Jakarta (ANTARA) - Dua bulan sebelum Olimpiade Paris 2024 digelar, atlet-atlet bulu tangkis Indonesia telah memberikan pesan positif nan membesarkan hati bahwa mereka bisa berbuat jauh dalam acara olah raga terbesar sejagat itu.

Pertengahan Maret lalu mereka menciptakan All Indonesian Final pertama dalam kurun 30 tahun terakhir pada final tunggal putra All England.

Anthony Sinisuka Ginting dan Jonatan Christie mengulang pertemuan Hariyanto Arbi dengan Ardy Bernardus Wiranata dalam final turnamen bulu tangkis bergengsi di dunia itu pada 1994.

Jonatan memenangkan laga final itu. Komunitas bulu tangkis Indonesia bergembira untuk Jonatan.

Namun, kegembiraan terbesar kita adalah menyaksikan dua atlet bulu tangkis Indonesia semakin matang dari waktu ke waktu, dan ini bisa menjadi modal penting dalam mempertahankan tradisi emas Olimpiade nanti.

Baik Jonatan maupun Anthony Ginting lolos ke Olimpiade Paris, bersama tunggal putri Gregoria Mariska Tunjung, ganda putra Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, ganda putri Apriyani Rahayu/Siti Fadia Ramadhanti, dan ganda campuran Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari.

Kematangan dua pemain tunggal putra Indonesia itu berlanjut dalam turnamen-turnamen lain, sampai pada Piala Thomas yang digelar di Chengdu, China, yang segera mengakhiri acaranya hari ini.

Bersama ganda putra Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, mereka mengantarkan Indonesia ke final Piala Thomas edisi tahun ini setelah menyudahi perlawanan kuda hitam Taiwan atau China Taipei dengan angka meyakinkan, 3-0.

Ini merupakan final Piala Thomas ke-18 yang diarungi Indonesia. Tidak ada negara yang bisa menyamai pencapaian yang ditorehkan tim putra Indonesia, termasuk China sekalipun.

Mereka bahkan sudah 30 kali masuk semifinal Piala Thomas, yang juga akan sulit disaingi siapa pun, terutama karena peta bulu tangkis dunia sudah demikian merata sampai Taiwan pun bisa menembus semifinal turnamen beregu putra bergengsi ini.

Halaman berikut: Rekor pertemuan dengan China

Final 2024 juga menjadi final ketiga Indonesia dalam tiga edisi Piala Thomas berturut-turut.

Mereka segera bertemu dengan China pada sore hari nanti, yang merupakan ketujuh kalinya kedua negara bertemu dalam final Piala Thomas.

Dalam enam final Piala Thomas terdahulu melawan China, Indonesia menang tiga kali, termasuk dalam pertemuan terakhir kedua negara di Aarhus, Denmark, pada 2020.

Anthony Ginting, Jonatan Christie, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, dan Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin yang menjadi bagian tim 2024, adalah juga bagian dari tim Indonesia yang menjuarai Piala Thomas 2020.

Semoga mereka mengulangi sukses empat tahun lalu itu dan sekaligus membalas kegagalan dua tahun sebelumnya ketika mereka menyerah kepada India, 0-3 langsung, setelah baik Anthony maupun Jonatan takluk kepada India.

Mereka sudah membalas kekalahan dari India setelah dalam fase grup mengalahkan mereka 4-1, yang salah satu poin kemenangan itu disumbangkan oleh Jonatan yang menaklukkan Lakshya Sen.

Halaman berikut: Kian manis bersama tim Uber Kian manis bersama tim Uber

Yang membuat catatan tim putra itu semakin manis adalah untuk pertama kalinya dalam 28 tahun terakhir, keberhasilan mereka mencapai final Piala Thomas dibarengi dengan kesuksesan tim putri mencapai final Piala Uber.

Terakhir kali tim putra dan putri Indonesia maju bersamaan ke final Piala Uber dan Piala Thomas terjadi pada 1996 di Hong Kong. Saat itu mereka berhasil mengawinkan gelar juara Thomas dan Uber. Itu adalah kedua kali tim putra dan putri Indonesia mencapai final Thomas dan Uber setelah 1994.

Final Piala Uber 2024 juga menjadi final pertama tim putri Indonesia setelah terakhir kali mencapainya pada 2008 di Jakarta. Total mereka sudah sebelas kali mencapai final yang tiga di antaranya berhasil mereka menangkan.

Dalam enam final Piala Uber yang diikuti Indonesia, China selalu menjadi lawan Merah Putih.

Dari lima pertemuan terakhir dengan China dalam final Piala Uber, Indonesia sudah dua kali menang pada 1994 dan 1996 ketika srikandi-srikandi bulu tangkis Indonesia diperkuat oleh si legenda, Susi Susanti.

Bahkan pada era Susi Susanti keberhasilan tim putri Indonesia ke final Piala Uber tak pernah terjadi karena sumbangsih satu nomor saja, entah itu tunggal atau ganda.

Itu berbeda dengan final edisi 2024 ketika untuk pertama kalinya Indonesia lolos ke final Piala Uber setelah para pemain tunggalnya berhasil memberikan poin ketika nomor ganda gagal memberikan poin.

Masuk gelanggang Hi-Tech Zone Sports Centre Gymnasium di Chengdu, sebagai underdog melawan juara bertahan Korea Selatan, tim putri Indonesia menang akibat ketangguhan pemain-pemain tunggalnya.

Gregoria Mariska Tunjung menang mudah dari Sim Yu Jin dalam partai pertama. Setelah ganda putri Apriyakni Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti menyerah kepada ganda Korea Selatan, Ester Nurumi Tri Wardoyo bertarung pantang menyerah untuk menaklukkan Kim Ga Rum guna memulihkan keunggulan Indonesia.

Pada partai keempat, Lanny Tri Mayasari/Ribka Sugiarto gagal memenangkan pertarungan melawan ganda kedua Korea sehingga kedudukan berubah 2-2.

Komang Ayu Cahya Dewi, yang bertanding sama ulet dan memiliki determinasi tinggi seperti dua rekannya dalam tunggal putri, lalu memastikan Indonesia mendapatkan tiket final Piala Uber setelah menaklukkan Kim Min Sun dalam tiga gim.

Halaman berikut: Berkembangnya mental bertanding

Cara para pemain ini, khususnya tunggal putri, dalam menjalani pertandingan puncak, sungguh membesarkan hati. Bukan saja kemampuan teknis mereka yang kian berkembang, tapi juga mental bertanding mereka yang kuat dan semakin kuat.

Semoga mereka mengulangi peristiwa 1994 dan 1996, ketika baik tim putra maupun tim putra berjaya dalam final Piala Thomas dan Piala Uber.

Kalaupun mereka tidak berhasil dalam final keenam Indonesia melawan tim putri China nanti, kredit dan apresiasi besar tetap harus diberikan kepada mereka, terutama karena pesan kuat yang mereka bawa bahwa tim putri Indonesia, khususnya tunggal putri, siap untuk kembali berbicara banyak dalam berbagai turnamen bulu tangkis global.

Meskipun demikian, selalu ada ruang untuk optimistis. Perjalanan Ginting dkk. dalam Piala Thomas dan Uber edisi 2024 ini dan juga turnamen-turnamen lain sebelumnya termasuk All England memberi bukti bahwa mereka bisa memperpanjang catatan bersejarah Indonesia dalam bulu tangkis dunia.

 

Pewarta : Jafar M Sidik
Editor : Abdul Hakim
Copyright © ANTARA 2024