Mataram (ANTARA) - Kepolisian Resor Kota (Polresta) Mataram, Nusa Tenggara Barat, menangani kasus dugaan penganiayaan seorang santriwati Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Aziziyah di Kabupaten Lombok Barat.
Kepala Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Polresta Mataram Kompol I Made Yogi Purusa Utama di Mataram, Senin, mengatakan bahwa pihaknya menangani kasus ini berdasarkan laporan dari orang tua korban.
"Jadi, orang tua yang lapor ini ayah kandung korban. Tindak lanjut laporan, kami sudah bentuk tim investigasi. Untuk saat ini, kami masih melakukan pulbaket (pengumpulan bahan keterangan)," kata Kompol Yogi.
Dalam upaya penyelidikan tersebut, tim investigasi dari Satreskrim Polresta Mataram mengagendakan serangkaian permintaan keterangan dari para pihak, termasuk melihat kondisi kesehatan korban yang kini masih menjalani perawatan medis di salah satu rumah sakit wilayah Lombok Timur.
"Dari hasil cek ke rumah sakit di Lombok Timur, kondisi korban memang sangat memprihatinkan, masih terbaring lemas di ruang perawatan menggunakan ventilator," ujarnya.
Untuk mengetahui kondisi kesehatan korban, Kompol Yogi memastikan tim investigasi masih menunggu hasil rekam medis dari pihak rumah sakit.
"Jadi, untuk memastikan seperti apa kondisi kesehatan korban saat ini, kami masih menunggu hasil rekam medis dari pihak rumah sakit," ucap dia.
Selain melakukan investigasi dengan melihat kondisi korban, kepolisian juga mengumpulkan keterangan dari para pihak. Untuk sementara, kepolisian baru mendapatkan keterangan dari ayah kandung korban yang menjadi pelapor dalam kasus ini.
Kompol Yogi mengemukakan bahwa pelapor sempat mendengar cerita korban sebelum akhirnya terbaring lemas di rumah sakit.
"Pengakuan korban kepada ayah kandungnya, katanya sempat dipukul oleh rekannya pakai balok kayu dan sajadah," katanya.
Sebelum akhirnya menjalani perawatan medis di rumah sakit wilayah Lombok Timur, korban sempat mendapat pertolongan dari orang tua rekan sebangku korban.
"Jadi, rekan sebangkunya ini mengabari orang tuanya kalau korban mengalami luka lebam," ujar dia.
Ibu kandung dari rekan sebangkunya itu kemudian menjemput korban pada hari Senin (17/6) di Asrama Ponpes Al-Aziziyah.
"Dijemput pakai travel dan awalnya dibawa ke rumah rekannya itu. Karena kondisi kesehatan makin menurun, orang tua rekan korban menghubungi orang tua korban yang di Ende, NTT," ucapnya.
Orang tua korban lantas datang ke NTB, kemudian membawa korban ke rumah sakit wilayah Lombok Timur.
Korban dalam kasus ini berinisial NI (13), perempuan asal Ende, NTT yang duduk di bangku madrasah sanawiah dan menetap di salah satu asrama putri Ponpes Al-Aziziyah.
Selain mengumpulkan keterangan dari pelapor, Kompol Yogi menegaskan bahwa pihaknya juga akan meminta keterangan dari ibu kandung rekan korban yang memberikan pertolongan pertama kepada korban.
"Sopir travel, pihak puskesmas, dan poliklinik nantinya juga akan kami mintai keterangan," kata dia.
Apabila hal tersebut sudah rampung, dia memastikan permintaan keterangan akan berlanjut kepada pihak Ponpes Al-Aziziyah.
"Ya, pengurusnya, saksi yang melihat kejadian, termasuk rekan korban juga akan kami mintai keterangan," ujar Kompol Yogi.
Kepala Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Polresta Mataram Kompol I Made Yogi Purusa Utama di Mataram, Senin, mengatakan bahwa pihaknya menangani kasus ini berdasarkan laporan dari orang tua korban.
"Jadi, orang tua yang lapor ini ayah kandung korban. Tindak lanjut laporan, kami sudah bentuk tim investigasi. Untuk saat ini, kami masih melakukan pulbaket (pengumpulan bahan keterangan)," kata Kompol Yogi.
Dalam upaya penyelidikan tersebut, tim investigasi dari Satreskrim Polresta Mataram mengagendakan serangkaian permintaan keterangan dari para pihak, termasuk melihat kondisi kesehatan korban yang kini masih menjalani perawatan medis di salah satu rumah sakit wilayah Lombok Timur.
"Dari hasil cek ke rumah sakit di Lombok Timur, kondisi korban memang sangat memprihatinkan, masih terbaring lemas di ruang perawatan menggunakan ventilator," ujarnya.
Untuk mengetahui kondisi kesehatan korban, Kompol Yogi memastikan tim investigasi masih menunggu hasil rekam medis dari pihak rumah sakit.
"Jadi, untuk memastikan seperti apa kondisi kesehatan korban saat ini, kami masih menunggu hasil rekam medis dari pihak rumah sakit," ucap dia.
Selain melakukan investigasi dengan melihat kondisi korban, kepolisian juga mengumpulkan keterangan dari para pihak. Untuk sementara, kepolisian baru mendapatkan keterangan dari ayah kandung korban yang menjadi pelapor dalam kasus ini.
Kompol Yogi mengemukakan bahwa pelapor sempat mendengar cerita korban sebelum akhirnya terbaring lemas di rumah sakit.
"Pengakuan korban kepada ayah kandungnya, katanya sempat dipukul oleh rekannya pakai balok kayu dan sajadah," katanya.
Sebelum akhirnya menjalani perawatan medis di rumah sakit wilayah Lombok Timur, korban sempat mendapat pertolongan dari orang tua rekan sebangku korban.
"Jadi, rekan sebangkunya ini mengabari orang tuanya kalau korban mengalami luka lebam," ujar dia.
Ibu kandung dari rekan sebangkunya itu kemudian menjemput korban pada hari Senin (17/6) di Asrama Ponpes Al-Aziziyah.
"Dijemput pakai travel dan awalnya dibawa ke rumah rekannya itu. Karena kondisi kesehatan makin menurun, orang tua rekan korban menghubungi orang tua korban yang di Ende, NTT," ucapnya.
Orang tua korban lantas datang ke NTB, kemudian membawa korban ke rumah sakit wilayah Lombok Timur.
Korban dalam kasus ini berinisial NI (13), perempuan asal Ende, NTT yang duduk di bangku madrasah sanawiah dan menetap di salah satu asrama putri Ponpes Al-Aziziyah.
Selain mengumpulkan keterangan dari pelapor, Kompol Yogi menegaskan bahwa pihaknya juga akan meminta keterangan dari ibu kandung rekan korban yang memberikan pertolongan pertama kepada korban.
"Sopir travel, pihak puskesmas, dan poliklinik nantinya juga akan kami mintai keterangan," kata dia.
Apabila hal tersebut sudah rampung, dia memastikan permintaan keterangan akan berlanjut kepada pihak Ponpes Al-Aziziyah.
"Ya, pengurusnya, saksi yang melihat kejadian, termasuk rekan korban juga akan kami mintai keterangan," ujar Kompol Yogi.