7.000 petani Lombok Timur terlibat dalam program kemitraan korporasi

id PKT NTB,Pemberdayaan Petani,COVID-19

7.000 petani Lombok Timur terlibat dalam program kemitraan korporasi

Kepala Kantor Pemasaran Pupuk Kaltim Wilayah NTB, Slamet Mariyono. ANTARA/Awaludin.

Mataram (ANTARA) - Sebanyak 7.000 orang petani di Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, terlibat dalam program Kemitraan "Better Life Farming" yang diinisiasi oleh PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) bersama dengan sejumlah Badan Usaha Milik Negara dan perusahaan swasta.

"Ini adalah satu-satunya proyek percontohan di Indonesia yang bertujuan untuk peningkatan taraf hidup petani terdampak pandemi COVID-19. Rencananya akan dimulai pada akhir Juni 2020" kata Kepala Kantor Pemasaran PKT Wilayah NTB Slamet Mariyono, di Mataram, Selasa.

Selain PKT, kata dia, BUMN lain yang terlibat dalam program tersebut adalah Bank Negara Indonesia (BNI), dan PT Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo). Sedangkan dari perusahaan swasta adalah PT BISI, PT Bayer Indonesia, dan PT DNA.

Slamet menjelaskan Kantor Pemasaran PKT Wilayah NTB selaku koordinator program bertugas untuk menyediakan pupuk nonsubsidi, BNI bertugas sebagai penyalur kredit usaha rakyat (KUR), PT Jasindo sebagai lembaga asuransi penjamin.

Sementara PT BISI bertugas menyediakan benih, PT Bayer menyediakan pestisida, dan PT DNA siap menjadi perusahaan penampung hasil panen petani.

"Jadi ini proyek percontohan yang komplit mulai dari hulu hingga hilir, mulai tanam sampai ada yang membeli. Petani tinggal menanam saja," ujarnya.

Luas lahan yang menjadi percontohan, kata dia, mencapai 7.000 hektare atau satu orang petani seluas satu hektare lahan garapan dengan jenis tanaman padi atau jagung.

Satu orang petani padi akan mendapat pembiayaan maksimal sebesar Rp17 juta per hektare, sedangkan petani yang akan menanam jagung mendapat Rp15 juta. Semua dana tersebut digunakan untuk membeli bibit, pupuk, pestisida dan biaya tenaga kerja hingga panen.

Slamet menyebutkan seluruh petani yang dilibatkan diambil dari data calon petani dan calon lahan (CPCL) yang dimiliki oleh Kantor Pemasaran PKT Wilayah NTB.

Para petani yang terlibat akan didampingi oleh tim teknis dari PKT agar pola tanamnya sesuai dengan rekomendasi, terutama dari sisi pemupukan sehingga hasil produksi bisa maksimal dengan biaya standar.

Petani akan diarahkan untuk menerapkan sistem pemupukan berimbang, yakni pola 532 per hektare atau 500 kilogram pupuk organik, 300 kilogram NPK, dan 200 kilogram urea di tambah 200 kilogram pupuk hayati -ecopert produksi PKT.

Dengan pendampingan dari teknisi PKT, diharapkan hasil produksi padi bisa mencapai 9-10 ton per hektare atau meningkat dari rata-rata 6 ton per hektare. Sedangkan jagung diharapkan bisa mencapai 11 ton atau meningkat dibanding rata-rata 7 ton per hektare.

"Kami sudah membuktikan hasil demplot padi di Kecamatan Pringgabaya, Kabupaten Lombok Timur baru baru ini mencapai 9,8 ton per hektare. Begitu juga dengan hasil jagung sebanyak 11 ton di Sumbawa," kata Slamet.