Mataram (Antaranews NTB) - Bupati Lombok Timur Sukiman Azmy menilai destinasi wisata Sembalun dengan keberadaan Gunung Rinjani di dalamnya, seindah kawasan wisata Gunung Fuji di Jepang.
"Luar biasa potensi Sembalun. Terutama dengan Gunung Rinjani. Kalau kita melihat Gunung Rinjani itu seperti Fujiyama (Gunung Fuji) di Jepang pada pagi hari," ujar Sukiman Azmy di Mataram.
Ia mengakui, meski Gunung Rinjani seperti Fujiyama, kondisi Rinjani sudah jauh berbeda pascagempa melanda daerah itu pada akhir Juli hingga Agustus 2018.
"Sekarang kondisinya terpuruk, tak ada lagi wisatawan yang datang," ujarnya.
Sukiman mengatakan, meski kondisi Sembalun dan Gunung Rinjani dalam kondisi terpuruk, pihaknya tidak lantas berdiam diri agar geliat perekonomian di Sembalun tidak terhenti.
Untuk itu, guna menghidupkan wilayah lingkar Rinjani,? pihaknya akan mengembalikan Sembalun sebagai daerah penghasil pertanian terbesar di wilayah itu. Caranya, dengan menggalakkan masyarakat penanaman pertanian.
"Kita kembali ke pertanian dulu. Kita garap lahan yang nganggur tanam bawang putih, kentang dan stroberi, karena pariwisata kita terpuruk, naik ke Rinjani tidak bisa. Kenapa, agar ekonomi kembali menggeliat," ucapnya.
Sementara itu, Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR) mempertimbangkan untuk membuka jalur pendakian ke Gunung Rinjani melalui Aik Berik, Kabupaten Lombok Tengah,? karena kerusakan akibat gempa bumi di kawasan tersebut tidak terlalu parah.
"Kemungkinan pertengahan November mulai dibuka secara terbatas, tidak sampai ke Danau Segara Anak. Tapi kami survei lagi dan nanti hasilnya akan diumumkan," kata Kepala BTNGR Sudiyono
Jalur pendakian di Aik Berik merupakan satu dari empat jalur pendakian resmi (tradisional) yang selama ini dilewati para wisatawan menuju Danau Segara Anak dan puncak Gunung Rinjani.
Sementara itu, tiga jalur pendakian lainnya belum boleh dibuka untuk aktivitas pendakian, yakni jalur pendakian di Timbanuh, dan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, dan Senaru di Kabupaten Lombok Utara.
Menurut Sudiyono, ketiga jalur pendakian yang belum boleh dibuka tersebut dalam kondisi rusak berat akibat rentetan gempa bumi berkekuatan di atas 6-7 Skala Richter yang mengguncang Pulau Lombok pada 29 Juli-19 Agustus 2018.
Kerusakan yang ditimbulkan berupa retakan tanah dan masih adanya potensi longsor di sepanjang jalur pendakian sehingga membahayakan keselamatan jiwa manusia.
"Kami tidak begitu saja menentukan tiga jalur pendakian tersebut belum boleh dibuka. Tapi melalui survei berbagai pihak, ada ahli geologi, Balai Wilayah Sungai, TNI, Polri, Basarnas, Badan Penanggulangan Bencana Daerah, dan Dinas Pariwisata Provinsi dan kabupaten/kota," katanya. (*).
"Luar biasa potensi Sembalun. Terutama dengan Gunung Rinjani. Kalau kita melihat Gunung Rinjani itu seperti Fujiyama (Gunung Fuji) di Jepang pada pagi hari," ujar Sukiman Azmy di Mataram.
Ia mengakui, meski Gunung Rinjani seperti Fujiyama, kondisi Rinjani sudah jauh berbeda pascagempa melanda daerah itu pada akhir Juli hingga Agustus 2018.
"Sekarang kondisinya terpuruk, tak ada lagi wisatawan yang datang," ujarnya.
Sukiman mengatakan, meski kondisi Sembalun dan Gunung Rinjani dalam kondisi terpuruk, pihaknya tidak lantas berdiam diri agar geliat perekonomian di Sembalun tidak terhenti.
Untuk itu, guna menghidupkan wilayah lingkar Rinjani,? pihaknya akan mengembalikan Sembalun sebagai daerah penghasil pertanian terbesar di wilayah itu. Caranya, dengan menggalakkan masyarakat penanaman pertanian.
"Kita kembali ke pertanian dulu. Kita garap lahan yang nganggur tanam bawang putih, kentang dan stroberi, karena pariwisata kita terpuruk, naik ke Rinjani tidak bisa. Kenapa, agar ekonomi kembali menggeliat," ucapnya.
Sementara itu, Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR) mempertimbangkan untuk membuka jalur pendakian ke Gunung Rinjani melalui Aik Berik, Kabupaten Lombok Tengah,? karena kerusakan akibat gempa bumi di kawasan tersebut tidak terlalu parah.
"Kemungkinan pertengahan November mulai dibuka secara terbatas, tidak sampai ke Danau Segara Anak. Tapi kami survei lagi dan nanti hasilnya akan diumumkan," kata Kepala BTNGR Sudiyono
Jalur pendakian di Aik Berik merupakan satu dari empat jalur pendakian resmi (tradisional) yang selama ini dilewati para wisatawan menuju Danau Segara Anak dan puncak Gunung Rinjani.
Sementara itu, tiga jalur pendakian lainnya belum boleh dibuka untuk aktivitas pendakian, yakni jalur pendakian di Timbanuh, dan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, dan Senaru di Kabupaten Lombok Utara.
Menurut Sudiyono, ketiga jalur pendakian yang belum boleh dibuka tersebut dalam kondisi rusak berat akibat rentetan gempa bumi berkekuatan di atas 6-7 Skala Richter yang mengguncang Pulau Lombok pada 29 Juli-19 Agustus 2018.
Kerusakan yang ditimbulkan berupa retakan tanah dan masih adanya potensi longsor di sepanjang jalur pendakian sehingga membahayakan keselamatan jiwa manusia.
"Kami tidak begitu saja menentukan tiga jalur pendakian tersebut belum boleh dibuka. Tapi melalui survei berbagai pihak, ada ahli geologi, Balai Wilayah Sungai, TNI, Polri, Basarnas, Badan Penanggulangan Bencana Daerah, dan Dinas Pariwisata Provinsi dan kabupaten/kota," katanya. (*).