Riset Inggris: Azithromycin, doxycycline tak efektif pada awal COVID

id Azithromycin, doxycycline,COVID-19

Riset Inggris: Azithromycin, doxycycline tak efektif pada awal COVID

Profesor kedokteran Prancis Didier Raoult, yang telah mempromosikan kombinasi hydroxychloroquine, obat antimalaria, dan azithromycin, antibiotik umum, sebagai obat untuk penyakit virus corona (COVID-19), memakai masker wajah pelindung ketika ia datang didampingi anggota parlemen Eric Ciotti (kanan) untuk menghadiri sidang di Majelis Nasional di Paris, Prancis (24/6/2020). ANTARA/REUTERS/Gonzalo Fuentes/aa.

London (ANTARA) - Riset di Inggris menemukan bahwa antibiotik azithromycin dan doxycycline yang banyak digunakan secara umum tidak efektif melawan COVID-19 pada tahap awal, saat pencarian pengobatan untuk menangani penyakit tersebut masih berlanjut dan vaksin sedang diluncurkan.

Pengujian, yang disebut PRINCIPLE dan didukung oleh pemerintah Inggris, tidak menemukan adanya efek khasiat pada pasien di atas usia 50 tahun, yang diobati dengan kedua antibiotik di rumah, menurut Universitas Oxford, Senin.

Hasil itu merupakan kemunduran sebab antibiotik, yang biasanya digunakan untuk mengobati infeksi pernapasan, tersedia dengan harga yang terjangkau. Pada Desember, pengujian azithromycin pada pasien COVID-19 parah tidak memberikan khasiat.

"Temuan kami menunjukkan bahwa pengobatan dengan azithromycin selama tiga hari atau pengobatan dengan doxycycline selama tujuh hari tidak memiliki manfaat klinis yang penting terkait waktu pemulihan," kata Chris Butler, yang juga memimpin riset tersebut.

Pengujian PRINCIPLE sedang mengevaluasi berbagai pengobatan COVID-19 potensial yang mungkin sesuai dilakukan di rumah selama 14 hari pertama untuk membantu pasien sembuh lebih cepat dan mencegah tingginya pasien rawat inap.

"Meski mengecewakan ... ini menjadi temuan penting yang akan mengurangi penggunaan antibiotik yang tak efektif untuk penyakit ini," kata Richard Hobbs, yang juga mengetuai PRINCIPLE.

Pada kelompok pengujian azithromycin, sebanyak 526 orang diberikan obat tersebut dan dibandingkan dengan 862 relawan yang diberikan pengobatan biasa. Sementara, di kelompok lain, 798 relawan diberikan doxycyclin dan dibandingkan dengan 994 pasien lainnya yang menerima perawatan standar, menurut Oxford.

Pihak Oxford menambahkan bahwa analisis dan rincian lebih lanjut dari pengujian tersebut akan segera diterbitkan dalam jurnal yang ditinjau rekan sejawat.

Sumber: Reuters