Ankara (ANTARA) - Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Jumat (13/12), mengakhiri kebuntuan politik dengan menunjuk Francois Bayrou sebagai Perdana Menteri (PM) baru, setelah parlemen menggulingkan Michel Barnier dan pemerintahannya melalui mosi tidak percaya, pekan lalu.

Baca juga: Saham Prancis hentikan rugi 3-hari, indeks melonjak 2,05 persen

Bayrou lahir pada tahun 1951 di lingkungan pedesaan dari keluarga petani di Kota Borderes, Prancis barat daya.

Ia adalah politisi berhaluan tengah yang memulai karier politiknya pada tahun 1974, setelah menempuh studi sastra pada sebuah universitas.

Karier politiknya dimulai pada tahun 1982, ketika ia menjadi anggota dewan kota di Pau setahun kemudian.

Pada tahun 1986, ia terpilih menjadi anggota Majelis Nasional, majelis rendah parlemen Prancis, mewakili departemen Pyrenees-Atlantiques.

Pada tahun 1993, Bayrou diangkat menjadi Menteri Pendidikan dalam kabinet Perdana Menteri Edouard Balladur.

Sejak 2014, ia menjabat sebagai Wali Kota Pau, kota di wilayah barat daya Prancis. Ia juga merupakan Presiden Partai Gerakan Demokratik (Mouvement Democrate atau MoDem) dan sekutu dekat Presiden Macron.

Baca juga: Luis Enrique percaya PSG samai level Arsenal dan Manchester

Pada tahun 2020, Bayrou diangkat sebagai Komisaris Tinggi untuk Perencanaan.

Sebagai mantan anggota Parlemen Uni Eropa, Bayrou pernah mencalonkan diri dalam pemilihan presiden sebanyak tiga kali, yaitu pada 2002, 2007, dan 2012, sebelum memutuskan untuk mendukung Emmanuel Macron pada pemilihan 2017.

Namun, Bayrou sempat menuai kontroversi selama kampanye 2002, ketika ia menampar seorang anak yang mencoba mencopetnya di Kota Strasbourg.

Bayrou kini menjadi perdana menteri keempat yang ditunjuk Macron dalam waktu kurang dari setahun, dan yang keenam sejak 2017.

Sumber: Anadolu


 


Pewarta : Primayanti
Editor : I Komang Suparta
Copyright © ANTARA 2024