Mataram (Antara NTB) - Perum Badan Urusan Logistik Divisi Regional Nusa Tenggara Barat mendatangkan minyak goreng kemasan merek "Kita" dari luar daerah sebanyak 18.000 liter guna memenuhi kebutuhan masyarakat menjelang akhir tahun ini.
"Permintaan minyak goreng 'Kita' di NTB, relatif tinggi. Kami sudah beberapa kali memasok. Terakhir yang sekarang dalam perjalanan sebanyak 18.000 liter," kata Humas Badan Urusan Logistik (Bulog) Divisi Regional (Divre) NTB Syawaludin Susanto, di Mataram, Selasa.
Ia menyebutkan penyaluran minyak goreng kemasan merek "Kita" periode Oktober hingga 13 November 2017 sebanyak 15.000 liter. Semuanya sudah habis terjual dengan harga eceran tertinggi (HET) Rp12.500 per liter.
Belasan ribu liter minyak goreng tersebut diedarkan di Kabupaten Lombok Timur sebanyak 6.000 liter, Bima dan Sumbawa masing-masing 3.000 liter. Sisanya, dijual di Kabupaten Lombok Tengah, Lombok Barat, Lombok Utara, dan Kota Mataram.
Penjualan dilakukan melalui Rumah Pangan Kita (RPK) yang tersebar di Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa. Selain itu, dengan memanfaatkan sarana penjualan milik Bulog Divre NTB dan melalui operasi pasar.
"Dari pantauan kami, animo masyarakat membeli minyak goreng tersebut cukup bagus. Mungkin karena kualitasnya dan harga relatif lebih murah dibanding harga minyak sejenis di pasaran yang mencapai Rp14.000 per liter," ujarnya.
Sementara pasokan minyak goreng sebanyak 18.000 liter yang masih dalam perjalanan, kata Susanto, akan didistribusikan ke 10 kabupaten/kota sesuai dengan kondisi tingkat permintaan masyarakatnya.
Penjualan juga diutamakan melalui RPK dan sarana dagang milik Bulog agar konsumen benar-benar mendapatkan harga sesuai yang ditentukan oleh pemerintah.
"RPK dilarang keras menjual di atas HET. Kalau ada yang nakal, masyarakat bisa melaporkan, Bulog akan memberikan sanksi tegas," ucapnya.
Selain menjual minyak goreng kemasan merek 'Kita', Bulog Divre NTB juga ditugaskan menjual beras kualitas medium dengan harga Rp8.100 per kilogram (kg), bawang putih yang didatangkan dari Surabaya, dengan harga Rp14.000/kg, dan gula pasir Rp12.500/kg.
Bulog memberikan harga relatif lebih rendah dibandingkan di pasaran. Upaya tersebut dalam rangka menjaga kestabilan harga komoditas strategis nasional, terutama pada momen hari-hari besar keagamaan. (*)
"Permintaan minyak goreng 'Kita' di NTB, relatif tinggi. Kami sudah beberapa kali memasok. Terakhir yang sekarang dalam perjalanan sebanyak 18.000 liter," kata Humas Badan Urusan Logistik (Bulog) Divisi Regional (Divre) NTB Syawaludin Susanto, di Mataram, Selasa.
Ia menyebutkan penyaluran minyak goreng kemasan merek "Kita" periode Oktober hingga 13 November 2017 sebanyak 15.000 liter. Semuanya sudah habis terjual dengan harga eceran tertinggi (HET) Rp12.500 per liter.
Belasan ribu liter minyak goreng tersebut diedarkan di Kabupaten Lombok Timur sebanyak 6.000 liter, Bima dan Sumbawa masing-masing 3.000 liter. Sisanya, dijual di Kabupaten Lombok Tengah, Lombok Barat, Lombok Utara, dan Kota Mataram.
Penjualan dilakukan melalui Rumah Pangan Kita (RPK) yang tersebar di Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa. Selain itu, dengan memanfaatkan sarana penjualan milik Bulog Divre NTB dan melalui operasi pasar.
"Dari pantauan kami, animo masyarakat membeli minyak goreng tersebut cukup bagus. Mungkin karena kualitasnya dan harga relatif lebih murah dibanding harga minyak sejenis di pasaran yang mencapai Rp14.000 per liter," ujarnya.
Sementara pasokan minyak goreng sebanyak 18.000 liter yang masih dalam perjalanan, kata Susanto, akan didistribusikan ke 10 kabupaten/kota sesuai dengan kondisi tingkat permintaan masyarakatnya.
Penjualan juga diutamakan melalui RPK dan sarana dagang milik Bulog agar konsumen benar-benar mendapatkan harga sesuai yang ditentukan oleh pemerintah.
"RPK dilarang keras menjual di atas HET. Kalau ada yang nakal, masyarakat bisa melaporkan, Bulog akan memberikan sanksi tegas," ucapnya.
Selain menjual minyak goreng kemasan merek 'Kita', Bulog Divre NTB juga ditugaskan menjual beras kualitas medium dengan harga Rp8.100 per kilogram (kg), bawang putih yang didatangkan dari Surabaya, dengan harga Rp14.000/kg, dan gula pasir Rp12.500/kg.
Bulog memberikan harga relatif lebih rendah dibandingkan di pasaran. Upaya tersebut dalam rangka menjaga kestabilan harga komoditas strategis nasional, terutama pada momen hari-hari besar keagamaan. (*)