UNRAM-UNIVERSITAS MALAYA TELITI SPESIES RUMPUT LAUT NTB

id

     Mataram (ANTARA) - Universitas Mataram (Unram) melakukan kerja sama dengan Universitas Malaya, Kuala Lumpur, Malaysia, meneliti spesies alga atau rumput laut yang ada di wilayah perairan Nusa Tenggara Barat (NTB).

     Jalinan kerja sama itu dituangkan dalam "Memorandum of Understanding" atau nota kesepahaman yang ditandatangani oleh Rektor Unram Prof. H. Sunarpi dan Dean Faculty of Secience University of Malaya, Prof. Mohd Sofian Azirun, di Mataram, Selasa.

     Rektor Unram, Prof. H. Sunarpi, mengatakan, ekplorasi biodiversity (keanekaragaman hayati) khususnya makro alga yang ada di perairan NTB dengan para peneliti dari Universitas Malaya, tentu akan sangat bermanfaat baik dari sisi ilmu pengetahuan maupun manfaatnya untuk kemajuan ekonomi daerah.

     Pihaknya beberapa waktu lalu sudah melakukan identifikasi tentang spesies rumput laut di perairan NTB. Hasilnya ada sekitar 69 spesies makro alga. Dari total spesies itu belum diketahui fungsi dan manfaat dari masing-masing alga.

     Untuk itu, pihaknya bersama peneliti dari Universitas Malaya akan melakukan kajian bersama. Misalnya mencoba kemungkinan peluang untuk dikembangkan menjadi bahan kertas (fulf).

     "Beberapa waktu lalu, kita sudah menggandeng salah satu perusahaan dari Korea Selatan untuk mengkaji bagaimana menyediakan alga merah yang akan dikembangkan untuk bahan kertas," katanya.

     Kemudian beberapa spesies lainnya, kata Sunarpi, diketahui masih sulit untuk dikembangkan secara komersial sebagai penghasil karaginan dan agar-agar yang sudah masuk pada level industri.

     Riset juga akan mengkaji beberapa spesies yang baik sebagai bahan pupuk cair. Hasil penelitian sebelumnya ada sekitar sepuluh spesies yang sudah diidentifikasi.

     Selain itu, juga sudah ditemukan beberapa spesies alga yang mengandung senyawa-senyawa yang mampu menyerap sinar ultraviolet (UV). Spesies itu sudah dites pada beberapa sel untuk menguji kemampuan dia memproduksi sel terhadap radiasi sinar UV.

     "Dan ternyata ada beberapa spesies yang mampu mempertahankan kemampuan sel untuk hidup bertahan pada kondisi sinar UV sampai 80 persen. Itulah beberapa fungsi yang sudah kita temukan sampai pada saat ini," katanya.

     Kajian lebih jauh adalah dilakukan yakni melihat secara genetis antara satu spesies dengan spesies lainnya apakah memiliki korelasi.

     "Kita sudah melakukan kajian pada level molekuler. Keragaman genetik pada level molekuler seperti apa. Ini yang menjadi fokus kami pada kajian-kajian mulai dari MoU smpai pada tahapan-tahapan selanjutnya," katanya.

      Dean Faculty of Secience University of Malaya, Prof. Mohd Sofian Azirun, sangat apresisasi dengan jalinan kerja sama riset ilmu pengetahuan dan teknologi yang sudah ditandatangani.

      Ia menilai, Indonesia memiliki lautan yang sangat luas dan merupakan salah satu penghasil rumput laut.

      "Informasinya dulu Filipina penghasil rumput laut terbesar di Asia. Tetapi sekarang Indonesia sudah mampu menyaingi. Begitu juga, dengan kelapa sawit dan karet yang dulunya dikuasai Malaysia. Semua itu juga hasil daripada riset para peneliti," ujarnya.(*)