Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengatakan bahwa Presiden Joko Widodo telah menyetujui bantuan pangan beras 10 kilogram (kg) bakal dilanjutkan, yang menyasar 22 juta keluarga penerima manfaat (KPM) di seluruh Indonesia.

“Alhamdulillah, hari ini Bapak Presiden Jokowi telah memberikan persetujuan keberlanjutan banpang (bantuan pangan) beras untuk terus dikucurkan kepada 22 juta keluarga se-Indonesia, berupa beras kualitas terbaik dari Bulog 10 kilogram per keluarga per 2 bulan,” kata Arief dalam keterangan di Jakarta, Senin.

Arief menyebutkan bahwa Presiden Jokowi telah menyetujui bantuan pangan beras diteruskan kembali setelah Juni nanti, tepatnya di bulan Agustus, Oktober, dan Desember pada tahun ini.

“Jadi program pro rakyat ini di 2024 ini akan berlangsung lagi setelah Juni ini, tepatnya di Agustus, Oktober, dan Desember,” ungkap Arief.

Menurut Arief, hal itu membuktikan bahwa kehadiran dan perhatian pemerintah yang terus menyokong perekonomian 22 juta keluarga penerima manfaat.

“22 juta keluarga itu kalau secara individu bisa sampai sekitar 89 juta atau artinya hampir sepertiga rakyat Indonesia yang diberikan beras Bulog yang berkualitas baik dari pemerintah,” sambungnya.

Ia menuturkan, keberlanjutan bantuan pangan beras itu menjadi hal penting, terlebih harga pangan secara global mulai menunjukkan adanya kenaikan, sehingga harus mulai bersiap dalam mengantisipasi hal tersebut.

“Kita di Indonesia punya banpang ini karena tidak ada negara lain yang memberikan bantuan pangan gratis dalam bentuk beras, kecuali Indonesia. Dengan instrumen ini, kita yakin dapat menjaga kondisi perberasan sekaligus inflasi nasional,” jelasnya.

Lebih lanjut ia mengatakan, mulai menggeliatnya harga pangan dunia ditunjukkan pada indeks harga pangan yang dirilis Food and Agriculture Organization (FAO) atau The FAO Food Price Index (FFPI) di awal Mei tahun ini.

FFPI April tahun ini tercatat mulai mengalami kenaikan menjadi 119,1 poin dibandingkan bulan sebelumnya yang berada di 118,8 poin. Sementara FFPI di Januari 2024 tercatat 117,7 poin dan Februari 2024 di 117,4 poin.

Di ranah domestik, dengan adanya program banpang beras terbukti memberi dampak positif pada pengendalian inflasi secara nasional, utamanya beras.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), lanjut Arief, pada Februari 2024, inflasi beras secara bulanan berada cukup tinggi di angka 5,32 persen. Akan tetapi, tingkat inflasi beras tersebut melemah dengan di Maret 2024 menurun ke 2,06 persen dan April 2024 tercatat minus 2,72 persen.

Baca juga: Relaksasi HET beras diperpanjang hingga terbit Perbadan
Baca juga: Bapanas minta semua pihak optimal serap produksi jagung


Terbaru, inflasi beras di Mei 2024 kembali mengalami pelemahan menjadi minus 3,59 persen dengan andil terhadap inflasi minus 0,15 persen. Menurut Arief, kondisi itu dipengaruhi ketersediaan stok beras yang memadai disebabkan produksi beras dalam negeri 3 bulan terakhir cukup tinggi.

Pada Maret 2024, produksi beras tercatat memiliki angka potensi 3,38 juta ton. Di April 2024 angka potensi di 5,31 juta ton dan Mei 2024 di 3,58 juta ton.

 


 


Pewarta : Muhammad Harianto
Editor : I Komang Suparta
Copyright © ANTARA 2024