Mataram (ANTARA) - Pendirian Madrasah Nahdhatul Banat Diniyah Islamiyah (NBDI) di Pancor Lombok adalah bukti nyata kegeniusan, kepedulian, keperpihakan dan komitmen TGKH. Muhammad Zaenuddin Abdul Majid bagi kemajuan perempuan Indonesia. Sebagai sekolah pertama untuk kaum perempuan di Pulau Lombok pada khususnya, Indonesia pada umumnya telah menjadi realitas sejarah yang kuat dalam perjalanan bangsa Indonesia. 

Kini keberadaan Madrasah NBDI telah genap 81 tahun mengiringi dunia pendidikan di Tanah dan menjadi bagian penting dalam perjalanan ribuan madrasah Nahdhatul Wathan Diniyah Islamiyah (NWDI) di Tanah Air dalam partisipasi mencerdaskan kehidupan bangsa dengan pondasi dan tujuan iman dan takwa.   

Tanggal 21 April adalah salah satu tanggal bersejarah di Indonesia. Setiap tanggal 21 April oleh seluruh bangsa Indonesia diperingati sebagai hari Kartini. Kartini adalah nama tokoh pejuang emansipasi kaum perempuan Indonesia. Kartini adalah dipandang sebagai tonggak keberanian, inspirasi persamaan, muasal pemberdayaan perempuaan di Tanah Air. 

Kemunculan Kartini sebagai figur sentral emansipasi perempuan di Indonesia berasal dari keberaniannya menyampaikan pikiran pembebasan bagi kaumnya dalam bentuk tulisan-tulisan. Pada saat itu, kaum perempuan sama sekali belum mendapat tempat pada dunia ilmu dan literasi. Tidak hanya karena faktor budaya semata. 

Lebih dari itu, keberadaan bangsa penjajah mendominasi kemunduruan perjalanan masyarakat Nusantara. Sehingga nyaris, perempuan yang melek baca tulis sangat terbatas – masih sangat langka.   

Pada tanggal dan bulan yang sama dengan kelahiran RA. Kartini, tepatnya pada 21 April 1943, di Nusantara Timur ketika itu (baca: Indonesia sebelum kemerdekaan), tepatnya di Pulau Lombok, seorang ulama muda kharismatik bernama Tuan Guru Kiai Haji (TGKH) Muhammad Zaenuddin Abdul Majid mendirikan perguruan khusus bagi perempuan yang diberi nama Madrasah Nahdhatul Banat Diniyah Islamiyah (NBDI). Delapan tahun sebelum itu, tepatnya pada tanggal 17 Agustus 1936, TGKH. 

Muhammad Zaenuddin Abdul Majid mendirikan madrasah pertama yang diberi nama Madrasah Nahdhatul Wathan Diniyah Islamiyah (NWDI) untuk pendidikan putra-putra Nusantara. Madrasah NWDI dan NBDI adalah ijtihad pendidikan dan wadah perjuangan bagi bangsa Indonesia dari tokoh ulama kharismatik kelahiran Lombok – Haji Muhammad Zaenuddin Abdul Majid Nahdhatul Wathan Diniyah Islamiyah disingkat HAMZANWADI.

Madrasah NWDI dan NBDI adalah insititusi pertama yang mengenalkan sistem pendidikan semi formal dan formal kepada masyarakat Sasak (baca: Lombok) ketika itu. Kepeloporan HAMZANWADI dengan NWDI dan NBDI tak pelak mengundang berbagai macam fitnah, tuduhan tanpa dasar dari golongan bangsanya sendiri. 

Tuduhan pembawa Mu’tazilah, Khawarij, Wahabi dan sekolah kafir pada madrasah yang didirikannya datang dari tokoh-tokoh agama sepuh yang tidak setuju dengan pendirian dan keberadaan dua madrasah lagenda itu. HAMZANWADI tidak bergeming, tidak gentar dengan berbagai tuduhan-tuduhan itu. Dengan penuh keyakinan, kesabaran dan istiqamah, HAMZANWADI terus maju demi agama dan bangsa yang sangat dicintainya.    

Tidak dapat dibayangkan bentuk dan macam kesulitan, hambatan, cobaan, rintangan dalam pendirian madrasah NWDI dan NBDI pada masa itu. Bersama para murid yang telah dididik dari awal hingga menjadi orang, semua rintangan dan hambatan dapat dilewati. Semangat membangun bangsa yang terus membara dalam diri HAMZANWADI telah menjadi energi penting bagi perjalanan NWDI dan NBDI. Kedua madrasah ini sejak didirikannya terus aktif mendidik, menebarkan ilmu pengetahun bagi putra putri Indonesia sejak era sebelum kemerdekaan hingga kini. 

NBDI secara khusus menjadi madrasah lagenda di Nusanatara yang telah memperterang dan berani melakukan pemberontakan terhadap budaya dan tradisi pada zaman yang masih menihilkan peran dan partisipasi perempuan dalam peradaban bangsa. Pada masa pendirian NBDI, perempuan sangat tidak diperhitungkan, terutama pada hal yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan, pendidikan apalagi pada panggung-panggung publik. Perempuan dipaksa memahami dan menerima kuadratnya sebagai kelompok rendah masyarakat kelas dua dalam semua bidang kehidupan. Sehingga peran dan partisipasi perempuan sangat kecil. Bahkan sangat minim. 

Melihat dan mengalami situasi itu, HAMZANWADI sangat gelisah dengan realitas sosial zamannya. Di mana kaum perempuan tidak memiliki tempat dalam dunia pendidikan yang diperjuangkannya. HAMZANWADI memilih berpikir dan bertindak out of the box. 

Ia berpikir keras dengan kesungguhan maksimal melaksanakan berbagai cara dan langkah menaikkan harkat dan martabat perempuan, sehingga muncul partisipasi perempuan pada semua 
sendi kehidupan. Tentu pikiran, gagasan dan kegelisahan HAMZANWADI merupakan hal yang sangat tabu pada zamannya. Lebih-lebih pada kalangan agamawan ketika itu. Sebab, perempuan ketika itu, hanya pasrah menerima takdir. Baik langsung dan tidak langsung, HAMZANWAD melalui NBDI telah memberi konstribusi besar dan nyata dalam kemajuan perempuan Indonesia. 

Tentu bukan faktor kebetulan semata, tanggal pendirian NBDI sama persis dengan tanggal kelahiran RA Kartini yang kemudian diperingati sebagai hari emansipasi perempuan di Indonesia. Lebih dari itu, merupakan isyarat langit, bahwa ijtihad pendidikan HAMZANWADI pada NBDI adalah bukti besar dan pentingnya HAMZANWADI bagi bangsa Indonesia. 

NBDI sendiri dengan segala dinamikanya, dirikan sebagai basis dan markas pendidikan kaum perempuan, khususnya di Pulau Lombok untuk menimba ilmu agama dan ilmu lainnya. Jejak perjuangan beliau terasa sampai kini dengan partisipasi kaum perempuan di Pulau Seribu Masjid. Bahkan sudah berkembang menusantara. Keberadaan NBDI sendiri sangat eksis sampai saat ini melebur sebagai realitas sejarah pada ribuan madrasah NWDI di Tanah Air.   

Bersama mandrasah NBDI, HAMZANWADI berjuang, bergerak tanpa henti tentang pentingnya peran dan keterlibatan perempuan dalam peradaban bangsa. Dengan dasar dan tuntuan agama, bahwa menurut ilmu adalah kewajiban bagi muslimin muslimat. Diterjemahkan dan diwujudkan bahwa lelaki dan perempuan harus memperoleh ilmu pengetahun dan pendidikan yang sama untuk mengisi kemerdekaan bangsa. 

Mengapa dengan NBDI? Menurut penulis, inilah salah satu kejeniusan seorang HAMZANWADI, figur yang melampaui zamannya. Telah tampil sebagai ulama, mujtahid pendidikan, pejuang kemerdekaan, intelektual, praktisi yang melakukan pencerahan bagi putra-putri Nusantara tanpa membeda-membedakan. 

Dengan jejak itu, perjuangan dan hasil ijtihad HAMZANWADI tidak lekang oleh zaman. Jejak perjuangannya makin kokoh. Bahkan terus berkembang dan membesar dalam bentuk madrasah-madrasah di berbagai penjuru negeri dengan tetap berpegang pada asal dan induknya Daruhnahdhatin (NWDI & NBDI). 

Kini keadaan kaum perempuan Sasak pada khususnya, dan perempuan Indonesia umumnya yang menjadi landasan pendirian NBDI bagi HAMZANWADI telah berubah sangat. Langsung atau tidak langsung perubahan itu karena kontribusi HAMZANWADI melalui NBDI yang didirikan 81 tahun silam. Saat ini, kaum perempuan di Indonesia telah tampil sama dengan kaum pria. Termasuk dalam dunia politik (baca; ruang publik). Tidak semua negara memiliki sejarah perubahan pada realitas sosial politik seperti yang terjadi di Tanah Air. 

Di Indonesia, kaum perempuan pernah menjadi wakil presiden dan presiden. Di NTB sendiri, kaum perempuan tampil menjadi wakil gubernur, bupati, ketua DPRD. Sebuah realitas sejarah bangsa yang sangat minim dimiliki oleh bangsa lain. Hemat penulis, perubahan itu karena bagian dari ijtihad pendidikan HAMZANWADI melalui NBDI. 

Jejak perjalanan madrash NBDI menjadi penting bagi generasi penerus bangsa. Perjalanan dan perjuangan madrasah NBDI patut menjadi inspirasi bagi generasi sekarang untuk mengisi cita-cita kemerdekaan dengan membuat karya yang memberi manfaat bagi sesama. Lebih-lebih karya yang dapat mengharumkan dan membesarkan nama bangsa. Dengan penuh kesyukuran, kini jejak dari pendirian NBDI 81 tahun silam telah menjelma menjadi ribuan madrasah yang tersebar di seluruh pelosok negeri. 

Di mana madrasah-madrasah ini sampai hari ini memberikan kesempatan yang sama bagi generasi penerus baik laki-laki dan perempuan. Jejak dan kiprah besar marasah NBDI telah melahirkan banyak pemimpin-pemimpin dan tokoh-tokoh perempuan di berbagai bidang kehidupan, baik pendidikan, ekonomi, kesehatan dan politik di Indonesia. Selamat ULTAH ke 81 madrasah NBDI. Terus menginspirasi, dan jaya selamanya.      
 

*) Penulis Wakil Rektor IAI HAMZANWADI Pancor

 

Pewarta : Dr. H. Abdul Hayyi Akrom, M.MPd *)
Editor : Abdul Hakim
Copyright © ANTARA 2024