MEDIA TETAP DITUNTUT MENULIS INVESTIGATIF

id



Bandung (ANTARA) - Pengamat media dari Fisip Universitas Indonesia Ade Armando, Jumat, menilai bahwa meski saat ini media semakin praktis dengan alasan pembaca yang semakin dinamis, media tetap bisa menyajikan tulisan investigatif.

"Saat ini kondisinya memang seperti demikian, namun tetap saja era demokrasi menuntut media untuk dapat menyajikan informasi yang mendalam yang berkaitan dengan kepentingan publik," jelas Ade Armando di Bandung, Jumat.

Ade memaparkan, kendati masyarakat menyukai hal yang praktis, mereka tetap menuntut jurnalis cakap menyajikan berita yang tersembunyi dari penglihatan publik sehingga dibutuhkan jurnalisme investigasi.

Berkaitan dengan itu, Anugerah Adiwarta Sampoerna (AAS) yang selama lima tahun terakhir menyelenggarakan ajang penghargaan bagi para jurnalis juga memperhatikan jurnalisme investigasi ini.

"Menurunnya antusiasme penulisan investigasi sangat disayangkan, karena media berpotensi menjadi penggerak pembangunan dan dinamika masyarakat," papar Ekternal Communications Manager PT HM Sampoerna Tbk, Meta Rostiawati.

Meta juga mengemukakan, AAS 2010 akan memberikan para jurnalis media cetak dan "online" untuk mengirim karya tulisnya baik kategori Investigatif maupun kemanusiaan.

Sampai Juli, AAS sudah menerima 429 karya atau 22 persen lebih banyak dari tahun lalu yang mencapai 349 karya dengam keikutsertaan 181 jurnalis berbanding 138 jurnalis tahun lalu.

Dia merinci, ada total 429 karya yang masuk, 160 diantaranya kategori cetak/online, 52 karya kategori investigatif, 194 foto berita, 23 karya televisi yang berasal dari 84 media nasional, lokal serta internasional. (*)