Bangkok (ANTARA) - Tangis itu pecah. Bukan saat peluru terakhir meninggalkan laras senapan, bukan pula ketika bendera Merah Putih perlahan naik di Photharam Shooting Range, Bangkok, Sabtu.

 

Air mata Dewi Laila Mubarokah justru tumpah setelah semua selesai. Ketika dua medali emas SEA Games 2025 sudah berada dalam genggaman, dan rahasia yang ia simpan berbulan-bulan tak lagi harus disembunyikan.

Petembak Indonesia itu menuntaskan SEA Games Thailand 2025 dengan prestasi sempurna: Emas 10 meter Air Rifle beregu putri bersama Dominique Rachmawati Karini dan Yasmin Figlia Achadiat, lalu emas 10 meter Air Rifle putri secara perseorangan.

Namun, di balik ketenangan, presisi, dan kontrol napas yang ia perlihatkan di arena, Dewi Laila sesungguhnya tengah menjalani perjuangan lain yang tak terlihat di papan skor.

Ia bertanding dalam kondisi hamil empat bulan.

“Alhamdulillah, saya benar-benar tidak menyangka. Saya kira pulang tidak membawa apa-apa. Paling nyangkut di perak atau perunggu,” ujar Dewi Laila dengan suara bergetar seusai lomba.

Kehamilan itu ia rahasiakan rapat-rapat. Hanya segelintir orang yang mengetahui, termasuk pengurus Persatuan Menembak Indonesia, pelatih, dan satu rekan atlet.

Bahkan Dominique, teman sekamar sekaligus rivalnya di final, tidak mengetahuinya.

“Sekamar sama Dominique saja dia enggak tahu,” katanya sambil tersenyum memandang Dominique.

Menjaga rahasia itu berarti menjalani segalanya seperti biasa. Sejak awal mengetahui dirinya hamil, Dewi Laila tetap mengikuti pemusatan latihan, tes fisik, hingga kejuaraan. Pada fase awal kehamilan, tantangan justru terasa lebih berat.

“Waktu masih awal itu mual. Tapi biar enggak ketahuan teman-teman, ditahan sendiri. Cuma cerita ke suami,” ujarnya.

Ada kekhawatiran lain yang tak kalah besar, konsumsi vitamin. Sebagai atlet elite, setiap asupan harus dipastikan aman dan tidak melanggar aturan antidoping.

Dewi Laila mengaku sempat cemas, takut vitamin kehamilan justru disalahartikan sebagai pelanggaran.

Kekhawatiran itu kemudian dijawab lewat konsultasi. Dewi Laila dan tim berkonsultasi dengan Indonesia Anti-Doping Organization (IADO).

Dari sana, ia mendapat arahan untuk melaporkan penggunaan vitamin melalui mekanisme Pengecualian Penggunaan Terapeutik (Therapeutic Use Exemption/TUE) yang diatur oleh Badan Antidoping Dunia (World Anti-Doping Agency/WADA).

Langkah itu menjadi titik tenang di tengah tekanan. Kehamilan tetap terjaga, aturan tetap dipatuhi, dan Dewi Laila bisa bertanding dengan hati lebih lapang.

Dukungan terdekat datang dari pelatih. Menjelang final, ketegangan tak bisa sepenuhnya dihindari.

“Saya bilang ke pelatih kalau tegang. Tapi pelatih cuma bilang, tarik napas, atur napas, kontrol seperti latihan biasa,” ujarnya.

Nasihat sederhana itu menjadi pegangan ketika final berlangsung sengit.

Delapan penembak terbaik saling kejar nilai. Dewi Laila sempat tertinggal. Namun perlahan, satu per satu pesaing tersingkir.

Hingga akhirnya, tersisa duel sesama Indonesia yakni Dewi Laila melawan Dominique.

Sorak penonton mengiringi setiap tembakan. Di ujung laga, Dewi Laila memastikan emas. Dominique dengan perak.

Keduanya berpelukan di tengah arena, di tengah sejarah. Air mata itu pun jatuh tak terbendung.

Dominique sendiri mengaku terkejut ketika rahasia itu akhirnya terbongkar.

“Saya sempat mimpi Dewi hamil,” kata Dominique. “Pas tahu ternyata benar, saya kaget. Saya langsung bilang, ‘tuh kan, benar hamil’.”

Tangisan pun kembali mewarnai arena. Bukan hanya dari Dewi Laila, tetapi juga dari orang-orang terdekat yang selama ini ikut menyimpan rahasia.

Petembak Indonesia Dewi Laila Mubarokah (kanan) berpelukan dengan petembak Indonesia lainnya, Dominique Rachmawati Karini (kiri) usai memastikan dirinya sebagai juara dalam nomor 10 meter Air Rifle putri cabang menembak SEA Games 2025 Thailand di Photharam Shooting Range, Bangkok, Thailand, Sabtu (13/12/2025). Dewi Laila mempersembahkan emas setelah pada babak final berhasil mengoleksi skor tertinggi 248,5, sementara medali perak diraih rekan senegaranya Dominique Rachmawati Karini dengan skori 248,2, sementara perunggu menjadi milik wakil Vietnam Le Thi Mong Tuyen dengan skor 226,8. (ANTARA/Muhammad Ramdan)

Di tribun, Fathur Gustafian, suami Dewi Laila yang juga atlet menembak, menyaksikan semuanya dengan emosi bercampur. Baginya, perjuangan ini bukan sekadar tentang medali.

“Kami sama-sama menguatkan, sama-sama percaya proses,” kata Fathur.

Keputusan melanjutkan kehamilan di tengah persiapan SEA Games 2025 bukan hal mudah. Anak pertama mereka masih berusia dua tahun lebih. Program keluarga pun sempat direncanakan berbeda.

Baca juga: Atlet Ahmad Ridwan berharap tampil konsisten usai dulang emas

“Kami sempat berpikir menunda. Tapi dokter bilang, anak ini punya hak hidup, punya rezekinya sendiri,” kata Fathur.

Sejak itu, keyakinan mereka menguat. Dewi Laila rutin mengonsumsi vitamin sesuai anjuran dokter, rajin kontrol, dan tetap menjalani latihan dengan pengawasan. Semua dijalani dengan penuh kehati-hatian.

“Allah sudah kasih takdir ke setiap makhluk-Nya. Kami hanya berusaha menjaga dan memberikan yang terbaik,” ujar Fathur.

Ketika dua emas akhirnya diraih, semua perjuangan itu terasa menemukan maknanya. Dewi Laila menunduk, memegang perutnya perlahan.

“Walaupun belum bisa dengar, saya bilang terima kasih sudah bertahan, sudah berjuang sama-sama,” katanya.

Bagi Dewi Laila emas di Thailand sekaligus peningkatan prestasi di pesta olahraga terbesar di Asia Tenggara tersebut.

Pada SEA Games 2021 Vietnam, ia juga meraih emas di nomor 10 meter Air Rifle perseorangan dan perak di nomor beregu putri bersama Citra Dewi Resti dan Monica Daryanti.

Baca juga: Atlet Ahmad Ridwan berharap tampil konsisten usai dulang emas

Sementara pada SEA Games 2023 Kamboja, menembak tidak dipertandingkan.

“Dewi sangat ingin membuktikan dirinya masih bisa bersaing. Makanya dia sangat ingin tampil di SEA Games 2025,” kata Fathur.

Di arena menembak, Dewi Laila dikenal sebagai atlet dengan kontrol napas dan emosi yang matang.

Di SEA Games 2025, ia menunjukkan ketenangan itu bukan hanya lahir dari latihan, tetapi juga dari keyakinan bahwa prestasi dan kehidupan bisa berjalan beriringan, selama dijalani dengan jujur, disiplin, dan penuh tanggung jawab.

Dua emas itu akhirnya bukan hanya milik Dewi Laila. Tetapi menjadi kisah tentang keberanian menyimpan rahasia, ketaatan pada aturan, dan keteguhan seorang ibu yang memilih tetap berdiri di garis tembak dengan amanah besar di dalam dirinya.

“Rezeki ‘si utun’,” kata Fathur tersenyum merujuk pada bayi yang masih dalam kandungan sang istri.

Dewi Laila dan Fathur pun masih akan tetap melanjutkan mimpinya. Membangun keluarga bahagia dan satu hal yang mereka idamkan:  Tampil bersama di pentas olahraga tertinggi dunia, Olimpiade.

“Mimpi Dewi bisa tampil bersama saya di Olimpiade, karena saya sebelumnya sudah tampil,” ujar Fathur.
 


Pewarta : Muhammad Ramdan
Editor : I Komang Suparta
Copyright © ANTARA 2025