanakan melalui program projek penguatan profil pelajar pancasila (P5) di SMAN 6 Mataram.   

"Kami melihat potensi besar dalam limbah kampanye sehingga kami percaya dengan sedikit kreativitas, limbah ini bisa diubah menjadi sesuatu yang bermanfaat dan memberikan pesan positif kepada masyarakat," katanya.  

Dengan visi itulah, Bawaslu Mataram mengajak para siswa SMAN 6 Mataram untuk terlibat dalam program tersebut. Dengan bimbingan guru, para siswa mulai mengolah limbah-limbah kampanye berupa bendera, spanduk dan sejenisnya menjadi karya seni yang memukau.

Produk-produk yang dihasilkan dari kegiatan itu, mulai dari tas, celemek, sarung bantal, hingga aksesori seperti 'pouch" dan berbagai jenis lainnya mampu dihasilkan siswa. Karya pelajar tersebut, katanya, tidak hanya memukau dengan kreativitas, tetapi juga menyiratkan pesan yang dalam tentang pentingnya berpikir secara berkelanjutan.

"Setiap karya menjadi simbol harapan akan masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan," katanya.

Baca juga: Bawaslu jelaskan Jokowi tak langgar netralitas soal bansos
Baca juga: Bawaslu NTB ajak media massa tangkal hoaks jelang pilkada serentak

Dengan demikian, kolaborasi antara Bawaslu dan SMA ini tidak hanya berhasil dalam merubah limbah menjadi karya seni yang menginspirasi, tetapi juga menyebarkan pesan penting tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan kepada generasi muda, menjadikannya sebuah langkah maju menuju masyarakat yang lebih berbudaya dan berwawasan.

Pasalnya, mereka tidak hanya memanfaatkan bahan-bahan fisik, tetapi juga menyelipkan pesan-pesan tentang pentingnya demokrasi yang bersih dan partisipasi aktif dalam proses pemilu.

Lebih jauh Yusril mengatakan, sejak pemilu berakhir, limbah alat peraga kampanye seringkali dibiarkan berserakan di berbagai sudut kota. Spanduk-spanduk, dan bendera-bendera yang pernah bersemangat dalam kampanye kini hanya menjadi pemandangan yang menyedihkan. Namun, melalui proyek yang diprakarsai oleh Bawaslu, pandangan terhadap limbah tersebut berubah drastis.

Karena itu, lanjutnya, kegiatan ini bukan sekadar tentang menciptakan karya-karya seni yang indah, tetapi juga tentang mengubah cara pandang terhadap limbah. Dengan mengubah limbah menjadi barang yang bernilai, para siswa belajar bahwa setiap tindakan kecil dapat membuat perbedaan besar dalam menjaga lingkungan.

"Ini bukan hanya tentang mengurangi sampah, tetapi juga tentang memberikan pesan yang kuat kepada masyarakat," katanya.

Untuk itu, tambahnya, pihaknya berharap bahwa program ini tidak hanya menjadi contoh inspiratif bagi daerah lain, tetapi juga mendorong perubahan nyata dalam pola pikir dan perilaku terhadap lingkungan dan demokrasi.




 

Pewarta : Nirkomala
Editor : I Komang Suparta
Copyright © ANTARA 2024