Mataram (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) menyiapkan langkah mitigasi untuk menghadapi ancaman La Nina yang dapat memicu peningkatan curah hujan sebagai akibat dari penurunan suhu permukaan laut di Samudera Pasifik.

"Kami siapkan embung-embung dan waduk-waduk masyarakat untuk menampung kelebihan air agar nanti bisa dimanfaatkan pada musim tanam kedua," kata Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan NTB Muhammad Taufieq Hidayat di Mataram, NTB, Minggu.

Taufieq menuturkan NTB memiliki banyak embung dan waduk yang berfungsi untuk mengairi lahan-lahan pertanian agar bisa terus berproduksi.

Sejak 2015 hingga 2024, pemerintah pusat membangun enam bendungan untuk mendukung sektor pertanian di Nusa Tenggara Barat.

Sebanyak enam bendungan tersebut adalah Bendungan Bintang Bano dan Tiu Suntuk di Sumbawa Barat, Bendungan Mila dan Tanju di Dompu, Bendungan Sila di Bima, serta Bendungan Meninting di Lombok Barat.

Nusa Tenggara Barat adalah daerah dengan jumlah bendungan terbanyak di Indonesia mencapai 72 unit.

Pemerintah NTB juga membuat kantong-kantong air agar musim tanam kedua bisa dipompa untuk mengairi ladang dan persawahan.

"Perubahan iklim meningkatkan kewaspadaan kami dalam menentukan waktu tanam dan musim panen. Daerah banjir perlu waspada dalam menghadapi ancaman La Nina," kata Taufieq.

La Nina merupakan pola iklim berulang yang melibatkan perubahan suhu permukaan laut di Samudera Pasifik. Selama La Nina berlangsung, suhu permukaan laut di sepanjang timur dan tengah Samudera Pasifik mengalami penurunan.

Para ilmuwan memperkirakan La Nina mencapai puncak sekitar Oktober atau November 2024 dan diprediksi berlangsung hingga akhir Februari atau awal Maret 2025 mendatang.

Kemunculan fenomena La Nina berpotensi membuat puncak musim kemarau di Indonesia yang terjadi pada Agustus dan September 2024 cenderung basah.


 

Pewarta : Sugiharto Purnama
Editor : Abdul Hakim
Copyright © ANTARA 2024