Mangupura (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Bali menggandeng Forum Maritim setempat untuk berkolaborasi menjembatani program-program pemerintah dan sekaligus dapat memajukan sektor perikanan di Pulau Dewata.
"Bagaimanapun juga, pembangunan kelautan dan perikanan di Bali tidak saja dilaksanakan oleh pemerintah, tetapi melalui partisipasi masyarakat," kata Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Bali I Ketut Sumardiana di Mangupura Kabupaten Badung Bali, Selasa malam.
Sumardiana dalam acara Pengukuhan dan Pelantikan Pengurus Forum Maritim Bali serta Pemilihan Kid's dan Duta Maritim Bali tersebut memandang Forum Maritim Bali merupakan mitra yang dapat berkolaborasi dengan pemerintah daerah, dan menjembatani program-program pemerintah agar bisa terlaksana.
"Forum Maritim Bali ini kan terdiri atas unsur pengusaha, nelayan, pembudidaya, dan unit pengolahan. Jika sudah bersinergi, maka regulasi dan kebijakan pemerintah juga bisa dikerjakan bersama-sama," katanya.
Pada kesempatan itu, Sumardiana juga menginginkan agar Bali tidak hanya dikenal dari sektor pariwisatanya, tetapi juga dari sektor perikanan dan kelautan. Karena itu, pihaknya telah melakukan berbagai upaya dalam menjaga kelestarian laut, terlebih karena di Bali itu laut memang disucikan dan menjadi sumber penghidupan.
"Makanya ada program Bulan Cinta Laut, yakni aktivitas bakti sosial bersih-bersih laut setiap bulan dengan melibatkan berbagai pihak. Mulai dari masyarakat pesisir, dan pemerintah," ujarnya sembari mengatakan juga dilakukan pelestarian biota laut dan terumbu karang.
Sementara itu, Ketua Forum Maritim Bali Ketut Adil Darme Yase menyampaikan, dibentuknya forum yang telah berdiri selama empat bulan terakhir ini untuk menyikapi potensi sumber daya alam kelautan dan perikanan di Bali yang belum tergarap maksimal.
"Potensi kelautan dan perikanan, mulai dari pesisir pantai, konservasi, kawasan mangrove, serta perikanan yang terkandung. Selain itu, perikanan budidaya juga memiliki peluang yang menjanjikan, seperti budidaya rumput laut, lobster hingga udang," katanya.
Selanjutnya, dari potensi sumber daya manusia (SDM) dan pelaku usahanya membuka peluang bagi para Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).
"Semua potensi ini masih ada pekerjaan rumah -PR- besar yang perlu kita carikan solusi dengan prinsip saling gotong-royong, bergandengan tangan, sinergisitas dan seterusnya. Tentu tidak bisa berjalan sendiri-sendiri," katanya lagi.
Baca juga: Semangat KAA penting jawab berbagai tantangan global
Baca juga: Melihat lebih dekat diplomasi air di WWF Ke-10
Tiga pekerjaan rumah yang menjadi perhatian yakni belum maksimalnya konsumsi ikan di Bali yang berdasarkan data BPS hanya 49 kg per tahun, padahal seharusnya 72 kg per tahun.
Selanjutnya persoalan pelaku usaha belum muncul sebagai sektor unggulan hingga isu sampah plastik. Mengenai isu sampah plastik yang mengotori laut, Forum Maritim Bali mengajak pelaku usaha kecil, industri, pelaku peduli lingkungan hingga akademisi untuk terlibat dalam menyikapi isu ini.
"Kami sudah membuat sebuah film dengan melibatkan anak-anak hingga remaja terbaik Bali, untuk membangun sebuah kesadaran kolektif mulai dari hulu dalam menjaga kelestarian laut. Mulai dari anak-anak atau sejak dini juga harus ikut menjaga warisan sumber daya alam ini," kata Ketut Adil.
"Bagaimanapun juga, pembangunan kelautan dan perikanan di Bali tidak saja dilaksanakan oleh pemerintah, tetapi melalui partisipasi masyarakat," kata Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Bali I Ketut Sumardiana di Mangupura Kabupaten Badung Bali, Selasa malam.
Sumardiana dalam acara Pengukuhan dan Pelantikan Pengurus Forum Maritim Bali serta Pemilihan Kid's dan Duta Maritim Bali tersebut memandang Forum Maritim Bali merupakan mitra yang dapat berkolaborasi dengan pemerintah daerah, dan menjembatani program-program pemerintah agar bisa terlaksana.
"Forum Maritim Bali ini kan terdiri atas unsur pengusaha, nelayan, pembudidaya, dan unit pengolahan. Jika sudah bersinergi, maka regulasi dan kebijakan pemerintah juga bisa dikerjakan bersama-sama," katanya.
Pada kesempatan itu, Sumardiana juga menginginkan agar Bali tidak hanya dikenal dari sektor pariwisatanya, tetapi juga dari sektor perikanan dan kelautan. Karena itu, pihaknya telah melakukan berbagai upaya dalam menjaga kelestarian laut, terlebih karena di Bali itu laut memang disucikan dan menjadi sumber penghidupan.
"Makanya ada program Bulan Cinta Laut, yakni aktivitas bakti sosial bersih-bersih laut setiap bulan dengan melibatkan berbagai pihak. Mulai dari masyarakat pesisir, dan pemerintah," ujarnya sembari mengatakan juga dilakukan pelestarian biota laut dan terumbu karang.
Sementara itu, Ketua Forum Maritim Bali Ketut Adil Darme Yase menyampaikan, dibentuknya forum yang telah berdiri selama empat bulan terakhir ini untuk menyikapi potensi sumber daya alam kelautan dan perikanan di Bali yang belum tergarap maksimal.
"Potensi kelautan dan perikanan, mulai dari pesisir pantai, konservasi, kawasan mangrove, serta perikanan yang terkandung. Selain itu, perikanan budidaya juga memiliki peluang yang menjanjikan, seperti budidaya rumput laut, lobster hingga udang," katanya.
Selanjutnya, dari potensi sumber daya manusia (SDM) dan pelaku usahanya membuka peluang bagi para Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).
"Semua potensi ini masih ada pekerjaan rumah -PR- besar yang perlu kita carikan solusi dengan prinsip saling gotong-royong, bergandengan tangan, sinergisitas dan seterusnya. Tentu tidak bisa berjalan sendiri-sendiri," katanya lagi.
Baca juga: Semangat KAA penting jawab berbagai tantangan global
Baca juga: Melihat lebih dekat diplomasi air di WWF Ke-10
Tiga pekerjaan rumah yang menjadi perhatian yakni belum maksimalnya konsumsi ikan di Bali yang berdasarkan data BPS hanya 49 kg per tahun, padahal seharusnya 72 kg per tahun.
Selanjutnya persoalan pelaku usaha belum muncul sebagai sektor unggulan hingga isu sampah plastik. Mengenai isu sampah plastik yang mengotori laut, Forum Maritim Bali mengajak pelaku usaha kecil, industri, pelaku peduli lingkungan hingga akademisi untuk terlibat dalam menyikapi isu ini.
"Kami sudah membuat sebuah film dengan melibatkan anak-anak hingga remaja terbaik Bali, untuk membangun sebuah kesadaran kolektif mulai dari hulu dalam menjaga kelestarian laut. Mulai dari anak-anak atau sejak dini juga harus ikut menjaga warisan sumber daya alam ini," kata Ketut Adil.