Kuta, Bali (ANTARA) - Malam pergelaran mode dari kain tenun tiga daerah, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur, bertajuk "Bali Nusa Tenggara Tangi 2009", di Kuta, Bali, Sabtu malam, berlangsung meriah dan mendapat sambutan positif seluruh hadirin.

Hadir dalam kesempatan yang digagas Komando Daerah Militer IX/Udayana serta Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata itu, Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, Jero Wacik, Panglima Kodam IX/Udayana, Mayor Jenderal TNI Hotmangaradja Pandjaitan.

Kemudian Gubernur NTT, Frans Leburaya, Gubernur Bali, Made Mangku Pastika. Selain mereka, hadir sejumlah besar undangan dan pemerhati busana dalam dan luar negeri.

"Bali Nusa Tenggara Tangi 2009" merupakan satu rangkaian upaya menemukan dan mengangkat harkat, martabat, dan potensi kain tenun di Bali, NTB, dan NTT, yang selama ini masih kurang dikenal masyarakat luas. Oleh Kodam IX/Udayana, sebagai komando teritorial TNI-AD, upaya itu dicoba untuk dilakukan secara maksimal.

"Ini bentuk kecintaan kami kepada kekayaan kita. Bukan cuma malam pergelaran mode ini sebetulnya inti pesan karena malam ini hanya sebagai wahananya saja atas seluruh upaya itu," kata Pandjaitan kepada ANTARA.

Rangkaian acara "Bali Nusa Tenggara Tangi 2009" yang bermakna kebangkitan budaya Bali dan Nusa Tenggara itu, didahului dengan lomba cipta prakarsa kain tenun tradisional, lomba kuliner tradisional, dan beberapa mata acara lain.

Di panggung, busana-busana kelas menengah-atas yang dibawakan peragawati dan peragawan itu adalah karya perancang busana kenamaan Tanah Air, yaitu Samuel Wattimena, Oscar Lawalatta, Obin, Ghea, dan Carmanita. Sebelumnya, kain-kain tenun yang beberapa di antaranya dipergunakan dalam pergelaran itu dilombakan.

Berbagai tema diusung ke panggung, di antaranya oleh Oscar Lawalatta, yang mencoba menggali kekayaan tenun tradisional dari NTT. Warna-warna alami dan corak rancangan motif yang cenderung simetris dieksploitasi habis-habisan dan mampu memesona hadirin.

Carmanita yang juga dikenal dengan rancangan kelas atasnya, mengombinasikan kain tenun dari Bali dan NTT ke dalam balutan busana yang banyak memainkan lipatan-lipatan pada bagian bawahh busana. Hasilnya, tidak kalah memesona.

Sedangkan Wattimena, yang juga merancang pakaian seragam Batalion Kawal Istana Pasukan Pengamanan Presiden, memajukan tema yang berbeda. Lebar kain dan garis potongan sederhana menjadi kekuatan tersendiri busana yang dibawakan dalam nuansa NTB yang kental.

Sementara Ghea, yang telah berada dalam puncak kematangannya, memadu-padankan beberapa kecenderungan desain kain tenun ke dalam potongan yang cukup rumit untuk dilakukan. Namun secara sempurna, hal itu bisa dia lakukan.

Para hadirin tidak ada yang beranjak dari bangkunya selama dua jam pergelaran mode yang mengangkat kekayaan budaya nasional dari Bali, NTB, dan NTT itu.

Untuk memperkuat atmosfer ketiga wilayah yang dulu dikenal dengan nama Sunda Kecil itu, kehadiran pemetik alat musik tradisional Sasando, dari Pulau Rote, NTT, memainkan peran penting. Lagu "Bolelebo", sebagai misal, mudah mengingatkan memori pendengarnya tentang NTT.(*)




Pewarta :
Editor :
Copyright © ANTARA 2024