Mataram (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) mulai memprogramkan kegiatan pemberdayaan perempuan menuju kemajuan dan kemandirian yang disebut "Prima" atau perempuan Indonesia maju dan mandiri.
     "Prima merupakan program baru yang mulai diterapkan pada 2010," kata Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan (PP) dan Keluarga Berencana (KB) Provinsi NTB Hj. Ratningdiyah, di Mataram, Rabu.  
     Ia mengatakan Prima merupakan program yang mengarah kepada pemberdayaan perempuan menuju kemajuan dan kemandirian yang penerapannya akan dilakukan secara bertahap dalam beberapa tahun anggaran.
     Tahap pertama mencakup 20 desa Prima atau dua desa pada setiap kabupaten/kota di wilayah NTB.
     "Dua puluh desa itu yang akan digodok menjadi wilayah yang dihuni perempuan Indonesia yang maju dan mandiri, karena ada  peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM)," ujarnya.
     Ratningdiyah berharap keberlanjutan program Prima di tahun-tahun mendatang dengan jumlah desa sasaran yang lebih banyak sehingga pada 2013 hampir seluruh desa di wilayah NTB tersentuh program tersebut.
     Ia mengakui program Prima lahir dari rasa keprihatinan yang mendalam dan kepedulian sosial terhadap potret buram perempuan NTB.
     Perempuan NTB sering menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) karena berbagai keterbatasan dalam menyikapi masalah hidup.
     Data Badan PP dan KB Provinsi NTB menyebutkan jumlah kasus KDRT yang menimpa perempuan dan anak pada 2008 tercatat lebih dari 2.000 kasus dan 2009 sejak Januari hingga Agustus sebanyak 919 kasus.
     "Diperkirakan jumlah kasus KDRT di wilayah NTB sampai penghujung tahun 2009  menyamai catatan tahun 2008 bahkan lebih karena kasus KDRT pada September dan Oktober 2009 cukup banyak," katanya.
     Ia mengatakan tingginya kasus KDRT yang menimpa perempuan NTB menuntut pemerintah dan para pihak terkait untuk enuntaskan masalah tersebut.
     "Ada wacana program 'zero KDRT' yang juga merupakan bagian dari upaya menjadikan perempuan NTB maju dan mandiri di masa mendatang," ujarnya.(*)

Pewarta :
Editor :
Copyright © ANTARA 2024