Palembang (ANTARA) - Dwi Fitria Rahmadi, anak perempuan dari salah satu korban kecelakaan maut Bus Sriwijaya di Liku Lematang Kota Pagaralam, memutuskan untuk menikah di depan jenazah ayahnya Warsono (62) .
Pernikahan Dwi dengan seorang lelaki bernama Rahmad Kasmantri berlangsung Rabu pagi di Dusun 1 Perajen RT 1, Kelurahan Mariana, Banyuasin I, Kabupaten Banyuasin, Sumsel.
"Awalnya akad nikah direncanakan pada 29 Desember 2019, namun karena kondisinya berkabung jadi kedua keluarga sepakat memajukan waktu akad hari ini (25/12)," kata besan alamarhum Warsono, Kasim usai prosesi akad nikah.
Baca juga: Korban meninggal bus masuk jurang jadi 28 orang
Dwi tampak tak bisa menyembunyikan air matanya saat prosesi akad karena jenazah Warsono berada di hadapanya saat prosesi akad, begitupun kesedihan anggota keluarga yang lain.
Baca juga: Menhub: PO bus Sriwijaya terancam dikenakan sanksi
Baca juga: Bus Sriwijaya terjun ke jurang, Basarnas sisir sungai cari korban
Meski demikian Dwi mencoba tabah dan ikhlas melepas kepergian ayahnya, proses akad sendiri berjalan lancar dan warga langsung memakamkan jenazah Warsono di TPU Desa Perajen usai akad.
Selain Warsono, diketahui ada empat warga Desa Perajen lainnya yang menjadi korban kecelakaan maut Bus Sriwijaya pada Senin malam, yakni Ulul Azmi (15), Selvi (16), M. Ikbal (13) dan Amelia Sapira (13).
Kepala Desa Perajen, Anhar, mengatakan keempat korban lainnya tersebut merupakan warganya yang bersekolah di salah satu pesantren di Bengkulu, Warsono dan keempatnya juga masih terikat dalam satu kekeluargaan.
"Dia (Warsono) itu ke Bengkulu ingin jemput cucunya (Akbar) dan yang lain karena tantenya (Dwi) akan menikah, tapi apadaya takdir berkata lain," kata Anhar.
Kelima jenazah dikebumikan secara kolektif di lokasi yang sama atas kesepakatan keluarga.
Anhar tidak menyangka Warsono dan kelima warganya menjadi korban kecelakaan Bus Sriwijaya, Warsono sendiri dikenal ramah, murah senyum dan baik selama hidupnya.
Sebagai ungkapan duka cita, Wakil Bupati Banyuasin, Slamet, datang langsung menjadi saksi pernikahan Dwi dan Rahmad, ia juga menyampaikan duka cita dari Bupati Banyuasin, Askolani kepada keluarga korban.
Sebelumnya Bus Sriwijaya Jenis Mitsubishi Fuso Plat No Polisi BD 7031 AU rute Bengkulu - Palembang terjun ke jurang di Liku Lematang Jalan Lintas Pagaralam - Lahat KM 9, Desa Plang Kenidai, Kecamatan Dempo Tengah, Kota Pagaralam pada Senin malam pukul 23.15 WIB.
Bus tak mampu menanjak sehingga mundur dengan kecepatan tinggi lalu menabrak beton pembantas kemudian terjun dari ketinggian 80 meter, Liku Lematang memang dikenal cukup rawan karena kerap terjadi kecelakaan terutama saat jalur licin.
Data tim SAR terbaru hingga Rabu pukul 16.00 WIB, korban meninggal dunia tercatat 34 orang, terdiri dari 16 laki-laki dan 12 perempuan, serta korban selamat sebanyak 13 orang, sehingga total yang telah dievakuasi sebanyak 47 korban.
Pernikahan Dwi dengan seorang lelaki bernama Rahmad Kasmantri berlangsung Rabu pagi di Dusun 1 Perajen RT 1, Kelurahan Mariana, Banyuasin I, Kabupaten Banyuasin, Sumsel.
"Awalnya akad nikah direncanakan pada 29 Desember 2019, namun karena kondisinya berkabung jadi kedua keluarga sepakat memajukan waktu akad hari ini (25/12)," kata besan alamarhum Warsono, Kasim usai prosesi akad nikah.
Baca juga: Korban meninggal bus masuk jurang jadi 28 orang
Dwi tampak tak bisa menyembunyikan air matanya saat prosesi akad karena jenazah Warsono berada di hadapanya saat prosesi akad, begitupun kesedihan anggota keluarga yang lain.
Baca juga: Menhub: PO bus Sriwijaya terancam dikenakan sanksi
Baca juga: Bus Sriwijaya terjun ke jurang, Basarnas sisir sungai cari korban
Meski demikian Dwi mencoba tabah dan ikhlas melepas kepergian ayahnya, proses akad sendiri berjalan lancar dan warga langsung memakamkan jenazah Warsono di TPU Desa Perajen usai akad.
Selain Warsono, diketahui ada empat warga Desa Perajen lainnya yang menjadi korban kecelakaan maut Bus Sriwijaya pada Senin malam, yakni Ulul Azmi (15), Selvi (16), M. Ikbal (13) dan Amelia Sapira (13).
Kepala Desa Perajen, Anhar, mengatakan keempat korban lainnya tersebut merupakan warganya yang bersekolah di salah satu pesantren di Bengkulu, Warsono dan keempatnya juga masih terikat dalam satu kekeluargaan.
"Dia (Warsono) itu ke Bengkulu ingin jemput cucunya (Akbar) dan yang lain karena tantenya (Dwi) akan menikah, tapi apadaya takdir berkata lain," kata Anhar.
Kelima jenazah dikebumikan secara kolektif di lokasi yang sama atas kesepakatan keluarga.
Anhar tidak menyangka Warsono dan kelima warganya menjadi korban kecelakaan Bus Sriwijaya, Warsono sendiri dikenal ramah, murah senyum dan baik selama hidupnya.
Sebagai ungkapan duka cita, Wakil Bupati Banyuasin, Slamet, datang langsung menjadi saksi pernikahan Dwi dan Rahmad, ia juga menyampaikan duka cita dari Bupati Banyuasin, Askolani kepada keluarga korban.
Sebelumnya Bus Sriwijaya Jenis Mitsubishi Fuso Plat No Polisi BD 7031 AU rute Bengkulu - Palembang terjun ke jurang di Liku Lematang Jalan Lintas Pagaralam - Lahat KM 9, Desa Plang Kenidai, Kecamatan Dempo Tengah, Kota Pagaralam pada Senin malam pukul 23.15 WIB.
Bus tak mampu menanjak sehingga mundur dengan kecepatan tinggi lalu menabrak beton pembantas kemudian terjun dari ketinggian 80 meter, Liku Lematang memang dikenal cukup rawan karena kerap terjadi kecelakaan terutama saat jalur licin.
Data tim SAR terbaru hingga Rabu pukul 16.00 WIB, korban meninggal dunia tercatat 34 orang, terdiri dari 16 laki-laki dan 12 perempuan, serta korban selamat sebanyak 13 orang, sehingga total yang telah dievakuasi sebanyak 47 korban.