Beijing (ANTARA) - Komandan Tim Kampanye Nasional (TKN) Pemilih Muda (Fanta) Prabowo-Gibran, Arief Rosyid Hasan mengajak diaspora muda yaitu para mahasiswa dan mahasiswi Indonesia yang berada di Beijing untuk mengambil peran strategis untuk mewujudkan visi Indonesia Emas 2045.
"Bonus demografi Indonesia diperkirakan akan mencapai puncaknya pada 2038 dan hal itu tidak akan terulang lagi. Bila kita bisa memanfaatkan momen tersebut, maka akan sangat mendukung dalam mencapai visi Indonesia Emas 2045," kata Arief Rosyid di aula Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Beijing, China pada Minggu.
Arief Rosyid Hasan menyampaikan hal tersebut dalam acara diskusi "Peran Diaspora Muda Indonesia dalam Kemajuan ekonomi Bangsa" yang dihadiri sekitar 20 orang mahasiswa dan mahasiswi Indonesia yang sedang mengenyam pendidikan di Beijing.
Indonesia diperkirakan akan menghadapi era bonus demografi pada 2030 hingga 2040. Bonus demografi adalah proporsi penduduk usia produktif (15-64 tahun) lebih besar dibandingkan dengan usia nonproduktif (65 tahun ke atas) dengan proporsi lebih dari 60 persen dari total jumlah penduduk Indonesia.
"Indonesia maju bila dapat memanfaatkan bonus demografi. Bonus demografi dapat bermanfaat bila generasi mudanya bagus, yaitu mereka yang dapat berpikir kritis dan tidak hanya memegang 'handphone' untuk menonton konten lalu tersesat di belahan dunia digital yang luas," kata Arief.
Pemerintah Indonesia menetapkan Visi Indonesia Emas 2045 yaitu 100 tahun setelah kemerdekaan, Indonesia diproyeksikan menjadi ekonomi terbesar keempat dunia sehingga dapat keluar dari kondisi "jebakan pendapatan kelas menengah" pada 2038.
"Namun ternyata di lapangan masih ada kesenjangan seperti SDM yang masih terpusat di satu area, anak-anak muda hanya menjadi objek pembangunan dan tidak terlibat dalam posisi-posisi strategis," ungkap Arief.
Untuk itu peran mahasiswa, termasuk yang berada di luar negeri, menurut Arief cukup strategis dalam menjawab tantangan kesenjangan tersebut.
"Teman-teman yang bersekolah di China penting untuk memberikan informasi yang akurat ke dalam negeri mengenai kondisi di luar namun juga bisa menerima informasi dari teman-teman di dalam negeri sehingga informasi-informasi tersebut dapat diolah dan berkontribusi saat pulang ke Indonesia," tambah Arief
Namun salah satu peserta diskusi, Aulia asal Jember menanyakan bagaimana cara berkontribusi saat masih belajar di luar negeri.
Baca juga: Warisan Roemah Indonesia hadir di Beijing
Baca juga: Jubir Menlu Beijing mendukung pernyataan PM Malaysia soal "fobia China"
"Bisa dimulai dengan langkah kecil, misalnya dengan membuat diskusi seperti ini atau membuka jalan untuk menambah jumlah penerima beasiswa dari daerah asal, misalnya bila kamu dari pesantren bisa menarik lebih banyak adik kelas yang dapat belajar di China," jawab Arief.
Arief yang merupakan Ketua Umum Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) periode 2013-2015 menghadiri diskusi dengan para mahasiswa setelah menghadiri "The 14th Beijing International Film Festival (BJIFF)", sebuah festival tahunan yang mengumpulkan para sineas dari berbagai negara di dunia.
Ia merupakan Produser Eksekutif film Lafran yaitu film biopik tentang pendiri organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sekaligus Pahlawan Nasional Lafran Pane yang diperankan oleh Dimas Anggara.
Arief Rosyid pernah menjabat sebagai Komisaris Independen Bank Syariah Indonesia 2021-2023 namun mengundurkan diri setelah ditunjuk menjadi Komandan TKN Fanta Prabowo-Gibran memiliki tanggung jawab dalam mengelola pemilih muda.
"Tugas saya adalah mendorong naiknya isu-isu anak muda dan juga pemimpin-pemimpin muda yang berkualitas," ungkap Arief.
"Bonus demografi Indonesia diperkirakan akan mencapai puncaknya pada 2038 dan hal itu tidak akan terulang lagi. Bila kita bisa memanfaatkan momen tersebut, maka akan sangat mendukung dalam mencapai visi Indonesia Emas 2045," kata Arief Rosyid di aula Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Beijing, China pada Minggu.
Arief Rosyid Hasan menyampaikan hal tersebut dalam acara diskusi "Peran Diaspora Muda Indonesia dalam Kemajuan ekonomi Bangsa" yang dihadiri sekitar 20 orang mahasiswa dan mahasiswi Indonesia yang sedang mengenyam pendidikan di Beijing.
Indonesia diperkirakan akan menghadapi era bonus demografi pada 2030 hingga 2040. Bonus demografi adalah proporsi penduduk usia produktif (15-64 tahun) lebih besar dibandingkan dengan usia nonproduktif (65 tahun ke atas) dengan proporsi lebih dari 60 persen dari total jumlah penduduk Indonesia.
"Indonesia maju bila dapat memanfaatkan bonus demografi. Bonus demografi dapat bermanfaat bila generasi mudanya bagus, yaitu mereka yang dapat berpikir kritis dan tidak hanya memegang 'handphone' untuk menonton konten lalu tersesat di belahan dunia digital yang luas," kata Arief.
Pemerintah Indonesia menetapkan Visi Indonesia Emas 2045 yaitu 100 tahun setelah kemerdekaan, Indonesia diproyeksikan menjadi ekonomi terbesar keempat dunia sehingga dapat keluar dari kondisi "jebakan pendapatan kelas menengah" pada 2038.
"Namun ternyata di lapangan masih ada kesenjangan seperti SDM yang masih terpusat di satu area, anak-anak muda hanya menjadi objek pembangunan dan tidak terlibat dalam posisi-posisi strategis," ungkap Arief.
Untuk itu peran mahasiswa, termasuk yang berada di luar negeri, menurut Arief cukup strategis dalam menjawab tantangan kesenjangan tersebut.
"Teman-teman yang bersekolah di China penting untuk memberikan informasi yang akurat ke dalam negeri mengenai kondisi di luar namun juga bisa menerima informasi dari teman-teman di dalam negeri sehingga informasi-informasi tersebut dapat diolah dan berkontribusi saat pulang ke Indonesia," tambah Arief
Namun salah satu peserta diskusi, Aulia asal Jember menanyakan bagaimana cara berkontribusi saat masih belajar di luar negeri.
Baca juga: Warisan Roemah Indonesia hadir di Beijing
Baca juga: Jubir Menlu Beijing mendukung pernyataan PM Malaysia soal "fobia China"
"Bisa dimulai dengan langkah kecil, misalnya dengan membuat diskusi seperti ini atau membuka jalan untuk menambah jumlah penerima beasiswa dari daerah asal, misalnya bila kamu dari pesantren bisa menarik lebih banyak adik kelas yang dapat belajar di China," jawab Arief.
Arief yang merupakan Ketua Umum Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) periode 2013-2015 menghadiri diskusi dengan para mahasiswa setelah menghadiri "The 14th Beijing International Film Festival (BJIFF)", sebuah festival tahunan yang mengumpulkan para sineas dari berbagai negara di dunia.
Ia merupakan Produser Eksekutif film Lafran yaitu film biopik tentang pendiri organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sekaligus Pahlawan Nasional Lafran Pane yang diperankan oleh Dimas Anggara.
Arief Rosyid pernah menjabat sebagai Komisaris Independen Bank Syariah Indonesia 2021-2023 namun mengundurkan diri setelah ditunjuk menjadi Komandan TKN Fanta Prabowo-Gibran memiliki tanggung jawab dalam mengelola pemilih muda.
"Tugas saya adalah mendorong naiknya isu-isu anak muda dan juga pemimpin-pemimpin muda yang berkualitas," ungkap Arief.