Mataram (ANTARA) - Penulis Indonesia, yang dikenal sebagai pendiri Taman Bacaan Pelangi dan Travel Sparks, Nila Tanzil (43) mempromosikan buku karya nya, Lembar-Lembar Pelangi, The Art of Giving Back dan Teman Baru Epi di toko buku tertua dan terbesar di kota London, Inggris, Foyles di Charing Cross, Jumat.
Nila Tanzil mengakui bahwa ia merasa bangga dan berterima kasih dapat mempromosikan buku yang ditulis serta kedua organisasi sosial yang didirikan, Taman Bacaan Pelangi dan Travel Sparks, di toko buku legendaris di Inggris.
“Bangga banget bisa memperkenalkan ketiga buku karyaku di London, dipamerkan di toko buku terkenal dan tertua di London. Hal ini membuat aku lebih semangat untuk berkarya lebih banyak lagi di bidang literasi, ujar Nila Tanzil kepada Antara London, Jumat malam.
Dalam acara promosi buku Lembar-Lembar Pelangi yang ditulisnya pada 2016 dan The Art of Giving Back pada tahun 2018 dan Teman Baru Epi di toko buku Foyles hadir istri Dubes Indonesia di Inggris, Hana A Satriyo, mantan Dubes Inggris untuk Indonesia Moazzam Malik dan istri, Rachel Malik, serta chef ternama Indonesia Petty Elliott.
Buku Teman Baru Epi (Epi’s New Friend) adalah buku cerita anak pertama ditulis Nila Tanzil bercerita tentang persahabatan antara Epi, anak perempuan dari Indonesia, dengan Fatima, anak pengungsi dari Afghanistan, buku cerita anak pertama yang mengusung topik pengungsi.
Menurut Nila, Foyles tertarik tidak hanya pada buku yang ditulisnya, tetapi juga Travel Sparks, social enterprise yang merupakan social enterprise yang mengusung spirit “Travel With A Cause” dimana wisatawan menikmati liburan yang didesain sesuai dengan destinasi yang diinginkan sambil berbagi melalui kegiatan volunteering di Taman Bacaan Pelangi.
Profit dari Travel Sparks disalurkan untuk Taman Bacaan Pelangi, ujar Nila tentang organisasi nirlaba yang didirikannya pada 2009. Taman Bacaan Pelangi bertujuan untuk mengembangkan kebiasaan membaca serta menyediakan akses buku bacaan yang berkualitas untuk anak-anak di daerah pelosok di Indonesia Timur. Hingga saat ini, TB Pelangi telah mendirikan lebih dari 100 perpustakaan ramah anak yang tersebar di 18 pulau di Indonesia Timur.
Selain mempromosikan bukunya di toko buku Foyles London, Nila juga melakukan Storytelling Sessions di Seven Stories, di kota Newcastle. Dalam acara di Seven Stories, Newcastle, Nila akan memperkenalkan permainan tradisional dari Indonesia seperti congklak dan bekel.
Nila juga akan mengadakan “Read Aloud” atas buku cerita anak karyanya “Teman Baru Epi” (Epi’s New Friend). Di buku ini, Nila memperkenalkan permainan tradisional serta makanan khas dari Indonesia maupun Afghanistan.
“Saya menulis buku ini dengan tujuan untuk menumbuhkan rasa toleransi pada anak terhadap orang-orang yang berasal dari berbagai kebudayaan dan latar belakang berbeda,” ujar Nila yang meraih master (MA dalam Studi Komunikasi Eropa) dari Universiteit van Amsterdam, di Belanda.
Bercerita tentang latar belakang cerita Teman Baru Epi, Nila berkata bahwa di daerah Cisarua, Bogor terdapat sekitar 3.000 pengungsi, namun tidak banyak orang mengetahuinya. Dengan buku ini, Nila berharap anak Indonesia akan tumbuh rasa empati terhadap sesama, ujar sarjana Hubungan Internasional Universitas Katolik Parahyangan di mana Nila dinobatkan sebagai lulusan terbaik tahun itu
Selama di Inggris, Nila juga akan mengisi acara pelatihan penulisan untuk penulis muda di London pada 20 Agustus mendatang bersama Ministry of Stories yang bertema “Migration Tales”. Di kegiatan ini, Nila akan menginspirasi penulis muda berusia antara 12 sampai 15 tahun melalui cerita buku “Teman Baru Epi”. Para penulis muda diminta menulis puisi yang nantinya akan dipublikasikan pada acara Refugee Week 2020 oleh Counterpoint Arts untuk menginspirasi penulis muda lainnya.
Rangkaian kegiatan Nila Tanzil di UK ini merupakan bagian dari Fringe Program yang didanai BEKRAF bekerjasama dengan British Council, Kedutaan Besar RI di London, dan PPI UK. Program ini merupakan kelanjutan dari London Book Fair 2019 dimana Indonesia sebagai Market Focus Country.
Seorang pengunjung acara promosi buku Nila Tanzil, Nancy Camden kepada Antara London mengatakan bahwa ia sudah membaca salah satu buku karangan Nila Tanzil berjudul “Lembar Lembar Pelangi “.
“Buku yang sangat menyentuh hati saya yang paling dalam, tidak pernah terpikirkan dibenak saya seorang wanita muda rela meninggalkan kehidupan masyarakat kelas atas di Jakarta dan terjun ke pulau di pelosok Indonesia Timur untuk berhubungan dengan masyarakat terutama anak-anak yang belum teracuni oleh tehnologi canggih saat ini,”ujar publisher jurnal kesehatan di Inggris.
“Sungguh mulia apa yang dilakukan Nila untuk memajukan generasi muda dan ingin mewujudkan cita-cita anak Indonesia untuk masa depan mereka kelak,” ujar Nancy menambahkan seandainya Indonesia mempunyai lebih dari seribu orang seperti pemikiran Nila, saya yakin Indonesia akan menjadi negara paling maju di Asia Tenggara, demikian Nancy Camden.
Nila Tanzil mengakui bahwa ia merasa bangga dan berterima kasih dapat mempromosikan buku yang ditulis serta kedua organisasi sosial yang didirikan, Taman Bacaan Pelangi dan Travel Sparks, di toko buku legendaris di Inggris.
“Bangga banget bisa memperkenalkan ketiga buku karyaku di London, dipamerkan di toko buku terkenal dan tertua di London. Hal ini membuat aku lebih semangat untuk berkarya lebih banyak lagi di bidang literasi, ujar Nila Tanzil kepada Antara London, Jumat malam.
Dalam acara promosi buku Lembar-Lembar Pelangi yang ditulisnya pada 2016 dan The Art of Giving Back pada tahun 2018 dan Teman Baru Epi di toko buku Foyles hadir istri Dubes Indonesia di Inggris, Hana A Satriyo, mantan Dubes Inggris untuk Indonesia Moazzam Malik dan istri, Rachel Malik, serta chef ternama Indonesia Petty Elliott.
Buku Teman Baru Epi (Epi’s New Friend) adalah buku cerita anak pertama ditulis Nila Tanzil bercerita tentang persahabatan antara Epi, anak perempuan dari Indonesia, dengan Fatima, anak pengungsi dari Afghanistan, buku cerita anak pertama yang mengusung topik pengungsi.
Menurut Nila, Foyles tertarik tidak hanya pada buku yang ditulisnya, tetapi juga Travel Sparks, social enterprise yang merupakan social enterprise yang mengusung spirit “Travel With A Cause” dimana wisatawan menikmati liburan yang didesain sesuai dengan destinasi yang diinginkan sambil berbagi melalui kegiatan volunteering di Taman Bacaan Pelangi.
Profit dari Travel Sparks disalurkan untuk Taman Bacaan Pelangi, ujar Nila tentang organisasi nirlaba yang didirikannya pada 2009. Taman Bacaan Pelangi bertujuan untuk mengembangkan kebiasaan membaca serta menyediakan akses buku bacaan yang berkualitas untuk anak-anak di daerah pelosok di Indonesia Timur. Hingga saat ini, TB Pelangi telah mendirikan lebih dari 100 perpustakaan ramah anak yang tersebar di 18 pulau di Indonesia Timur.
Selain mempromosikan bukunya di toko buku Foyles London, Nila juga melakukan Storytelling Sessions di Seven Stories, di kota Newcastle. Dalam acara di Seven Stories, Newcastle, Nila akan memperkenalkan permainan tradisional dari Indonesia seperti congklak dan bekel.
Nila juga akan mengadakan “Read Aloud” atas buku cerita anak karyanya “Teman Baru Epi” (Epi’s New Friend). Di buku ini, Nila memperkenalkan permainan tradisional serta makanan khas dari Indonesia maupun Afghanistan.
“Saya menulis buku ini dengan tujuan untuk menumbuhkan rasa toleransi pada anak terhadap orang-orang yang berasal dari berbagai kebudayaan dan latar belakang berbeda,” ujar Nila yang meraih master (MA dalam Studi Komunikasi Eropa) dari Universiteit van Amsterdam, di Belanda.
Bercerita tentang latar belakang cerita Teman Baru Epi, Nila berkata bahwa di daerah Cisarua, Bogor terdapat sekitar 3.000 pengungsi, namun tidak banyak orang mengetahuinya. Dengan buku ini, Nila berharap anak Indonesia akan tumbuh rasa empati terhadap sesama, ujar sarjana Hubungan Internasional Universitas Katolik Parahyangan di mana Nila dinobatkan sebagai lulusan terbaik tahun itu
Selama di Inggris, Nila juga akan mengisi acara pelatihan penulisan untuk penulis muda di London pada 20 Agustus mendatang bersama Ministry of Stories yang bertema “Migration Tales”. Di kegiatan ini, Nila akan menginspirasi penulis muda berusia antara 12 sampai 15 tahun melalui cerita buku “Teman Baru Epi”. Para penulis muda diminta menulis puisi yang nantinya akan dipublikasikan pada acara Refugee Week 2020 oleh Counterpoint Arts untuk menginspirasi penulis muda lainnya.
Rangkaian kegiatan Nila Tanzil di UK ini merupakan bagian dari Fringe Program yang didanai BEKRAF bekerjasama dengan British Council, Kedutaan Besar RI di London, dan PPI UK. Program ini merupakan kelanjutan dari London Book Fair 2019 dimana Indonesia sebagai Market Focus Country.
Seorang pengunjung acara promosi buku Nila Tanzil, Nancy Camden kepada Antara London mengatakan bahwa ia sudah membaca salah satu buku karangan Nila Tanzil berjudul “Lembar Lembar Pelangi “.
“Buku yang sangat menyentuh hati saya yang paling dalam, tidak pernah terpikirkan dibenak saya seorang wanita muda rela meninggalkan kehidupan masyarakat kelas atas di Jakarta dan terjun ke pulau di pelosok Indonesia Timur untuk berhubungan dengan masyarakat terutama anak-anak yang belum teracuni oleh tehnologi canggih saat ini,”ujar publisher jurnal kesehatan di Inggris.
“Sungguh mulia apa yang dilakukan Nila untuk memajukan generasi muda dan ingin mewujudkan cita-cita anak Indonesia untuk masa depan mereka kelak,” ujar Nancy menambahkan seandainya Indonesia mempunyai lebih dari seribu orang seperti pemikiran Nila, saya yakin Indonesia akan menjadi negara paling maju di Asia Tenggara, demikian Nancy Camden.