Mataram (ANTARA) - Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohammad Nasir menyatakan terdapat tiga kunci literasi yang perlu dikuasai generasi muda untuk menghadapi tantangan global yaituliterasi data, teknologi dan sumber daya manusia.
"Dalam (mewujudkan) sumber daya manusia unggul Indonesia maju, saudara dihadapkan dengan situasi era milenial dan global. Dengan menguasai baca tulis dan berhitung sudah tidak cukup lagi," kata Mohammad Nasir di komplek Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) Pangkalan Kerinci, Pelalawan, Riau, Minggu.
Nasir di hadapan 220 mahasiswa penerima beasiswa Tanoto Foundation mencontohkan, GoJek, salah satu start up karya generasi muda Indonesia mampu menyandang salah satu Unicorn di kawasan Asia karena menguasai data.
Data, kata dia, adalah kunci utama Nadiem Makarim dalam mengembangkan GoJek hingga berhasil menjadi raja di negeri sendiri.
Nasir menuturkan bahwa GoJek menjadikan luas dan populasi Indonesia sebagai pangsa pasar utama dalam mengembangkan kegiatan usaha.
Saat ini, dia mengatakan total kapitalisasi aset GoJek mencapai Rp135 triliun.
"Usia 35 tahun sudah punya perusahaan dengan kapitalisasi aset begitu besar," ujarnya saat memberikan motivasi kepada para penerima beasiswa dari 20 universitas negeri Indonesia dan Australia serta Singapura itu.
Selain data, literasi teknologi menjadi kata kunci kedua yang harus dikuasai.
Dia berpesan, mahasiswa tidak harus menjadi ahli dalam kode, bahasa pemrograman untuk memahami literasi teknologi.
"Walaupun anda bukan berasal dari Prodi (program studi) itu, tapi itu penting. Kuasai itu berarti anda kuasai dunia," ujarnya lagi.
Terakhir, dia pun menyebut bahwa sumber daya manusia menjadi aspek penting ketiga yang harus dikuasai oleh mahasiswa.
Dia mengatakan program beasiswa Teladan yang digulirkan Tanoto Foundation sejak tahun 2006, dengan salah satu fokus utama program leadership atau kepemimpinan merupakan salah satu langkah positif membantu pemerintah Indonesia.
"Program yang penting untuk membantu generasi muda Indonesia dalam menghadapi daya saing bangsa," jelasnya.
Sebanyak 221 mahasiswa penerima beasiswa Tanoto Foundation dari 20 perguruan tinggi negeri (PTN) Indonesia serta Singapura dan Australia berkumpul dalam kegiatan Learn and Lead Tanoto Scholar Gathering 2019 di Komplek Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) Pangkalan Kerinci, Riau.
Tanoto Foundation memberikan program Beasiswa Teladan kepada mahasiswa Indonesia untuk melahirkan calon pemimpin masa depan yang bertanggung jawab.
Beasiswa Teladan merupakan kelanjutan dari program Sigap untuk pendidikan anak usia dini dan program Pintar untuk pendidikan dasar.
Melalui program ini, peserta akan mendapatkan pelatihan kepemimpinan dan dibentuk menjadi pemimpin yang memiliki pengaruh positif bagi komunitas dan lingkungan kerjanya secara berkesinambungan.
Saat ini, program itu melibatkan kerjasama dengan sembilan perguruan tinggi yakni Institut Pertanian Bogor, Institut Teknologi Bandung, Universitas Indonesia, Universitas Sumatera Utara, Universitas Gadjah Mada, Universitas Riau, Universitas Andalas, Universitas Brawijaya, dan Universitas Diponegoro.
"Dalam (mewujudkan) sumber daya manusia unggul Indonesia maju, saudara dihadapkan dengan situasi era milenial dan global. Dengan menguasai baca tulis dan berhitung sudah tidak cukup lagi," kata Mohammad Nasir di komplek Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) Pangkalan Kerinci, Pelalawan, Riau, Minggu.
Nasir di hadapan 220 mahasiswa penerima beasiswa Tanoto Foundation mencontohkan, GoJek, salah satu start up karya generasi muda Indonesia mampu menyandang salah satu Unicorn di kawasan Asia karena menguasai data.
Data, kata dia, adalah kunci utama Nadiem Makarim dalam mengembangkan GoJek hingga berhasil menjadi raja di negeri sendiri.
Nasir menuturkan bahwa GoJek menjadikan luas dan populasi Indonesia sebagai pangsa pasar utama dalam mengembangkan kegiatan usaha.
Saat ini, dia mengatakan total kapitalisasi aset GoJek mencapai Rp135 triliun.
"Usia 35 tahun sudah punya perusahaan dengan kapitalisasi aset begitu besar," ujarnya saat memberikan motivasi kepada para penerima beasiswa dari 20 universitas negeri Indonesia dan Australia serta Singapura itu.
Selain data, literasi teknologi menjadi kata kunci kedua yang harus dikuasai.
Dia berpesan, mahasiswa tidak harus menjadi ahli dalam kode, bahasa pemrograman untuk memahami literasi teknologi.
"Walaupun anda bukan berasal dari Prodi (program studi) itu, tapi itu penting. Kuasai itu berarti anda kuasai dunia," ujarnya lagi.
Terakhir, dia pun menyebut bahwa sumber daya manusia menjadi aspek penting ketiga yang harus dikuasai oleh mahasiswa.
Dia mengatakan program beasiswa Teladan yang digulirkan Tanoto Foundation sejak tahun 2006, dengan salah satu fokus utama program leadership atau kepemimpinan merupakan salah satu langkah positif membantu pemerintah Indonesia.
"Program yang penting untuk membantu generasi muda Indonesia dalam menghadapi daya saing bangsa," jelasnya.
Sebanyak 221 mahasiswa penerima beasiswa Tanoto Foundation dari 20 perguruan tinggi negeri (PTN) Indonesia serta Singapura dan Australia berkumpul dalam kegiatan Learn and Lead Tanoto Scholar Gathering 2019 di Komplek Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) Pangkalan Kerinci, Riau.
Tanoto Foundation memberikan program Beasiswa Teladan kepada mahasiswa Indonesia untuk melahirkan calon pemimpin masa depan yang bertanggung jawab.
Beasiswa Teladan merupakan kelanjutan dari program Sigap untuk pendidikan anak usia dini dan program Pintar untuk pendidikan dasar.
Melalui program ini, peserta akan mendapatkan pelatihan kepemimpinan dan dibentuk menjadi pemimpin yang memiliki pengaruh positif bagi komunitas dan lingkungan kerjanya secara berkesinambungan.
Saat ini, program itu melibatkan kerjasama dengan sembilan perguruan tinggi yakni Institut Pertanian Bogor, Institut Teknologi Bandung, Universitas Indonesia, Universitas Sumatera Utara, Universitas Gadjah Mada, Universitas Riau, Universitas Andalas, Universitas Brawijaya, dan Universitas Diponegoro.