Mataram (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat angka inflasi bulan ke bulan Nusa Tenggara Barat (NTB) sebesar 0,56 persen pada November 2024 yang dipengaruhi oleh tomat dan bawang merah.

Kepala BPS NTB Wahyudin menuturkan inflasi November 2024 naik sebesar 0,34 persen bila dibandingkan angka inflasi yang terjadi pada Oktober 2024.

"Andil komoditas tomat dan bawang merah terhadap laju inflasi masing-masing sebesar 0,18 persen dan 0,13 persen," ujarnya di Mataram, Senin.

Wayudin menjelaskan kenaikan harga tomat akibat dampak musim hujan yang telah terjadi selama sebulan terakhir. Buah tomat menjadi cepat rusak saat musim hujan.

Baca juga: Tomat dan emas sumbang inflasi tertinggi di NTB

Sedangkan, bawang merah mengalami penurunan suplai karena masa panen terjadi pada Juli dan Agustus. Bawang merah yang beredar di pasar saat ini adalah stok yang dimiliki para pedagang dan rumah tangga.

"Produksi kurang, itulah yang menyebabkan harga naik," kata Wahyudin.

Selain tomat dan bawang merah, komoditas yang juga berkontribusi terhadap inflasi di Nusa Tenggara Barat juga dipicu akibat emas perhiasan, daging ayam ras, dan ikan tongkol yang masing-masing memiliki andil sebesar 0,07 persen, 0,07 persen, dan 0,05 persen.

Baca juga: Inflasi capai 0,17 persen, Ekonomi di NTB tumbuh melambat

Wahyudin berpesan kepada pemerintah daerah untuk membatasi pengiriman bawang merah ke luar daerah mengingat adanya program makan bergizi gratis yang dicanangkan oleh pemerintah pusat.

Nusa Tenggara Barat merupakan daerah produsen bawang merah dan selalu surplus bawang merah, namun karena hasil panen selalu dibawa ke luar daerah menjadikan bawang merah di wilayah itu menjadi penyumbang inflasi.

"Kami berharap pembatasan untuk dibawa ke luar daerah, antara lain bawang merah. NTB adalah daerah penghasil tapi inflasi masuk lima komoditas terbesar," pungkas Wahyudin.

Baca juga: BPS: Pisang jadi penyumbang inflasi di NTB


Pewarta : Sugiharto Purnama
Editor : Abdul Hakim
Copyright © ANTARA 2024