TAKUT KELUAR RUMAH PASCABENTROK ANTARWARGA KOTA TARAKAN

id



Samarinda (ANTARA) - Pasca bentrok antarwarga di Kota Tarakan, Kalimantan Timur, sebahagian warga mengaku masih takut keluar rumah.

"Kami takut keluar rumah sebab sempat beredar isu akan ada serangan balasan dari keluarga korban yang meninggal," ungkap seorang warga Tarakan, Ridwan, dihubungi dari Samarinda, Selasa dinihari.

Sejak Senin siang hinga malam lanjut Ridwan, sejumlah orang dengan membawa berbagai jenis senjata tajam, berkonvoi sambil melakukan sweeping .

"Mereka mencari orang-orang dari kelompok massa yang diduga membunuh salah seorang tokoh masyarakat. Saya terpaksa pulang kerja lebih awal karena takut terjadi kerusuhan yang lebih besar. Sejak pulang ke rumah saya tidak berani keluar karena banyak orang berkeliaran di jalan dengan membawa senjata tajam," ujar Ridwan.

Petugas keamanan juga lanjut dia hingga senin malam terlihat melakukan patroli di kawasan pemukiman.

"Sampai saat ini, beberapa kali ada mobil polisi melintas dekat rumah. Tapi, kami tetap tidak berani keluar rumah karena takut dan memang sudah diingatkan oleh polisi agar warga tidak keluar rumah," kata warga Tarakan tersebut.

Warga lainnya, Mulyadi Abdullah mengatakan, aparat keamanan baik kepolisian maupun TNI masih terus berjaga-jaga di sejumlah tempat di Kota Tarakan.

"Saya sempat melihat puluhan polisi dan tentara dengan senjata laras panjang berpatroli di jalan-jalan. Beberapa jalan utama di Tarakan terlihat sangat lengang karena kebanyakan warga memilih tinggal di rumah," kata Mulyadi Abdullah yang mengaku sempat berkeliling di Kota Tarakan pada pukul 22. 00 hingga 23. 00 WITA.

Warga Tarakan kata dia berharap, bentrok antarwarga tersebut tidak meluas.

"Kami berharap, kedua kelompok warga yang bertikai itu segera berdamai sehingga masyarakat bisa kembali beraktivitas. Kami sempat khawatir sebab sempat merebak isu beberapa kelompok dari berbagai kampung di sekitar Tarakan akan datang dan menyerang kelompok lainnya,menuntut balas atas kematian tokoh masyarakat itu," ungkap Mulyadi Abdullah.

Bentrok antara warga berlangsung pada Minggu malam sekitar pukul 22. 00 WITA di Perumahan Juwata Permai, Kota Tarakan.

Akibat peristiwa itu, seorang warga yang juga tokoh masyarakat setempat, Abdullah (50) ditemukan tewas dengan sejumlah luka bacok di tubuhnya.

Seorang warga lainnya yang juga anak korban, juga terluka akibat peristiwa tersebut.

Pada bentrokan itu juga, dua rumah hangus dibakar massa.

Kepala Bidang Hubungan Masyarakat (Kabid Humas) Polda Kaltim, Komisaris Besar Antonius Wisnu Sutirta dihubungi dari Samarinda Senin sore membenarkan peristiwa itu.

"Peristiwa itu merupakan tindak pidana penganiayaan berat yang mengakibatkan seorang warga meninggal," ujarnya mengungkapkan.

Polisi kata dia masih terus mendalami peristiwa itu untuk menyelidiki penyebab dan pelaku penganiayaan yang mengakbatkan Abdulah meninggal.

"Saat ini, sudah sembilan orang dimintai keterangan untuk menyelidiki pelaku dan motif bentrokan tersebut. Namun, mereka baru dimintai keterangan sebagai saksi dan belum ada yang ditetapkan tersangka," kata Antonius Wisnu Sutirta.

Informasi yang berhasil dihimpun menyebutkan, peristiwa itu dipicu ulah lima pemuda mabuk yang memeras anak Abdullah.

Bersama anaknya, tokoh masarakat itupun mendatangi para pemuda tersebut untuk menasehati mereka agar tidak melakukan aksi yang meresahkan warga.

Namun, naas bagi keduanya, para pemuda tersebut justru mengeroyok Abdullah dan anaknya hingga menyebabkan imam masjid tersebut tewas bersimbah darah sementara anaknya berhasil lolos.

Hingga saat ini, para pelaku masih terus diburu polisi. (*)