Mataram (ANTARA) - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mendorong percepatan pengembangan kosmetik tematik maritim di Nusa Tenggara Barat karena daerah itu dinilai memiliki potensi sumber daya hasil kelautan yang bisa menjadi bahan baku utama.
"Kami mendukung upaya percepatan pengembangan kosmetik tematik di NTB karena memiliki potensi rumput laut dan spirulina," kata Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan dan Kosmetik BPOM Mayagustina Andarini di sela "focus group discussion" (FGD) percepatan pengembangan kosmetik tematik, di Mataram, Rabu.
Selain melaksanakan pengawasan obat dan makanan, kata dia, pihaknya juga melakukan upaya untuk mendorong kapasitas dan komitmen pelaku usaha dalam memberikan jaminan keamanan obat dan makanan serta memperkuat kemitraan dengan pemangku kepentingan.
Upaya tersebut, katanya, dilakukan melalui pemberdayaan pelaku usaha, salah satunya terhadap UMKM yang memproduksi kosmetik tematik.
Mayagustina menjelaskan kosmetik tematik dipersepsikan sebagai kosmetik yang ikonik dengan suatu daerah yang bersifat heritage dan menggunakan bahan yang ada pada daerah tersebut. Salah satunya kosmetik tematik yang berkembang di NTB adalah kosmetik berbahan dasar dari maritim.
"Kosmetik tematik penting untuk dikembangkan karena selain merupakan warisan bangsa yang harus ditingkatkan mutunya untuk kesehatan, kosmetik tematik juga menjadi penggerak perekonomian masyarakat," ujarnya.
NTB, kata dia, termasuk provinsi yang perkembangan industri kosmetiknya paling "menarik". Pada 2018, belum tercatat adanya industri kosmetik, sedangkan saat ini, terdapat 21 industri kosmetik di NTB.
Sebagian industri kosmetik tersebut menggunakan bahan maritim, antara lain rumput laut dan spirulina.
Menurut Mayagustina, keberadaan sentra budi daya rumput laut dan produk maritim lainnya di NTB menciptakan peluang bagi pertumbuhan industri UMKM kosmetik. Namun tantangan utama yang harus dihadapi dalam pengembangan kosmetik tematik berbahan baku maritim adalah belum konsistennya mutu bahan baku maritim dan terbatasnya pemasaran produk UMKM.
Ia menjelaskan alternatif pengembangan kosmetik tematik NTB adalah pengembangan industri pengolahan bahan baku kosmetik yang mutunya konsisten untuk didistribusikan ke industri kosmetik besar nasional. Selain itu, perlu dilakukan pengembangan industri UMKM yang memproduksi kosmetik tematik berbahan maritim.
"Upaya percepatan pengembangan kosmetik tematik NTB membutuhkan upaya bersama dari semua pemangku kepentingan untuk bersama-sama memberikan usulan dan solusi. Oleh karena itu, BPOM menyelenggarakan FGD hari ini, dengan tujuan merumuskan strategi yang implementatif," katanya.
"Kami mendukung upaya percepatan pengembangan kosmetik tematik di NTB karena memiliki potensi rumput laut dan spirulina," kata Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan dan Kosmetik BPOM Mayagustina Andarini di sela "focus group discussion" (FGD) percepatan pengembangan kosmetik tematik, di Mataram, Rabu.
Selain melaksanakan pengawasan obat dan makanan, kata dia, pihaknya juga melakukan upaya untuk mendorong kapasitas dan komitmen pelaku usaha dalam memberikan jaminan keamanan obat dan makanan serta memperkuat kemitraan dengan pemangku kepentingan.
Upaya tersebut, katanya, dilakukan melalui pemberdayaan pelaku usaha, salah satunya terhadap UMKM yang memproduksi kosmetik tematik.
Mayagustina menjelaskan kosmetik tematik dipersepsikan sebagai kosmetik yang ikonik dengan suatu daerah yang bersifat heritage dan menggunakan bahan yang ada pada daerah tersebut. Salah satunya kosmetik tematik yang berkembang di NTB adalah kosmetik berbahan dasar dari maritim.
"Kosmetik tematik penting untuk dikembangkan karena selain merupakan warisan bangsa yang harus ditingkatkan mutunya untuk kesehatan, kosmetik tematik juga menjadi penggerak perekonomian masyarakat," ujarnya.
NTB, kata dia, termasuk provinsi yang perkembangan industri kosmetiknya paling "menarik". Pada 2018, belum tercatat adanya industri kosmetik, sedangkan saat ini, terdapat 21 industri kosmetik di NTB.
Sebagian industri kosmetik tersebut menggunakan bahan maritim, antara lain rumput laut dan spirulina.
Menurut Mayagustina, keberadaan sentra budi daya rumput laut dan produk maritim lainnya di NTB menciptakan peluang bagi pertumbuhan industri UMKM kosmetik. Namun tantangan utama yang harus dihadapi dalam pengembangan kosmetik tematik berbahan baku maritim adalah belum konsistennya mutu bahan baku maritim dan terbatasnya pemasaran produk UMKM.
Ia menjelaskan alternatif pengembangan kosmetik tematik NTB adalah pengembangan industri pengolahan bahan baku kosmetik yang mutunya konsisten untuk didistribusikan ke industri kosmetik besar nasional. Selain itu, perlu dilakukan pengembangan industri UMKM yang memproduksi kosmetik tematik berbahan maritim.
"Upaya percepatan pengembangan kosmetik tematik NTB membutuhkan upaya bersama dari semua pemangku kepentingan untuk bersama-sama memberikan usulan dan solusi. Oleh karena itu, BPOM menyelenggarakan FGD hari ini, dengan tujuan merumuskan strategi yang implementatif," katanya.