Mataram (ANTARA) - Dinas Pertanian Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, telah membentuk tim pemeriksa kesehatan hewan kurban untuk menjamin daging kurban yang dibagikan kepada masyarakat sudah aman, sehat, utuh, dan halal.
"Tim ini berjumlah 50 hingga 70 orang yang merupakan dokter dan tim medis kesehatan hewan," kata Kepala Dinas Pertanian Kota Mataram H Mutawalli di Mataram, Kamis.
Menurutnya, tim ini akan bekerja selama dua minggu yakni mulai H-7 Idul Adha hingga H+7 Idul Adha 1440 Hijriah.
Dikatakan, tim tersebut saat ini sudah mulai mendata jumlah titik kumpul penjualan hewan kurban dan jumlah hewan kurban yang dijual. Dari data sementara, jumlah titik kumpul hewan kurban tercatat 82 titik.
"Jumlah hewan kurban jenis kambing yang dijual pada 82 titik itu sekitar 8.000, sedangkan sapi sekitar 2.000," katanya.
Ia mengatakan, tim pengawas dan pemeriksa kesehatan hewan kurban, bertugas memeriksa kesehatan hewan kurban sebelum dan sesudah dipotong, sehingga daging kurban yang akan dibagi ke masyarakat adalah daging 'aman, sehat, utuh dan halal (ASUH).
Dari pengalaman tahun-tahun sebelumnya, lanjut Mutawalli, pada saat pemotongan hewan kurban selama tiga hari, tim akan membagi sesuai jumlah titik pemotongan sekitar 250-300 titik.
"Kasus yang perlu diantisipasi saat pemotongan adalah kasus cacing hati. Hewan kurban yang memiliki cacing hati, bagian hatinya tidak boleh dikonsumsi dan harus dimusnahkan dengan cara ditanam atau dibakar," ujarnya.
Mutawalli mengatakan, untuk memastikan daging hewan kurban ASUH, sebelum hewan kurban dipotong, tim terlebih dahulu melakukan pemeriksaan terhadap kondisi fisik hewan kurban.
"Hewan kurban yang menderita sakit mata, ingusan, dan penyakit kulit tidak boleh dipotong. Harus diobati dulu, setelah sehat baru boleh dipotong," katanya.
Ia mengatakan, pembentukan tim pengawas dan pemeriksa kesehatan hewan kurban sekaligus untuk mengantisipasi potensi adanya penyakit antraks meskipun NTB sejak tiga atau empat tahun lalu telah dinyatakan bebas antraks.
"Akan tetapi upaya-upaya antisipasi harus tetap kami lakukan," katanya.
"Tim ini berjumlah 50 hingga 70 orang yang merupakan dokter dan tim medis kesehatan hewan," kata Kepala Dinas Pertanian Kota Mataram H Mutawalli di Mataram, Kamis.
Menurutnya, tim ini akan bekerja selama dua minggu yakni mulai H-7 Idul Adha hingga H+7 Idul Adha 1440 Hijriah.
Dikatakan, tim tersebut saat ini sudah mulai mendata jumlah titik kumpul penjualan hewan kurban dan jumlah hewan kurban yang dijual. Dari data sementara, jumlah titik kumpul hewan kurban tercatat 82 titik.
"Jumlah hewan kurban jenis kambing yang dijual pada 82 titik itu sekitar 8.000, sedangkan sapi sekitar 2.000," katanya.
Ia mengatakan, tim pengawas dan pemeriksa kesehatan hewan kurban, bertugas memeriksa kesehatan hewan kurban sebelum dan sesudah dipotong, sehingga daging kurban yang akan dibagi ke masyarakat adalah daging 'aman, sehat, utuh dan halal (ASUH).
Dari pengalaman tahun-tahun sebelumnya, lanjut Mutawalli, pada saat pemotongan hewan kurban selama tiga hari, tim akan membagi sesuai jumlah titik pemotongan sekitar 250-300 titik.
"Kasus yang perlu diantisipasi saat pemotongan adalah kasus cacing hati. Hewan kurban yang memiliki cacing hati, bagian hatinya tidak boleh dikonsumsi dan harus dimusnahkan dengan cara ditanam atau dibakar," ujarnya.
Mutawalli mengatakan, untuk memastikan daging hewan kurban ASUH, sebelum hewan kurban dipotong, tim terlebih dahulu melakukan pemeriksaan terhadap kondisi fisik hewan kurban.
"Hewan kurban yang menderita sakit mata, ingusan, dan penyakit kulit tidak boleh dipotong. Harus diobati dulu, setelah sehat baru boleh dipotong," katanya.
Ia mengatakan, pembentukan tim pengawas dan pemeriksa kesehatan hewan kurban sekaligus untuk mengantisipasi potensi adanya penyakit antraks meskipun NTB sejak tiga atau empat tahun lalu telah dinyatakan bebas antraks.
"Akan tetapi upaya-upaya antisipasi harus tetap kami lakukan," katanya.