Surabaya (ANTARA) - Presiden EAROPH (Eastern Regional Organisation for Planning and Human Settlements) sekaligus mantan Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Elestianto Dardak tampil sebagai pembicara utama dalam acara bergengsi World Class Sustainable Cities International Conference (WCSCI) 2024.
Konferensi ini, yang diadakan di Kuala Lumpur, menjadi panggung bagi Emil untuk menyuarakan isu-isu kritikal terkait regenerasi perkotaan di tengah arus urbanisasi global.
Dalam pidatonya, Emil menekankan pentingnya regenerasi perkotaan sebagai solusi menghadapi dampak urbanisasi yang terus meningkat. Menurut Emil, urbanisasi menjadi pemicu utama perlunya peremajaan kota.
“Apa yang akan mendorong regenerasi perkotaan? Pertama-tama, mengapa kita perlu melakukan regenerasi perkotaan adalah urbanisasi," ujar Emil saat memberikan pandangannya di depan audiens internasional ditulis, Senin 16 September 2024.
Tak hanya berbicara soal urbanisasi secara umum, Emil juga menggarisbawahi masalah urbanisasi pinggiran kota yang berimbas pada kemunduran di pusat kota.
“Jadi urbanisasi pinggiran kota ini menyebabkan kemunduran di beberapa pusat kota,” jelas Emil.
Fenomena ini, menurut Emil, terjadi karena masyarakat cenderung memilih daerah pinggiran yang lebih terjangkau untuk tinggal, meninggalkan pusat kota yang seharusnya menjadi pusat ekonomi dan budaya.
"Ketika orang tua bertambah tua, anak-anak mereka mulai menetap dengan keluarga mereka sendiri, terkadang mereka memilih untuk tidak tinggal di sana, lalu mereka pindah ke tempat yang terjangkau, yang lebih jauh di luar pusat kota,” tambahnya.
Dalam pidatonya, Emil juga mengajak para pemangku kepentingan untuk mulai memikirkan ulang tata ruang perkotaan agar lebih sehat, bebas dari kemacetan, dan mengatasi masalah lingkungan seperti banjir.
“Mari kita konfigurasi ulang seluruh tempat, kita melihat masalah kesehatan masyarakat, masalah kemacetan, masalah banjir, dan kita ingin menyelesaikannya,” kata Emil penuh semangat.
Menyoroti pengalamannya sebagai Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil membagikan inisiatif yang dilakukan di provinsinya, salah satunya adalah mengarahkan mobilitas masyarakat pada penggunaan transportasi umum, termasuk layanan taksi daring.
“Sekarang kami memiliki apa yang kami sebut dengan layanan taksi daring, seperti Grab dan Uber. Itu merevolusi cara kami melakukan koneksi jarak dekat ke rumah-rumah dan ke tujuan akhir,” ujarnya.
Namun, Emil juga mengingatkan bahwa dalam upaya regenerasi perkotaan, ada tantangan sosial yang perlu diantisipasi.
“Sekarang, apa saja tantangan potensial yang harus kita antisipasi ketika kita mencoba mengejar regenerasi perkotaan? Tentu saja, nomor satu adalah dampak sosial,” tegasnya.
World Class Sustainable Cities International Conference sendiri merupakan salah satu konferensi terbesar di dunia dalam bidang pengembangan perkotaan, dan tahun 2024 menjadi tahun ke-15 acara tersebut digelar.
Dengan hadirnya Emil sebagai pembicara utama, Indonesia menunjukkan kepemimpinan di ranah internasional dalam menyikapi isu-isu perkotaan dan regenerasinya.
Konferensi ini, yang diadakan di Kuala Lumpur, menjadi panggung bagi Emil untuk menyuarakan isu-isu kritikal terkait regenerasi perkotaan di tengah arus urbanisasi global.
Dalam pidatonya, Emil menekankan pentingnya regenerasi perkotaan sebagai solusi menghadapi dampak urbanisasi yang terus meningkat. Menurut Emil, urbanisasi menjadi pemicu utama perlunya peremajaan kota.
“Apa yang akan mendorong regenerasi perkotaan? Pertama-tama, mengapa kita perlu melakukan regenerasi perkotaan adalah urbanisasi," ujar Emil saat memberikan pandangannya di depan audiens internasional ditulis, Senin 16 September 2024.
Tak hanya berbicara soal urbanisasi secara umum, Emil juga menggarisbawahi masalah urbanisasi pinggiran kota yang berimbas pada kemunduran di pusat kota.
“Jadi urbanisasi pinggiran kota ini menyebabkan kemunduran di beberapa pusat kota,” jelas Emil.
Fenomena ini, menurut Emil, terjadi karena masyarakat cenderung memilih daerah pinggiran yang lebih terjangkau untuk tinggal, meninggalkan pusat kota yang seharusnya menjadi pusat ekonomi dan budaya.
"Ketika orang tua bertambah tua, anak-anak mereka mulai menetap dengan keluarga mereka sendiri, terkadang mereka memilih untuk tidak tinggal di sana, lalu mereka pindah ke tempat yang terjangkau, yang lebih jauh di luar pusat kota,” tambahnya.
Dalam pidatonya, Emil juga mengajak para pemangku kepentingan untuk mulai memikirkan ulang tata ruang perkotaan agar lebih sehat, bebas dari kemacetan, dan mengatasi masalah lingkungan seperti banjir.
“Mari kita konfigurasi ulang seluruh tempat, kita melihat masalah kesehatan masyarakat, masalah kemacetan, masalah banjir, dan kita ingin menyelesaikannya,” kata Emil penuh semangat.
Menyoroti pengalamannya sebagai Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil membagikan inisiatif yang dilakukan di provinsinya, salah satunya adalah mengarahkan mobilitas masyarakat pada penggunaan transportasi umum, termasuk layanan taksi daring.
“Sekarang kami memiliki apa yang kami sebut dengan layanan taksi daring, seperti Grab dan Uber. Itu merevolusi cara kami melakukan koneksi jarak dekat ke rumah-rumah dan ke tujuan akhir,” ujarnya.
Namun, Emil juga mengingatkan bahwa dalam upaya regenerasi perkotaan, ada tantangan sosial yang perlu diantisipasi.
“Sekarang, apa saja tantangan potensial yang harus kita antisipasi ketika kita mencoba mengejar regenerasi perkotaan? Tentu saja, nomor satu adalah dampak sosial,” tegasnya.
World Class Sustainable Cities International Conference sendiri merupakan salah satu konferensi terbesar di dunia dalam bidang pengembangan perkotaan, dan tahun 2024 menjadi tahun ke-15 acara tersebut digelar.
Dengan hadirnya Emil sebagai pembicara utama, Indonesia menunjukkan kepemimpinan di ranah internasional dalam menyikapi isu-isu perkotaan dan regenerasinya.