70 UKM Mataram terdampak COVID-19 segera mendapat bantuan alat

id bantuan,alat,olah

70 UKM Mataram terdampak COVID-19 segera mendapat bantuan alat

Ilustrasi: abon ikan salah satu hasil olahan UKM Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat. (Foto: ANTARA/Nirkomala)

Mataram (ANTARA) - Dinas Koperasi Perindustrian dan UKM Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, segera mendistribuskan bantuan peralatan pengolahan hasil kepada 70 kelompok usaha kecil mikro (UKM), yang terdampak COVID-19, dengan total anggaran Rp301,2 juta.

"Bantuan peralatan bagi 70 kelompok UKM tersebut sudah siap, kami tinggal menunggu kesiapan waktu pak wali (Wali Kota Mataram H Ahyar Abduh-red) yang akan menyerahkan secara simbolis," kata Plt Kepala Dinas Koperasi Perindustrian dan UKM Kota Mataram I Gusti Ayu Yuliani di Mataram, Jumat.

Bantuan alat ini sebagai tindak lanjut dari program pusat yang memberikan bantuan modal usaha sebesar Rp2,4 juta per UKM. Sementara, UKM lainnya diberikan dalam bentuk bantuan alat dengan menggunakan APBD.

Menurut dia, sebanyak 70 kelompok UKM yang akan mendapatkan bantuan peralatan tersebut terbagi menjadi beberapa jenis usaha. Pertama kelompok UKM pembuat susu kedelai dengan bentuk alat bantuan berupa mesin penggiling kedelai sebanyak 15 kelompok.

Selain itu, bantuan alat "spinner" abon kepada 20 kelompok usaha pembuatan abon ikan, agar kualitas abon UKM baik abon ikan maupun daging yang dibuat bisa lebih baik.

Kemudian bantuan juga akan diberikan kepada 30 kelompok pembuat kue kering berupa oven, untuk meningkatkan kapasitas produksi kue kering di masing-masing kelompok UKM dan 5 kelompok untuk pengusaha las.

"Satu kelompok beranggota 4-5 orang. Kita harapkan, dengan adanya bantuan ini dapat meningkatkan produksi UKM, sehingga mereka bisa tetap bertahan di tengah pandemi COVID-19," katanya.

Lebih jauh Yuliani mengatakan, untuk bantuan alat "spinner" abon kepada 20 kelompok usaha pembuatan abon ikan diprioritaskan kepada warga di pesisir pantai yang bulan lalu dilibatkan untuk pengadaan abon ikan pada program jaring pengaman sosial (JPS) Gemilang NTB.

Hasil produksi abon mereka saat itu banyak dikembalikan, karena masih mengandung minyak sehingga cepat rusak. Untuk itu, diharapkan dengan bantuan "spinner" yang akan diberikan abon yang dihasilkan bisa lebih kering dan tahan lama.

"Semakin kering hasil olahan abon, maka daya tahanya atau masa kadaluarsanya juga bisa lebih lama. Begitu sebaliknya, kalau kurang kering, abon cepat rusak," katanya.

Untuk pengawasan, sambung Yuliani, sebelum bantuan diserahkan, setiap kelompok akan dibuatkan surat pernyataan agar bantuan tidak diperjualbelikan atau dipindah tangan.

"Pengawasan juga akan kami lakukan secara berkala, untuk mengetahui sejauh mana pemanfaatan alat bantuan sekaligus evaluasi," katanya.