Jakarta (ANTARA) - Epigraf dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Tjahjono Prasodjo mengatakan perkembangan teknologi saat ini dapat dimanfaatkan dalam epigrafi atau cabang arkeologi yang mempelajari peninggalan benda-benda tertulis untuk membantu proses membaca prasasti.
Ia menjelaskan fotogrametri menjadi salah satu bentuk kemajuan teknologi yang dapat dimanfaatkan dalam membaca prasasti. Fotogrametri merupakan ilmu dan teknologi untuk mendapatkan informasi mengenai suatu objek melalui proses pengamatan, perekaman, dan interpretasi gambar fotografi.
"Ini mungkin bisa kita pakai untuk membantu dalam hal pembacaan prasasti misalnya ada fotogrametri yang bisa membantu kita untuk melakukan pembacaan aksara-aksara yang tidak jelas," katanya dalam diskusi daring dipantau di Jakarta, Senin.
Menurutnya, prasasti yang memiliki aksara kabur atau tidak jelas karena termakan usia menjadi salah satu hambatan yang ditemui epigraf atau ahli epigrafi saat meneliti sebuah prasasti. Oleh karena itu, fotogrametri bisa digunakan untuk memudahkan membaca prasasti yang sulit terbaca.
"Saat ini handphone kan bisa kita gunakan untuk fotogrametri membuat prasasti itu menjadi lebih terbaca," ujarnya.
Tjahjono mendorong para epigraf untuk mengejar perkembangan teknologi yang terus berkembang saat ini dengan memanfaatkannya dalam penelitian prasasti. Ia menilai teknologi dapat memberikan banyak manfaat untuk proses penerjemahan prasasti.
Baca juga: Peneliti sebut pemanfaatan tanaman obat dalam masyarakat Bali kuno
"Saya kira akan terus berkembang teknologi semacam ini di kemudian hari dan kita harus mengejar ini supaya kita bisa memanfaatkan. Ke depan saya kira akan sangat bermanfaat buktinya sudah ada teman-teman yang memanfaatkan itu," kata dia.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Direktorat Jenderal (Ditjen) Kebudayaan menggandeng komunitas untuk mengenalkan aksara kuno kepada masyarakat.
Baca juga: DPR minta Pemerintah kembalikan prasasti RI dari luar negeri
“Ditjen Kebudayaan terus mendorong teman-teman komunitas, salah satunya di bawah Perkumpulan Ahli Epigrafi Indonesia (PAEI) untuk sama-sama mengusung diseminasi atau sosialisasi aksara kuno sebagai salah satu upaya pemajuan kebudayaan,” kata Direktur Pelindungan Kebudayaan Kemendikbudristek Judi Wahjudin.
Menurutnya, penting untuk memetakan ekosistem epigrafi atau cabang arkeologi yang mempelajari tentang peninggalan benda-benda tertulis, agar terus bergotong royong untuk lebih mengenalkan aksara kuno kepada masyarakat.
Ia menjelaskan fotogrametri menjadi salah satu bentuk kemajuan teknologi yang dapat dimanfaatkan dalam membaca prasasti. Fotogrametri merupakan ilmu dan teknologi untuk mendapatkan informasi mengenai suatu objek melalui proses pengamatan, perekaman, dan interpretasi gambar fotografi.
"Ini mungkin bisa kita pakai untuk membantu dalam hal pembacaan prasasti misalnya ada fotogrametri yang bisa membantu kita untuk melakukan pembacaan aksara-aksara yang tidak jelas," katanya dalam diskusi daring dipantau di Jakarta, Senin.
Menurutnya, prasasti yang memiliki aksara kabur atau tidak jelas karena termakan usia menjadi salah satu hambatan yang ditemui epigraf atau ahli epigrafi saat meneliti sebuah prasasti. Oleh karena itu, fotogrametri bisa digunakan untuk memudahkan membaca prasasti yang sulit terbaca.
"Saat ini handphone kan bisa kita gunakan untuk fotogrametri membuat prasasti itu menjadi lebih terbaca," ujarnya.
Tjahjono mendorong para epigraf untuk mengejar perkembangan teknologi yang terus berkembang saat ini dengan memanfaatkannya dalam penelitian prasasti. Ia menilai teknologi dapat memberikan banyak manfaat untuk proses penerjemahan prasasti.
Baca juga: Peneliti sebut pemanfaatan tanaman obat dalam masyarakat Bali kuno
"Saya kira akan terus berkembang teknologi semacam ini di kemudian hari dan kita harus mengejar ini supaya kita bisa memanfaatkan. Ke depan saya kira akan sangat bermanfaat buktinya sudah ada teman-teman yang memanfaatkan itu," kata dia.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Direktorat Jenderal (Ditjen) Kebudayaan menggandeng komunitas untuk mengenalkan aksara kuno kepada masyarakat.
Baca juga: DPR minta Pemerintah kembalikan prasasti RI dari luar negeri
“Ditjen Kebudayaan terus mendorong teman-teman komunitas, salah satunya di bawah Perkumpulan Ahli Epigrafi Indonesia (PAEI) untuk sama-sama mengusung diseminasi atau sosialisasi aksara kuno sebagai salah satu upaya pemajuan kebudayaan,” kata Direktur Pelindungan Kebudayaan Kemendikbudristek Judi Wahjudin.
Menurutnya, penting untuk memetakan ekosistem epigrafi atau cabang arkeologi yang mempelajari tentang peninggalan benda-benda tertulis, agar terus bergotong royong untuk lebih mengenalkan aksara kuno kepada masyarakat.