SULTAN SUMBAWA: PERGESERAN BUDAYA JANGAN RUGIKAN JATI DIRI

id


     Sumbawa Barat, NTB, 17/2 (ANTARA)- Sultan Sumbawa, DMA Kaharuddin ke-IV mengatakan, pergeseran struktur budaya dan sosial masyarakat tanah Samawa (Suku Sumbawa) musti dijaga agar tidak sampai merugikan nilai-nilai budaya dan jati diri masyarakat Samawa.
       Dalam kunjungan pertamanya sejak ditetapkan sebagai Sultan Samawa dengan pemerintah Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat, di Taliwang, Kamis, Sultan Kaharuddin mengatakan, jati diri masyarakat tanah Sumbawa dan Sumbawa Barat bersendikan adat istiadat, karenanya warisan adat dan budaya itu musti dijaga untuk menghindari perpecahan.

      "Memang dewasa ini pergesaran budaya dan sosial masyarakat kita  sudah bisa dilihat, namun itu tugas kita sebagai masyarakat adat untuk menjaga nilai-nilai budaya agar pergeseran itu tidak sampai merugikan jati diri kita," katanya.
     Untuk itu, perlu budaya saling mengisi dan urun-rembuk sebagaimana diwariskan para pemuka dan tokoh adat suku Samawa sebelumnya.
      Komunikasi antar  tokoh masyarakat adat baik di Sumbawa dan Sumbawa Barat perlu digalakkan, sebab  bagaimanapun masyarakat dua wilayah ini memiliki satu kesatuan entitas budaya.

       Sultan juga mengatakan, agenda kunjungannya di Sumbawa Barat sebagai tindak lanjut hasil ‘Musyakarah Rea’ adat Samawa yang berlangsung di Sumbawa Januari lalu, dimana salah satunya menguatkan kembali lembaga adat antar dua wilayah.
      "Ini juga sekaligus silaturahmi saya sebagai Sultan. Selain membicarakan soal masa depan adat dan budaya Samawa, juga untuk agenda penobatan saya sebagai Sultan dalam upacara adat yang berlangsung April mendatang," kata Sultan
      Bupati Sumbawa Barat, KH.Zulkifli Muhadli menyatakan gembira dan berterimkasih atas kunjungan Sultan. Komunikasi antara pemerintah dan masyarakat adat yang dipimpin Sultan sangat membantu menjaga keseimbangan sosial budaya antara kedua wilayah tadi.
    "Dua wilayah ini (Sumbawa dan Sumbawa Barat) merupakan  satu kesatuan budaya yang tidak terpisahkan bahkan telah terjalin sebelum nusantara ini terbentuk. Saya setuju, sebagai warga negara dan masyarakat kita tidak perlu banyak menuntut, namun senantiasa bekerja keras banyak berbuat untuk nusantara,” demikian KH.Zulkifli Muhadli.
(*)