Jakarta (ANTARA) - Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar diminta oleh Presiden RI Prabowo Subianto untuk membantunya memimpin Kementerian Agama periode 2024-2029 pada Kabinet Merah Putih.
Pria kelahiran Ujung-Bone, Sulawesi Selatan itu tentu kaget, karena permintaan itu datang secara tiba-tiba. Tak ada pembicaraan apapun sebelumnya mengenai pemerintahan ke depan, baik dengan Prabowo maupun para petinggi Partai Gerindra.
Ia pun datang ke kediaman Prabowo di Kartanegara dan menyatakan siap membantu pemerintahan ke depannya dalam urusan keagamaan. Nasaruddin akhirnya menggantikan Yaqut Cholil Qoumas.
Baca juga: Ponpes Thohir Yasin Lotim dapat izin operasional Ma'had Aly dari Kemenag RI
"Saya betul-betul sangat surprise, ya. Saya enggak menyangka dan saya kaget, saya enggak pernah membayangkan," ujar Nasaruddin Umar beberapa waktu lalu.
Penunjukkan Nasaruddin Umar sebagai Menag dinilai sejumlah kalangan adalah langkah tepat, mengingat ia sempat berkecimpung di Kementerian Agama di dua posisi berbeda.
Nasaruddin pernah menjabat sebagai Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam. Setelah itu pada 2011-2014, ia pernah menjadi Wakil Menteri Agama saat masa kepemimpinan Suryadharma Ali.
Pengalaman akademik dan politik yang luas serta wawasan keislaman yang mendalam menjadikannya seorang pemikir progresif yang sering membahas isu-isu seperti kesetaraan gender dalam Islam dan moderasi dalam beragama.
Tentu apa yang dibawa dalam pemikiran Nasaruddin Umar senafas dengan program prioritas yang ada di Kementerian Agama, utamanya di era kepemimpinan Yaqut Cholil Qoumas.
Baca juga: Kemenag mengalihkan status 10 satuan pendidikan Kristen jadi negeri
Ada tujuh program prioritas di Kementerian Agama yang dapat diperkuat. Ketujuhnya yakni Penguatan Moderasi Beragama, Transformasi Digital, Revitalisasi KUA, Kemandirian Pesantren, Cyber Islamic University, Religiousity Index, dan Tahun Kerukunan Umat Beragama.
Saat serah terima jabatan, Yaqut Cholil Qoumas juga melemparkan pujian kepada Nasaruddin Umar yang akan menggantikannya. Yaqut memandang sosok Nasaruddin adalah pemimpin yang memiliki kecakapan mumpuni dan rekam jejak yang lengkap.
"Jadi track-nya ini sudah benar. Kita semua mendapatkan anugerah pemimpin yang luar biasa kecakapannya, luar biasa lengkap track record-nya. Jadi saya kira kita semua patut optimis bahwa Kementerian Agama akan jauh lebih baik," kata Yaqut.
Kini tugas berat telah menanti di depan mata, Nasaruddin Umar diharapkan mampu memperkuat Kementerian Agama dalam memberikan pelayanan keagamaan maupun pendidikan. Tak hanya itu, Kemenag juga mesti menjadi institusi yang lebih inklusif, menjadi rumah bagi semua agama.
Pria kelahiran Ujung-Bone, Sulawesi Selatan itu tentu kaget, karena permintaan itu datang secara tiba-tiba. Tak ada pembicaraan apapun sebelumnya mengenai pemerintahan ke depan, baik dengan Prabowo maupun para petinggi Partai Gerindra.
Ia pun datang ke kediaman Prabowo di Kartanegara dan menyatakan siap membantu pemerintahan ke depannya dalam urusan keagamaan. Nasaruddin akhirnya menggantikan Yaqut Cholil Qoumas.
Baca juga: Ponpes Thohir Yasin Lotim dapat izin operasional Ma'had Aly dari Kemenag RI
"Saya betul-betul sangat surprise, ya. Saya enggak menyangka dan saya kaget, saya enggak pernah membayangkan," ujar Nasaruddin Umar beberapa waktu lalu.
Penunjukkan Nasaruddin Umar sebagai Menag dinilai sejumlah kalangan adalah langkah tepat, mengingat ia sempat berkecimpung di Kementerian Agama di dua posisi berbeda.
Nasaruddin pernah menjabat sebagai Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam. Setelah itu pada 2011-2014, ia pernah menjadi Wakil Menteri Agama saat masa kepemimpinan Suryadharma Ali.
Pengalaman akademik dan politik yang luas serta wawasan keislaman yang mendalam menjadikannya seorang pemikir progresif yang sering membahas isu-isu seperti kesetaraan gender dalam Islam dan moderasi dalam beragama.
Tentu apa yang dibawa dalam pemikiran Nasaruddin Umar senafas dengan program prioritas yang ada di Kementerian Agama, utamanya di era kepemimpinan Yaqut Cholil Qoumas.
Baca juga: Kemenag mengalihkan status 10 satuan pendidikan Kristen jadi negeri
Ada tujuh program prioritas di Kementerian Agama yang dapat diperkuat. Ketujuhnya yakni Penguatan Moderasi Beragama, Transformasi Digital, Revitalisasi KUA, Kemandirian Pesantren, Cyber Islamic University, Religiousity Index, dan Tahun Kerukunan Umat Beragama.
Saat serah terima jabatan, Yaqut Cholil Qoumas juga melemparkan pujian kepada Nasaruddin Umar yang akan menggantikannya. Yaqut memandang sosok Nasaruddin adalah pemimpin yang memiliki kecakapan mumpuni dan rekam jejak yang lengkap.
"Jadi track-nya ini sudah benar. Kita semua mendapatkan anugerah pemimpin yang luar biasa kecakapannya, luar biasa lengkap track record-nya. Jadi saya kira kita semua patut optimis bahwa Kementerian Agama akan jauh lebih baik," kata Yaqut.
Kini tugas berat telah menanti di depan mata, Nasaruddin Umar diharapkan mampu memperkuat Kementerian Agama dalam memberikan pelayanan keagamaan maupun pendidikan. Tak hanya itu, Kemenag juga mesti menjadi institusi yang lebih inklusif, menjadi rumah bagi semua agama.