6 juta masker COVID-19 Jerman hilang di bandara Kenya

id Jerman,Kenya,Corona,COVID-19,Pencurian Masker

6 juta masker COVID-19 Jerman hilang di bandara Kenya

Kanselir Jerman Angela Merkel memberikan keterangan media mengenai virus COVID-19 di Berlin, Jerman, Rabu (11/3/2020). ANTARA FOTO/REUTERS/Michele Tantussi/wsj/djo

Berlin (ANTARA) - Pejabat bea cukai Jerman berusaha melacak sekitar enam juta masker wajah yang akan digunakan untuk melindungi petugas kesehatan dari virus corona yang hilang di bandara di Kenya.

"Pihak berwenang berusaha mencari tahu apa yang terjadi," kata seorang juru bicara kementerian pertahanan, membenarkan sebuah laporan yang pertama kali diterbitkan oleh Spiegel Online.

Masker FFP2, yang menyaring lebih dari 90% partikel, dipesan oleh otoritas bea cukai Jerman. Mereka dan kantor pengadaan angkatan bersenjata telah membantu kementerian kesehatan untuk mendapatkan alat pelindung yang sangat dibutuhkan itu.

Pengiriman itu dijadwalkan tiba di Jerman pada 20 Maret tetapi tidak pernah tiba setelah menghilang pada akhir pekan lalu di bandara di Kenya. Tidak jelas mengapa masker itu, yang diproduksi oleh perusahaan Jerman, berada di Kenya.

"Apa yang sebenarnya terjadi, apakah ini masalah pencurian atau pemasok yang tidak serius, sedang diselidiki oleh bea cukai," kata sumber pemerintah.

Kementerian kesehatan Kenya menolak memberikan komentar dan juru bicara Otoritas Bandara Kenya (KAA) mengatakan perusahaan itu masih mengkaji situasi.

Spiegel Online melaporkan bahwa Jerman telah melaporkan pesanan senilai 241 juta euro kepada pemasok untuk peralatan pelindung dan sanitasi guna mengatasi virus corona.

Juru bicara kementerian pertahanan mengatakan tidak ada dampak finansial dari hilangnya masker karena tidak ada uang yang dibayarkan.

Jerman sedang mempersiapkan rumah sakit dan petugas kesehatannya untuk peningkatan besar dalam jumlah pasien yang terinfeksi virus corona. Negara itu memiliki 27.436 kasus virus corona yang dikonfirmasi dan 114 orang telah meninggal, kata Institut Robert Koch untuk penyakit menular.

Sumber: Reuters