Jakarta (ANTARA) - Perhimpunan Kedokteran Haji Indonesia (Perdokhi) memberi sejumlah kiat bagi jamaah agar terhindar dari dampak buruk serangan panas (heatstroke) selama mengikuti proses ibadah haji di Arab Saudi.
“Cuaca panas itu sangat berisiko, pada kasus jamaah haji yang punya komorbid misalnya hipertensi, sakit paru, kasus jantung, itu sangat berisiko. Bagaimanapun dengan cuaca panas yang sangat tinggi itu mudah sekali terjadinya dehidrasi dan kelelahan,” kata Ketua Umum Pengurus Pusat Perdokhi DR Dr Syarief Hasan Lutfie, SpKFR, MARS, AIFO–K dalam diskusi daring di Jakarta, Jumat.
Syarief menuturkan serangan panas yang disebabkan oleh kondisi tubuh yang tidak bisa mengontrol suhu karena cuaca yang terlalu panas sehingga sulit untuk melakukan mekanisme pendinginan.
Selain cuaca yang amat panas, penyebab lainnya bisa jadi adalah dehidrasi, kelembaban yang rendah dan imunitas yang menurun. Kondisi tersebut dapat memicu jamaah mengalami kejadian fatal seperti hilang fokus, mengalami kebingungan, tersesat, mual, muntah, sakit kepala, hilang kesadaran sampai meninggal dunia.
“Kemudian mudah sekali koordinat terganggu, mudah goyang atau jatuh. Itulah selain heatstroke dan kasus ini memperberat lansia yang dibawa jaamah kita pada kondisi yang lebih berbahaya,” katanya.
Maka dari itu, ia menyarankan agar para jamaah rajin mengonsumsi air putih agar kelembapan tubuh tetap terjaga. Pastikan meminum air putih rutin dalam takaran sedikit demi sedikit.
“Paling tidak itu 8.000 cc setara lima botol besar, bukan hanya 2.000 cc lagi. Kalau bisa diminum setiap saat, minum bagi orang yang tidak mempunyai gangguan ginjal, tapi kalau ada pantangan bagi orang yang mengalami penyakit ginjal misalnya, jadi tidak boleh minum terlalu banyak,” kata dia.
Dalam kesempatan itu, selain pola minum untuk mencegah serangan panas, para jamaah juga diminta untuk memperhatikan kebersihan dirinya agar terhindar dari berbagai macam penyakit menular. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memakai masker, rajin cuci tangan dan menjauhi kerumunan.
Kemudian mengonsumsi makanan berserat seperti buah-buahan dan sayur mayur yang kaya akan vitamin dan mineral. Tujuannya agar stamina tetap bugar dan asupan gizi tetap terpenuhi walaupun berkegiatan di bawah sinar matahari.
Baca juga: Dokter haji mengingatkan bantu jamaah lansia juga bernilai ibadah
Baca juga: Dokter Herliana Pohan siap melayani jemaah depresi di Tanah Suci
Selain itu dikarenakan toilet yang seringkali mengalami antrean panjang, Syarief menyarankan supaya jamaah mencari waktu yang tepat untuk buang air agar tidak ikut berdesakan mengantre masuk kamar mandi dan menjaga kebersihan diri.
Caranya, jamaah dapat mengatur ulang pola buang airnya dari yang semula misalnya rutin dilakukan pada pagi hari, digeser menjadi malam hari.
“Toilet training itu harus diubah, misal biasa pagi, kita bisa geser ke tengah malam agar habit-nya jadi lebih baik. Jangan lupa untuk makan makanan yang sehat dan jangan makan makanan yang berminyak yang kurang serat,” katanya.