Inggris tunjuk eks ketua Olimpiade untuk tingkatkan produksi APD

id alat pelindung diri,APD,produksi APD Inggris,Inggris kekurangan APD,virus corona,COVID-19,permintaan APD dunia

Inggris tunjuk eks ketua Olimpiade untuk tingkatkan produksi APD

Para petugas medis bertepuk tangan di luar Rumah Sakit Chelsea dan Westminster menyambut aksi tepuk tangan dari warga untuk pekerja NHS (Layanan Kesehatan Nasional) yang bertugas menangani wabah COVID-19 di London, Inggris (16/4/2020) waktu setempat. ANTARA/Xinhua/Tim Ireland/aa.

London (ANTARA) - Inggris menunjuk mantan bankir investasi Goldman Sachs, yang memimpin perencanaan Olimpiade 2012 negara itu, untuk mengatur produksi alat pelindung diri (APD) domestik bagi para pekerja kesehatan yang merawat pasien infeksi virus corona baru.

Paul Deighton, yang adalah kepala eksekutif Komite Penyelenggara Olimpiade dan Paralimpiade London 2012, ditunjuk oleh Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock pada Minggu.

"Dia (Dieghton) akan memimpin satu-satunya fokus dan tanpa henti pada produksi APD sebagai prioritas manufaktur utama negara, dengan dukungan penuh pemerintah di belakangnya," kata Hancock.

Pemerintah Inggris telah menghadapi kritik keras dari dokter dan petugas kesehatan karena kekurangan peralatan pelindung diri, termasuk masker, penutup muka, dan jas pelindung.

Pemerintah juga dikritik karena menyarankan bahwa beberapa jenis APD mungkin harus digunakan kembali jika persediaan habis.

Pemerintah dan badan perdagangan Inggris menyebut persaingan permintaan untuk persediaan APD dari negara-negara lain, yang juga dilanda krisis kesehatan global, sebagai alasan utama Inggris mengalami kekurangan APD. Banyak barang APD yang umumnya dibeli dari China.

Deighton akan berperan meningkatkan produksi di dalam negeri. Di negara itu, merek seperti Barbour dan Burberry telah mengubah lini pabrik mereka dari produksi barang mode kelas atas ke produksi APD.

"Negara-negara di seluruh dunia menghadapi permintaan besar peralatan perlindungan diri yang belum pernah terjadi sebelumnya dan ini membutuhkan respons manufaktur domestik yang besar dan belum pernah terjadi sebelumnya," kata Deighton.

Sumber: Reuters