Mataram (Antaranews NTB) - Aksi demonstrasi ratusan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi BEM NTB Raya di depan kantor DPRD Provinsi Nusa Tenggara Barat(NTB) di Jalan Udayana, Kota Mataram berakhir ricuh, Senin.
Kericuhan berawal saat mahasiswa yang berasal dari sejumlah universitas di kota Mataram, seperti BEM Universitas Mataram, BEM IKIP Mataram, Universitas Nahdatul Wathan (UNW) dan Universitas Muhamadiyah Mataram merasa kesal, dikarenakan setelah sekian lamanya melakukan orasi di depan kantor DPRD mereka tidak sekalipun ditemui oleh para wakil rakyat.
Padahal, aksi mereka telah berlangsung sejak pagi hingga siang hari.
"Masa sudah berjam-jam kami dibiarkan kayak gini tanpa ada kepastian akan ditemui," ujar Kordinator Lapangan (Korlap) aksi, Yusril Ihza Mahendra dalam orasinya.
Aksi dalam rangka memperingati Hari Tani Nasional itu awalnya, berjalan damai dan lancar. Namun, dikarenakan dalam Gedung DPRD NTB masih berlangsung penyampaian visi misi Gebernur NTB, tidak ada anggota dewan yang datang menemui mahasiswa.
Beberapa mahasiswa pun melompat tembok dan masuk ke halaman kantor DPRD.
Akibatnya, Polisi dan Satpam yang berada di dalam halaman kantor tersebut lantas mengamankan mahasiswa. Melihat rekannya diamankan, ratusan mahasiswa di luar gerbang menerobos masuk. Aksi saling dorong dan pukul pun tak dapat terhindarkan.
Bahkan, salah satu mahasiswa, Rahmat menjadi korban. Dia pingsan lalu dibopong rekan mahasiswa. Sementara salah seorang polisi juga sempat dipukul mahasiswa yang marah lantaran dihalau.
Dalam unjuk rasa itu, mahasiswa menyuarakan sejumlah tuntutan. Di antaranya mendesak pemerintah meningkatkan produktivitas dan daya saing produk pertanian lokal, serta meminimalisasi impor bahan pangan.
"Kami juga mendesak pemerintah untuk memperluas ekspor dengan mencari pasar alternatif ekspor dan mengurangi impor," ujar salah satu korlap lainnya, Rahmat.
Setelah melalui negoisasi panjang, sekitar pukul 13.00 Wita. Ketua DPRD NTB, Hj Baiq Isvie Rupaedah berserta Wakil Ketua DPRD Lalu Wirajaya dan sejumlah anggota DPRD lainnya datang menemui para mahasiswa itu.
Ketua DPRD NTB Isvie mengaku, pihaknya akan siap menyampaikan aspirasi mahasiswa manakala hal itu menyangkut kebijakan yang diterbitkan pemerintah pusat.
Terkait permintaan agar Kapolda NTB memproses hukum aparat polisi yang terlibat pemukulan mahasiswa saat aksi tersebut, Ketua DPRD NTB berjanji akan melakukan komunikasi dengan Kapolda NTB secepatnya.
"Prinsipnya, adanya insiden pemukulan tadi, saya meminta Kapolda NTB memproses kasus tersebut. Secepatnya saya akan koordinasikan," tegas Isvie Rupaedah.
Sebelum menggelar aksi di DPRD NTB, mahasiswa sempat menggelar aksi di Polda NTB. Mahasiswa mengecam tindakan represif aparat kepolisian pada mahasiswa yang menggelar aksi di berbagai daerah di Indonesia. (*)
Kericuhan berawal saat mahasiswa yang berasal dari sejumlah universitas di kota Mataram, seperti BEM Universitas Mataram, BEM IKIP Mataram, Universitas Nahdatul Wathan (UNW) dan Universitas Muhamadiyah Mataram merasa kesal, dikarenakan setelah sekian lamanya melakukan orasi di depan kantor DPRD mereka tidak sekalipun ditemui oleh para wakil rakyat.
Padahal, aksi mereka telah berlangsung sejak pagi hingga siang hari.
"Masa sudah berjam-jam kami dibiarkan kayak gini tanpa ada kepastian akan ditemui," ujar Kordinator Lapangan (Korlap) aksi, Yusril Ihza Mahendra dalam orasinya.
Aksi dalam rangka memperingati Hari Tani Nasional itu awalnya, berjalan damai dan lancar. Namun, dikarenakan dalam Gedung DPRD NTB masih berlangsung penyampaian visi misi Gebernur NTB, tidak ada anggota dewan yang datang menemui mahasiswa.
Beberapa mahasiswa pun melompat tembok dan masuk ke halaman kantor DPRD.
Akibatnya, Polisi dan Satpam yang berada di dalam halaman kantor tersebut lantas mengamankan mahasiswa. Melihat rekannya diamankan, ratusan mahasiswa di luar gerbang menerobos masuk. Aksi saling dorong dan pukul pun tak dapat terhindarkan.
Bahkan, salah satu mahasiswa, Rahmat menjadi korban. Dia pingsan lalu dibopong rekan mahasiswa. Sementara salah seorang polisi juga sempat dipukul mahasiswa yang marah lantaran dihalau.
Dalam unjuk rasa itu, mahasiswa menyuarakan sejumlah tuntutan. Di antaranya mendesak pemerintah meningkatkan produktivitas dan daya saing produk pertanian lokal, serta meminimalisasi impor bahan pangan.
"Kami juga mendesak pemerintah untuk memperluas ekspor dengan mencari pasar alternatif ekspor dan mengurangi impor," ujar salah satu korlap lainnya, Rahmat.
Setelah melalui negoisasi panjang, sekitar pukul 13.00 Wita. Ketua DPRD NTB, Hj Baiq Isvie Rupaedah berserta Wakil Ketua DPRD Lalu Wirajaya dan sejumlah anggota DPRD lainnya datang menemui para mahasiswa itu.
Ketua DPRD NTB Isvie mengaku, pihaknya akan siap menyampaikan aspirasi mahasiswa manakala hal itu menyangkut kebijakan yang diterbitkan pemerintah pusat.
Terkait permintaan agar Kapolda NTB memproses hukum aparat polisi yang terlibat pemukulan mahasiswa saat aksi tersebut, Ketua DPRD NTB berjanji akan melakukan komunikasi dengan Kapolda NTB secepatnya.
"Prinsipnya, adanya insiden pemukulan tadi, saya meminta Kapolda NTB memproses kasus tersebut. Secepatnya saya akan koordinasikan," tegas Isvie Rupaedah.
Sebelum menggelar aksi di DPRD NTB, mahasiswa sempat menggelar aksi di Polda NTB. Mahasiswa mengecam tindakan represif aparat kepolisian pada mahasiswa yang menggelar aksi di berbagai daerah di Indonesia. (*)