ANAK-ANAK MUDAH KECANDUAN TAYANGAN TELEVISI

id

     Mataram,  (ANTARA) - Komisioner Komisi Penyiaran Indonesia Idy Muzayyad mengatakan anak-anak dan remaja merupakan kelompok yang mudah kecanduan tayangan televisi.

    "Karena itu para orang tua perlu mewaspadai agar anak-anak tidak terkena dampak negatif  tayangan bermasalah," katanya pada acara

literasi media di Mataram, Jumat.

     Ia mengatakan hasil penelitian Rutgers University pada 2008 menyebutkan anak-anak menghabiskan waktu hingga 1.000 jam dalam setahun untuk melihat atau menonton televisi.

     "Menurut hasil penelitian tersebut, lama menonton TV perhari ada di Palembang dan Bandung yang mencapai rata-rata 3,7 jam, selanjutnya di Banjarmasin 3,2 jam, Semarang 3,2 jam," katanya.

      Sedangkan di Denpasar, Makassar, Medan, Surabaya dan  Jakarta rata-rata 2,7 jam, serta di Yogyakarta 2,4 jam perhari.     

      Ia mengatakan tayangan televisi berpengaruh terhadap masyarakat terutama anak-anak dan remaja antara lain  mengurangi sekat antara privasi dan publik, meningkatkan potensi kriminalitas, mempengaruhi sikap, perilaku dan cara berpikir masyarakat dan terjadinya dominasi informasi.

      Idy mengatakan pola menonton anak-anak dan remaja  adalah menontot tanpa filter, menonton sebagai hiburan, menonton tanpa pendampingan  dan tayangan sebagai nilai yang bisa langsung dipraktikkan.

      UU No. 32/2002 tentang Penyiaran pasal 4 menyebutkan  tayangan yang baik adalah adalah memberikan informasi layak dan benar, mendidik, memberikan hiburan yang sehat dan menjadi kontrol sosial.

       Namun, katanya, sekarang  banyak tayangan yang tidak sesuai dengan pedoman perilaku penyiaran dan standar program siaran (P3SPS) dan UU Penyiaran, biasanya berupa pelibatan anak, pornografi, mengumbar privasi, kekerasan, mistik dan pelecehan kepada kelompok marginal.

       "Karena itu untuk menghindari dampak buruk tayangan televisi tersebut para orang tua harus mendampingi dan memberikan pemahaman kepada anak-anak mengenai tayangan yang akan ditonton, cerdas memilih dan memilah tayangan yang baik dan sesuai dengan klasifikasi usia dan segmentasi," katanya.

        Selain itu, kata dia,  kritis terhadap tayangan yang ada dan memberikan apresiasi terhadap program siaran berkualitas. (*)