Mataram (ANTARA) -  Harga minyak stabil di perdagangan Asia pada Selasa pagi, didukung oleh kekhawatiran atas konflik antara Iran dan Amerika Serikat, tetapi tertekan oleh kekhawatiran tentang potensi penurunan permintaan minyak mentah global.

Minyak mentah berjangka Brent naik tipis tiga sen menjadi diperdagangkan pada 64,89 dolar AS per barel pada pukul 00.34 GMT (07.34 WIB). Patokan internasional Brent naik 0,5 persen pada perdagangan Senin (24/6).

Sementara itu, minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate turun (WTI) turun tipis tiga sen menjadi diperdagangkan pada 57,87 dolar AS per barel. Minyak mentah AS menurun 0,8 persen di sesi perdagangan sebelumnya.

Brent naik 5,0 minggu lalu dan minyak mentah AS melonjak 10 persen, setelah Iran menembak jatuh drone AS pada Kamis (20/6) di Teluk, menambah ketegangan yang dipicu oleh serangan terhadap tanker minyak di daerah itu pada Mei dan Juni. Washington menyalahkan serangan kapal tanker terhadap Iran, sementara Teheran menyangkal memiliki peran apa pun.

Presiden AS Donald Trump menargetkan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei dan pejabat tinggi Iran lainnya dengan sanksi pada Senin (24/6), mengambil langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk meningkatkan tekanan terhadap Iran setelah Teheran menjatuhkan drone.

Trump juga mengatakan di Twitter bahwa negara-negara lain harus melindungi pengiriman minyak mereka sendiri di Timur Tengah daripada meminta Amerika Serikat melindungi mereka.

Tetapi beberapa mengatakan ancaman konflik militer langsung telah sedikit berkurang.

"Pedagang telah mengurangi peluang mereka untuk eskalasi langsung AS-Iran di titik panas yang selama ini membara," kata Stephen Innes, managing partner di Vanguard Markets di Bangkok. Sementara itu, harapan berkurang untuk kemajuan dalam pembicaraan perdagangan China-AS di KTT G20 pekan ini karena investor menunggu pertemuan antara Presiden Donald Trump dan Xi Jinping.

Data manufaktur yang lemah dirilis pada Senin (24/6) oleh Federal Reserve Bank of Dallas menambah kekhawatiran tentang tergelincirnya permintaan minyak mentah.

Pasokan diperkirakan akan tetap relatif ketat, karena Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya termasuk Rusia, aliansi yang dikenal sebagai OPEC+, tampaknya akan memperpanjang kesepakatan untuk membatasi produksi ketika mereka bertemu pada 1-2 Juli di Wina, kata para analis.

Menteri Energi Rusia Alexander Novak mengatakan pada Senin (24/6) bahwa kerja sama internasional pada produksi minyak mentah telah membantu menstabilkan pasar minyak dan lebih penting daripada sebelumnya. Dia juga menyuarakan keprihatinan tentang permintaan.

Baca juga: Panglima Garda Revolusi: Amerika tidak berani serang Iran

Baca juga: Iran: sanksi AS naikkan ketegangan

 

 


Pewarta : Antara
Editor : Ihsan Priadi
Copyright © ANTARA 2024