Surabaya (ANTARA) - Mendikbud Nadiem Makarim menghapus ekstrakurikuler pramukadari daftar ekskul wajib selama bertahun-tahun bagi para peserta didik mulai dari pendidikan dasar hingga ke jenjang menengah atas. 

Padahal sebelumnya, pramuka dijadikan sebagai ekskul wajib yakni sesuai peraturan mendikbud Muhammad Nuh dalam Permendikbud Nomor 63 Tahun 2014.

Namun, kini pramuka tidak lagi menjadi ekskul wajib usai mendikbud Nadiem Makarim menjabat. Pramuka kini menjadi ekskul pilihan yakni tertuang dalam peraturan terbaru Permendikbud No 12 Tahun 2024.

"Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 63 Tahun 2014 tentang Pendidikan Kepramukaan sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 959); dicabut dan dinyatakan tidak berlaku." bunyi Pasal 34 huruf h Permendikbudristek Nomor 12 tahun 2024.

Kemendikbudristek kemudian menjelaskan, Kurikulum Merdeka termasuk mencabut aturan Pramuka wajib punya alasan tersendiri. 

"Kurikulum Merdeka juga memberikan kepercayaan yang lebih besar kepada guru untuk merancang pembelajaran sesuai konteks, kebutuhan peserta didik dan kondisi satuan pendidikan mengingat begitu beragam kondisi satuan pendidikan dan daerah di Indonesia," demikian keterangan Kemendikbudristek di situs resmi mereka, Minggu (31/3).

Kata Kemendikbud, kebijakan mengenai kurikulum dan pembelajaran ini bagian dari upaya yang lebih menyeluruh untuk meningkatkan kualitas pendidikan untuk semua peserta didik terlepas dari latar belakangnya. Dan pramuka tak lagi menjadi ekskul wajib sebab Mendikbud ingin para siswa memilih ekstrakurikuler yang memang menjadi minat dan bakatnya.

Hal ini pun menuai banyak pihak turut bicara menyikapi di antaranya senator terpilih Dr. Lia Istifhama. Aktivis sosial yang mengantongi suara calon DPD perempuan pendatang baru terbanyak nasional tersebut, secara lugas menunjukkan keprihatinan.

"Sangat disesalkan atas dihapusnya Pramuka dari ekskul wajib. Semoga ini masih bisa dipertimbangkan ulang," kata Ning Lia panggilan akrabnya.

Bukan tanpa alasan, perempuan milenial yang sarat menerima penghargaan di antaranya Tokoh Milenial Literasi Jatim dari ARCI dan Person of The Year 2023 Radar Surabaya tersebut mengkaitkan dengan stimulus anak didik berdaya dan berkarya.

Pramuka merupakan salah satu tahapan penting bagaimana anak didik ditempa untuk berdaya dan berkarya. Kata berkarya jelas tampak dari padanan kata “Pramuka” yang merupakan singkatan dari praja muda karana, yaitu rakyat muda yang suka berkarya.

Ia pun kemudian menjelaskan pentingnya tahapan Gerakan Pramuka. Pramuka membentuk anak didik untuk memiliki kemandirian dan daya saing serta membangun kreativitas sesuai tahapan usia atau kemampuan kognitifnya, yaitu diklasifikasikan melalui Gerakan Pramuka mulai dari Pramuka Siaga, lanjut Pramuka Penggalang, Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega.

Jadi pola pendidikan dan tempaan mental yang didapat anak didik melalui Gerakan Pramuka, itu sangat tepat dan sistematis sesuai sikap dan kemampuan anak di usia tertentu. Melalui buku saku pramuka yang jadi pedoman untuk dihafal dan dipraktekkan, sejatinya inilah pembelajarann lengkap yang penting untuk diterima anak-anak. Mereka belajar menghafal, belajar tanggung jawab, dan belajar kerjasama, belajar mandiri dan berani, dan sebagainya. Inilah character building.

Untuk memastikan kemanfaatan dari Pramuka, Ning Lia pun mengisahkan masa kecilnya saat menjadi Pramuka Siaga.

"Pramuka merupakan proses pembelajaran di usia sekolah yang sangat penuh kesan. Ingat betul, saya dulu masuk di grup Dahlia. Dengan masuk dalam grup yang bernama bunga, maka inilah penguat karakter anggun dan santun yang harus dimiliki oleh perempuan. Kalau anak laki-laki kan nama hewan, dengan tujuan menumbuhkan ketangkasan.”

“Waktu itu tingkatan saya Pramuka Siaga. Sangat terasa serunya belajar mandiri melalui kegiatan Persami (perkemahan Sabtu Minggu), menghafal bendera semafor, bahkan latihan menyalakan korek api. Jadi benar-benar penuh kesan dan secara otomatis mendidik mental untuk berani. Agar bisa memenuhi pedoman dalam buku saku," kisahnya.

Menurutnya, semua alasan itulah yang membuat senator berparas cantik dan bertinggi semampai itu menegaskan harapannya agar penghapusan Pramuka dari ekskul wajib, dipertimbangkan ulang.

"Pendidikan bukan soal pilihan, tapi memang harus ada aturan yang sistematis dan bertanggung jawab. Hal ini karena anak-anak butuh dibimbing. Jadi tidak bisa sebatas anak-anak disuruh pilih a atau b, melainkan harus selalu diarahkan. Apalagi jika bicara passion, pola pembelajaran dalam Pramuka sangat menjawab kebutuhan passion anak, kok. Jadi tidak ada alasan yang cukup kuat untuk menjadikannya sebatas ekskul pilihan," tegasnya.


 

Pewarta : ANTARA NTB
Editor : Abdul Hakim
Copyright © ANTARA 2024