Magelang, Jawa Tengah (ANTARA) - Delapan seniman asal Bali menggelar pameran bersama seni rupa bertajuk "Special Perception" di Limanjawi Art House di kawasan Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, dari 19 Januari hingga 12 Februari 2020.
Di galeri yang berada sekitar 600 meter timur Taman Wisata Candi Borobudur itu, seniman Dewa Made Mustika, Dewa Made Johana, Ida Bagus Komang Sindu Putra, I Gusti Agung Bagus Ari Marutha, Made Gede Putra, I Nyoman Arisana, Putu Sastra Wibawa, dan Widhi Kertiya Semadi menyuguhkan 37 karya seni rupa berupa patung dan lukisan.
"Karya-karya yang mereka pamerkan sebagai cara masing-masing secara kreatif memandang realitas dengan tetap bertumpu pada nilai-nilai tradisi," kata pemilik Limanjawi Art House Borobudur Kabupaten Magelang Umar Chusaeni di sela persiapan pameran tersebut di Borobudur, Sabtu.
Pameran "Special Perception" antara lain menampilkan karya berjudul "Jejak-Jejak Elemen" dari Dewa Made Johana, "Melodi Senja" karya Dewa Made Mustika, "The Journey of Spirituality" karya Gusti Agung Bagus Ari Marutha, dan "Myth of Beauty" dari Ida Bagus Komang Sindu Putra.
Selain itu ada karya Made Gede Putra yang berjudul "Home and Body Series", "Bermain Naga" dari I Nyoman Arisana, "A Glimmer of Hope" karya Putu Sastra Wibawa, dan "Face" karya Widhi Kertiya Semadi.
Umar menyebut seniman-seniman itu secara konsisten mengembangkan kreativitas dalam menuangkan berbagai isu ke dalam karya seni rupa.
"Kreativitas yang tidak pernah berhenti," ujar Umar, yang juga Koordinator Komunitas Seniman Borobudur Indonesia (KSBI) 15.
Ia berharap karya-karya seni rupa mereka bisa memberikan inspirasi kepada masyarakat luas untuk terus menerus mengembangkan kreativitas.
Pengajar Program Pendidikan Seni Rupa Universitas Pendidikan Ganesha Bali Made Susanta Dwitanaya dalam tulisannya mengenai pameran tersebut mengemukakan bahwa para seniman menggunakan beragam medium dan mengangkat fokus tema beragam pula dalam karya-karya mereka.
Made Susanta mengemukakan bahwa keanekaragaman menghadirkan persepsi spesial.
"Keanekaragaman tersebut hadir, karena tentu saja, karena tiap-tiap seniman memiliki persepsi-persepsinya yang spesial," kata kurator muda itu.
Berbagai persepsi spesial itu, ia mengatakan, kemudian secara sadar maupun bawah sadar berpengaruh terhadap metode penciptaan, pilihan medium, hingga cara memperlakukan medium sesuai dengan kebutuhan gagasan yang hendak dihadirkan masing-masing perupa.
Di galeri yang berada sekitar 600 meter timur Taman Wisata Candi Borobudur itu, seniman Dewa Made Mustika, Dewa Made Johana, Ida Bagus Komang Sindu Putra, I Gusti Agung Bagus Ari Marutha, Made Gede Putra, I Nyoman Arisana, Putu Sastra Wibawa, dan Widhi Kertiya Semadi menyuguhkan 37 karya seni rupa berupa patung dan lukisan.
"Karya-karya yang mereka pamerkan sebagai cara masing-masing secara kreatif memandang realitas dengan tetap bertumpu pada nilai-nilai tradisi," kata pemilik Limanjawi Art House Borobudur Kabupaten Magelang Umar Chusaeni di sela persiapan pameran tersebut di Borobudur, Sabtu.
Pameran "Special Perception" antara lain menampilkan karya berjudul "Jejak-Jejak Elemen" dari Dewa Made Johana, "Melodi Senja" karya Dewa Made Mustika, "The Journey of Spirituality" karya Gusti Agung Bagus Ari Marutha, dan "Myth of Beauty" dari Ida Bagus Komang Sindu Putra.
Selain itu ada karya Made Gede Putra yang berjudul "Home and Body Series", "Bermain Naga" dari I Nyoman Arisana, "A Glimmer of Hope" karya Putu Sastra Wibawa, dan "Face" karya Widhi Kertiya Semadi.
Umar menyebut seniman-seniman itu secara konsisten mengembangkan kreativitas dalam menuangkan berbagai isu ke dalam karya seni rupa.
"Kreativitas yang tidak pernah berhenti," ujar Umar, yang juga Koordinator Komunitas Seniman Borobudur Indonesia (KSBI) 15.
Ia berharap karya-karya seni rupa mereka bisa memberikan inspirasi kepada masyarakat luas untuk terus menerus mengembangkan kreativitas.
Pengajar Program Pendidikan Seni Rupa Universitas Pendidikan Ganesha Bali Made Susanta Dwitanaya dalam tulisannya mengenai pameran tersebut mengemukakan bahwa para seniman menggunakan beragam medium dan mengangkat fokus tema beragam pula dalam karya-karya mereka.
Made Susanta mengemukakan bahwa keanekaragaman menghadirkan persepsi spesial.
"Keanekaragaman tersebut hadir, karena tentu saja, karena tiap-tiap seniman memiliki persepsi-persepsinya yang spesial," kata kurator muda itu.
Berbagai persepsi spesial itu, ia mengatakan, kemudian secara sadar maupun bawah sadar berpengaruh terhadap metode penciptaan, pilihan medium, hingga cara memperlakukan medium sesuai dengan kebutuhan gagasan yang hendak dihadirkan masing-masing perupa.