Mataram (ANTARA) - Para aktivis yang tergabung dalam sejumlah organisasi di Mataram, Nusa Tenggara Barat ikut terlibat membangun Rumah Tahan Gempa (RTG) di Kabupaten Lombok Utara.
Salah satu inisiator pembangunan rumah tahan gempa dari kalangan aktivis ini, Muhammad Akbar di Mataram, Selasa, mengatakan sejauh ini pihaknya sudah membangun 34 unit Rumah Instan Kayu Sehat (Rikas).
Menurutnya, tidak gampang membangun rumah tahan gempa tersebut, karena harus melalui proses panjang sesuai sistem yang ada.
Bahkan, katanya, pihaknya akan meluncurkan rumah tahan gempa itu pada Kamis 1 Agustus 2019 di Dusun Kencong, Desa Sokong, Tanjung, Lombok Utara. Terdapat enam unit rumah yang siap dihuni di Malaka. Berikutnya 13 unit di Desa Sokong, Tanjung.
"Sisanya sedang dikerjakan dan masih dalam bentuk kerangka," ujar pemuda yang akrab disapa Viken Madrid itu.
Untuk menjalankan pembangunan rumah tahan gempa tersebut, ia mengaku tidak sendirian karena dibantu Coin Foundation dan Pengurus Koordinator Cabang (PKC) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Bali Nusra.
Sudah tujuh bulan mereka bergerak membantu korban gempa membangun rumahnya. Sasarannya pun tidak main-main. Mereka menyasar kelompok masyarakat yang berdomisili di atas bukit. Menginisiasi mereka hingga proses pengerjaan secara gotong royong. Adapun Coin Foundation dan PKC PMII sebagai lembaga advokasi dari pembangunan RTG tersebut.
Viken menjelaskan, masyarakat bisa memanfaatkan bantuan pemerintah Rp50 juta untuk memperoleh rumah nyaman. Hal ini dibuktikan dengan membangun rumah tipe 36 lengkap dengan MCK. Bahan bangunannya juga sudah diuji oleh institusi terkait baik Perkim, Lingkungan Hidup dan kelompok masyarakat.
Peluncuran rumah tahan gempa itu juga akan melibatkan pemerintah daerah baik Gubernur NTB, Bupati Lombok Utara, TNI dan Polri.
"Semua kami undang termasuk rekan-rekan jurnalis untuk melihat langsung kondisi masyarakat korban gempa," ujarnya.
Dirktur Coin Foundation I Gusti Abdul Azis mengatakan pembangunan ini terealisasi atas kerja sama semua pihak. Tidak terkecuali masyarakat korban gempa.
Azis mengatakan persoalan korban gempa merupakan persoalan bersama yang harus dimaksimalkan. Dengan begitu tidak perlu beropini sehingga terkesan penanganan gempa di NTB berlarut-larut.
"Kami ingin menunjukkan bahwa masyarakat memperoleh rumah nyaman yang dibuktikan dengan penyerahan kunci rumah," ucapnya.
Ketua PKC PMII Bali Nusra Azis Muslim mengaku senang dengan realisasi rumah yang mereka hasilkan. Ia menceritakan suka duka dalam membangun RTG masyarakat korban gempa tersebut.
Dia juga mengungkap fakta-fakta yang terjadi di lapangan terkait penanganan rumah korban gempa. Meski begitu, pihaknya mengapresiasi kerja pemerintah untuk menangani korban gempa itu. Lagipula, sejak awal pihaknya sudah membangun lima unit musala serta sekitar 500 huntara.
Karena itu, Muslim berharap memperoleh peta akurat terkait rumah korban gempa sehingga dapat tertangani dengan cepat. Dengan begitu, semua pihak bisa mengakses secara real mana rumah yang benar-benar sudah ditempati masyarakat.
"Kami berharap bantuan media juga untuk bisa memberitakan hal ini dengan akurat," katanya.
Salah satu inisiator pembangunan rumah tahan gempa dari kalangan aktivis ini, Muhammad Akbar di Mataram, Selasa, mengatakan sejauh ini pihaknya sudah membangun 34 unit Rumah Instan Kayu Sehat (Rikas).
Menurutnya, tidak gampang membangun rumah tahan gempa tersebut, karena harus melalui proses panjang sesuai sistem yang ada.
Bahkan, katanya, pihaknya akan meluncurkan rumah tahan gempa itu pada Kamis 1 Agustus 2019 di Dusun Kencong, Desa Sokong, Tanjung, Lombok Utara. Terdapat enam unit rumah yang siap dihuni di Malaka. Berikutnya 13 unit di Desa Sokong, Tanjung.
"Sisanya sedang dikerjakan dan masih dalam bentuk kerangka," ujar pemuda yang akrab disapa Viken Madrid itu.
Untuk menjalankan pembangunan rumah tahan gempa tersebut, ia mengaku tidak sendirian karena dibantu Coin Foundation dan Pengurus Koordinator Cabang (PKC) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Bali Nusra.
Sudah tujuh bulan mereka bergerak membantu korban gempa membangun rumahnya. Sasarannya pun tidak main-main. Mereka menyasar kelompok masyarakat yang berdomisili di atas bukit. Menginisiasi mereka hingga proses pengerjaan secara gotong royong. Adapun Coin Foundation dan PKC PMII sebagai lembaga advokasi dari pembangunan RTG tersebut.
Viken menjelaskan, masyarakat bisa memanfaatkan bantuan pemerintah Rp50 juta untuk memperoleh rumah nyaman. Hal ini dibuktikan dengan membangun rumah tipe 36 lengkap dengan MCK. Bahan bangunannya juga sudah diuji oleh institusi terkait baik Perkim, Lingkungan Hidup dan kelompok masyarakat.
Peluncuran rumah tahan gempa itu juga akan melibatkan pemerintah daerah baik Gubernur NTB, Bupati Lombok Utara, TNI dan Polri.
"Semua kami undang termasuk rekan-rekan jurnalis untuk melihat langsung kondisi masyarakat korban gempa," ujarnya.
Dirktur Coin Foundation I Gusti Abdul Azis mengatakan pembangunan ini terealisasi atas kerja sama semua pihak. Tidak terkecuali masyarakat korban gempa.
Azis mengatakan persoalan korban gempa merupakan persoalan bersama yang harus dimaksimalkan. Dengan begitu tidak perlu beropini sehingga terkesan penanganan gempa di NTB berlarut-larut.
"Kami ingin menunjukkan bahwa masyarakat memperoleh rumah nyaman yang dibuktikan dengan penyerahan kunci rumah," ucapnya.
Ketua PKC PMII Bali Nusra Azis Muslim mengaku senang dengan realisasi rumah yang mereka hasilkan. Ia menceritakan suka duka dalam membangun RTG masyarakat korban gempa tersebut.
Dia juga mengungkap fakta-fakta yang terjadi di lapangan terkait penanganan rumah korban gempa. Meski begitu, pihaknya mengapresiasi kerja pemerintah untuk menangani korban gempa itu. Lagipula, sejak awal pihaknya sudah membangun lima unit musala serta sekitar 500 huntara.
Karena itu, Muslim berharap memperoleh peta akurat terkait rumah korban gempa sehingga dapat tertangani dengan cepat. Dengan begitu, semua pihak bisa mengakses secara real mana rumah yang benar-benar sudah ditempati masyarakat.
"Kami berharap bantuan media juga untuk bisa memberitakan hal ini dengan akurat," katanya.